(Update setiap hari selama ongoing!)
Clara merasa kepalanya pusing tiba-tiba saat ia melihat kekasihnya bercinta dengan sahabatnya sendiri yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. Mereka berdua tampak terkejut seperti melihat hantu setelah menyadari Clara muncul dari balik pintu kamar dengan cake bertuliskan 'Happy 6th anniversary' yang telah jatuh berantakan di bawah.
"Sa–sayang ...." Kris wang, kekasihnya tampak panik sambil berusaha memakai kembali dalaman miliknya.
Leah Ivanova juga tak kalah terkejut. Ia tampak berantakan dan berusaha menutupi tubuhnya dengan kain yang kini Tanpa busana.
"Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, Clara!" Kris berusaha mengambil alih Clara.
Gadis itu tersenyum kecut. Berani sekali ia bicara begitu padahal segalanya telah keliatan jelas?
*
Baca kelanjutannya hanya di noveltoon! Gratis!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SAH| 11
"Kau tahu sesuatu?" Sophie Kim, Bibi sepupu Julian yang kini berstatus sebagai direktur pemasaran sebuah majalah menatap penasaran pada Donnie, kakak laki-laki Julian. Ia hanya berjarak sepuluh tahun dari Donnie sedangkan Donnie berjarak tigak tahun dengan Julian.
"Soal apa?" Donnie tak terlalu memperhatikan dan hanya terfokus pada ponselnya sejak tadi.
"Soal istri Julian, kau tahu? Adikmu itu telah menikahi sembarangan orang." Sophie terdengar tajam.
Donnie kemudian mengangkat wajahnya menatap tantenya dengan bingung. "Yah, aku tak peduli, sih. Lagi pula, karena tindakannya itu, dia jadi harus membuat keuntungan yang mustahil, bukan? Selagi tidak mengancam usaha dan kehidupanku, aku tak peduli." Donnie mengecap winenya sambil memandang hpnya. Ia jelas tak tertarik dengan Sophie.
Wanita itu kemudian memutar bola matanya. "Tentu saja itu mengancam, Donnie! latar belakang gadis itu kan tak ada yang tahu! Ditambah, perempuan itu tampak bukan dari lingkungan kita. Bagaimana bisa dia menjalankan ini semua?" Sophie tampak gemas melihat Donnie yang acuh tak acuh.
Mengapa tak ada yang merasa bahwa latar belakang seseorang itu penting untuk dicari tahu.
"Yah, salah dia menikahi Julian. Aku sudah bilang kan, aku tak peduli selagi mereka tak mengancam usahaku. Kembali lagi, itu urusan Julian. Jikalau nanti ada apa-apa, salah dirinya sendiri membawa gadis itu ke keluarga kita." Donnie kembali sibuk sendiri.
"Dan dia mempunyai anak sekarang. Kamu dan Ratih sudah lima tahun menikah namun tak memiliki anak sampai sekarang! Kamu tak sadar ya, warisan akan jatuh kemana?"
Dan untuk kata-kata Sophie yang ini telah berhasil membuat Donnie mengangkat wajahnya dan terlihat serius.
"Itu tak akan terjadi. Anak Julian adalah anak Julian dan anakku adalah anakku." Donnie menatap Sophie serius. "Aku tahu kamu adalah seorang manager majalah. Namun, mengganggu Julian bukankah berlebihan? Seharusnya, kita biarkan saja dia. Dia telah memilih cinta dan bahagia. Untuk apa kita mengurusnya lagi?" Donnie merasa tak senang namun berusaha hati-hati membahasnya.
Sophie menyesap winenya dan menatap Donnie. Sepertinya, sulit sekali menyadarkan orang-orang ini bahwa pernikahan sungguhlah sesuatu yang serius selain cinta.
"Cinta bukanlah untuk kita. Itu hanya tipuan untuk orang yang miskin dan bodoh."
"Kamu tidak sedang mengatai Julian, kan?" Donnie menatapnya bingung.
"Well, apakah menurutmu Julian seperti itu?" Sophie membalik perkataannya.
Donnie hanya diam. Ia tak mau lagi membicarakan apapun soal adiknya dan sepertinya itu berlaku untuk semua orang.
"Dengar, aku hanya ingin membicarakan bisnis denganmu. Jika atensi kamu adalah kehidupan pribadi adikku, maka undanglah dia untuk makan malam denganmu, bukan aku."
Dan dengan itu, Donnie pergi meninggalkan Sophie yang tampak sekali kesal dengan reaksi Donnie. Mengapa semua orang menganggap remeh soal ini? Bukankah mereka adalah keluarga yang terpandang?
*
"Siapa kira-kira yang paling ingin tahu soal pernikahanku?" Julian menatap dokumen yang diserahkan Mr. Jhon untuk ia kerjakan sambil bertanya.
"Kupikir semua orang ingin tahu itu. Beberapa artikel mengenai pernikahan anda telah direvisi dan beberapa wartawan telah dibungkam oleh kakek anda. Sejauh ini, rival kita tak terdeteksi mencari tahu tentang anda. Semua dari keluarga anda sendiri."
Julian tampak tidak terkesan sama sekali dengan apa yang diceritakan oleh Mr. Jhon. "Baguslah. Apakah ada yang perlu aku khawatirkan?"
Mr. Jhon menatap Julian sambil berpikir. "Sepertinya, akan ada banyak undangan untuk Nyonya Clara."
Mendengar Mr. Jhon menyebut Clara dengan sebutan nyonya, entah mengapa Julian merasa aneh dengan sebutan itu. Sepertinya, ia harus terbiasa dengan ini mulai sekarang.
"Mengapa aku harus khawatir?"
Mr. Jhon tak menunjukkan ekspresi tetapi auranya jelas menunjukkan keheranan. "Tentu saja karena Nyonya berasal dari kalangan biasa. Pernikahan kalian bisa dibilang mengejutkan dan itu menimbulkan banyak tanda tanya bagi semua orang. Saya khawatir nyonya akan mengalami kesulitan untuk menanganinya." Jelas Mr. Jhon.
Julian memandang kosong kearah dokumennya. Benar juga, apa yang dikatakan oleh Mr. Jhon. "Apakah yang harus kita lakukan?"
"Beberapa hal memang bisa kita hindari. Namun ada hal-hal tertentu yang tak bisa kita hindari. Apakah kalian berdua banyak bicara akhir-akhir ini?"
Julian mengangguk.
"Apa makanan favorit Nyonya Clara?" Dan disitulah Julian tak berkutik.
Mr. Jhon memandang Julian dengan misterius. "Seperti itulah nanti kecurigaan akan timbul. Anda berdua tak saling kenal satu sama lain dan tak mungkin hal ini akan berjalan mulus."
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?"
"Saling mengenal. Berkencan contohnya." Mr. Jhon memberi saran.
Saran bagus yang memicu mata Julian memicing pada Mr. Jhon. Tentu ini saran yang mudah dilakukan. Namun, menyebut kata kencan terasa tabu ditelinganya.
"Pastikan saja Clara tak menghadiri undangan apapun dalam waktu dekat. Aku sedang sibuk. Aku juga harus menemui kakek nantinya." Julian memikirkan jalan keluarnya sendiri.
"Sudah saya lakukan. Dan, soal kakek anda," Mr. Jhon menggantung ucapannya, membuat Julian kembali berfokus padanya. "Beliau sangat ingin segera menemui anda, Tuan."
Julian menghela nafasnya. "Apakah kakek tahu aku sibuk?"
"Tentu saja, Tuan."
"Katakanlah seperti itu."
"Baiklah, Tuan."
Mr. Jhon masih berdiri menatap Julian sambil menunggu. Merasa diperhatikan, Julian kembali mengangkat wajahnya dan menunjukkan tanda tanyanya.
"Ada apa lagi?"
"Nona Sophie, Tante anda mengadakan pesta syukuran dirumahnya." Mr. Jhon menjawab, sedikit tegang.
Julian melepaskan desahan tawa sambil menggelengkan kepalanya. Apa yang sebenernya dipikirkan Mr. Jhon akan pesta itu memangnya?
"Lalu?" Julian terdengar meremehkan.
Melihat reaksi Julian yang meremehkan, ada perubahan reaksi pada otot Mr. Jhon. Ia yang selalu kaku menjadi sedikit tegang entah karena apa.
"Nyonya juga diundang. Kurasa, sebentar lagi nyonya akan tiba disana. Sudahkah anda mempersiapkan nyonya dalam pesta tersebut?"
"Apa?!" Mendengar kata-kata Mr. Jhon, Julian membanting tangannya di meja dan melotot kaget.
Tak mungkin Clara menyerahkan dirinya ke kandang singa bukan?