‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️
Series #3
Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.
Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.
Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.
Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 : Ruang Pengadilan
...•••Selamat Membaca•••...
Beberapa hari berlalu, kondisi mereka semua sudah dinyatakan membaik. Maureen dan Eliza setia menemani Maula, sedangkan Thalia dan Marlo aman bersama Leo di Indonesia.
Hari ini sidang untuk perkara kasus Mavros dan Anna akan digelar. Kesaksian Maula dan yang lain akan sangat diperlukan, semua bukti telah lengkap.
Tribunal Superior de Justicia de Madrid – Aula Penal II. Senin, 23 Juni 2025 | 09:27
Lorong marmer putih bergema dengan langkah sepatu Guardia Civil. Dua barisan wartawan dijejali kabel kamera; flash berkedip-kedip. Maula Maximillian menjejak karpet biru tua bersama Sofia, Reba, Rachell, dan Corvin. Di belakang mereka, Rayden dan pengacaranya dengan trouw suit abu gelap, dasi navy sambil menunduk hormat kepada petugas metal-detector.
09:30 – Ruang Sidang Dibuka
Tiga hakim. Presidente Magistrado Dr. Lorenzo Rodriguez Dupla (tengah), Magistrada Eva Fernandez (kiri), Magistrado Cesar Galvan (kanan) mulai memasuki mimbar kayu dan semua berdiri menyambut.
“Se abre la sesión en la causa 142/2025: Ministerio Fiscal contra Castillo y Del Valle.”
(Sidang dibuka dalam perkara 142/2025)
Panitera mencatat waktu dan gemerincing pena mengisi jeda.
09:34 – Kehadiran Terdakwa
Pintu samping berderit. Mavros Castillo dan Anna Del Valle dibawa masuk, bergari rantai pita karet dengan protokol riesgo alto. Mavros mengenakan overall krem penjara, kepala tegak dan Anna berkemeja putih sederhana, matanya sembab seakan tidak siap menyambut hari ini.
“Conoce usted los cargos?” (Apakah Saudara memahami dakwaan?)
Kedua terdakwa mengangguk tanpa suara.
09:40 – Dakwaan Resmi
Jaksa khusus kriminal terorganisir, Fiscal Maria Lago, membacakan pasal-pasal:
Art. 163 CP – Detención ilegal (penahanan ilegal).
Art. 147 & 149 CP – Lesiones graves y tentativa de homicidio (penganiayaan berat & percobaan pembunuhan).
Art. 567 & 572 bis CP – Asociacion ilicita y experimentacion humana (organisasi kriminal & eksperimen manusia tanpa izin).
Art. 404 CP – Abuso de función pública académica (penyalahgunaan status akademik).
“Solicitamos pena total treinta y seis años contra Castillo y veinte contra Del Valle.”
(Penuntut meminta total 36 tahun untuk Castillo, 20 tahun untuk Del Valle.)
09:52 – Pledoi Singkat Pembela
Pengacara Castillo—Lic. Alvaro Montero mengajukan no guilty plea namun mengakui “distorsion mental” klien. Pengacara Anna menekankan “tekanan kolega senior” dan peran sekunder. Hakim mencatat tanpa komentar.
10:07 – Saksi Kunci
Maula memaparkan kronologi penculikan dan percobaan eksperimen. Suaranya stabil, hanya sesekali jeda menarik napas.
Sofia menguraikan percakapan rahasia yang ia dengar, yaitu konspirasi “hilangkan rombongan”
Reba, Rachell, Corvin menguatkan detail lokasi, jenis senjata panah, dan bau bahan kimia di hutan.
Catatan medis forensik (laser-pointer ahli bedah saraf Dr. Segura) menunjukkan dampak zat neurotoksik. Slide tampil di monitor LED, ruangan remang.
10:55 – Deliberasi Hakim
Majelis mundur ke kamar musyawarah. Ruang sidang senyap. Kamera TV nasional menayangkan jam dinding retro dengan jarum menggerak lambat. Maula menautkan jarinya pada Rayden berbisik pelan, “Hampir selesai.”
Rayden mencium jemari Maula untuk menguatkan istrinya.
11:22 – Pembacaan Putusan
Hakim kembali. Semua berdiri.
“Visto lo actuado… (Menimbang seluruh bukti…) Vonis Mavros Castillo. Dijatuhi 30 tahun penjara, pencabutan hak sipil penuh, dan biaya perkara. 6 tahun (Art. 163) 15 tahun (Art. 147-149) 8 tahun (Art. 567-572 bis) 1 tahun (Art. 404) Hak pembebasan bersyarat baru bisa dimohon setelah 20 tahun efektif.”
Mavros langsung lemas mendengar keputusan hukuman untuknya, rasanya dunia runtuh di depan mata. Mavros tak mampu mengangkat pandangan setelah keputusan hakim disebutkan.
Hakim melanjutkan untuk keputusan Anna dengan berkata tegas, “Vonis Anna Del Valle. Dijatuhi 18 tahun penjara, pencabutan hak akademik, dan biaya perkara.” Pembela menunduk dan Anna menangis tertahan. Niatnya untuk mengalahkan Maula dalam bidang akademik, justru membuat dia kehilangan semua itu.
11:32 – Sanksi Kampus Dibacakan
Perwakilan Rektor UAM, Prof. Inés Garrido, berdiri di galeri publik dan membacakan keputusan menyangkut Mavros dan Anna.
“La Universidad Autónoma de Madrid expulsa definitivamente a ambos estudiantes y anula todo expediente académico.”
(Universidad Autonoma de Madrid mengeluarkan kedua mahasiswa secara permanen dan menghapus seluruh catatan akademik mereka.)
Surat keputusan itu juga dikirim ke CRUE: menegaskan larangan registrasi di seluruh universitas Spanyol pada dua nama ini dan mereka tidak akan pernah bisa melanjutkan pendidikan di Spanyol.
11:35 – Penutup Sidang
“La sesión queda cerrada.” (Sidang ditutup.)
Palu kayu jatuh tiga kali dan suara solid menyapu ruangan. Semua menghembuskan nafas lega dengan keputusan hakim serta keputusan dari pihak kampus.
11:38 – Reaksi dan Keberangkatan
Petugas Guardia Civil menggiring Mavros dan Anna ke koridor bawah tanah menuju mobil tahanan. Mavros melirik Maula dengan tatapan kosong terakhir sebelum pintu baja tertutup.
Rayden membalas tatapan itu dengan merangkul pinggang istrinya dan menatap tajam Mavros.
Di aula luar, lampu kilat kamera menyilaukan. Maula berhenti sejenak, berbicara jelas. “Hari ini keadilan ditegakkan. Kami akan melanjutkan hidup setelah apa yang kami lalui di desa itu. Dan untuk teman-teman kami yang tidak selamat, mohon doa dari kalian semua.”
Sofia merangkul bahu Maula, Reba menarik napas lega, lalu Rachell dan Corvin berbagi tos kecil, bukan selebrasi, tapi sinyal selesai berperang dan sekarang mereka aman walau pun banyak teman mereka harus meregang nyawa.
Rayden, Maula, Eliza dan Maureen menuruni anak tangga granit. Matahari siang menerpa wajah mereka. Di belakang, gedung pengadilan berdiri bisu, menyimpan gema palu yang menutup bab gelap dan membuka lembar baru bagi para penyintas.
Di dalam mobil, Sofia diantarkan oleh Advait bersama Reba juga. Mereka bertiga bicara santai dan Reba turun lebih dulu sedangkan lokasi Sofia masih jauh.
Sofia menatap ke arah luar kaca mobil, wajahnya tampak tenang setelah keputusan itu dijatuhkan.
“Oke?” tanya Advait singkat, Sofia menoleh dan tersenyum.
“Ya. Aku tidak menyangka bisa selamat dari hutan itu, semua sangat mustahil di awal. Aku pikir akan berakhir menjadi makanan para kanibal dan ternyata Allah masih memberikan aku kesempatan untuk hidup,” ungkap Sofia dengan senyumnya.
“Selain takdir, mungkin hidupmu masih diuntukkan bagi seseorang yang membutuhkanmu.” Sofia mengerutkan dahi.
“Membutuhkanku?”
“Ya membutuhkanmu. Perjuangan, kasih sayang, medis, dan mungkin... sedikit cinta.” Sofia tertawa pelan dan itu membuat Advait terpana.
“Pasienku maksudmu?” Advait menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
“Ya begitulah, mana tau suatu saat aku akan menjadi pasienmu juga.” Mereka berdua kembali tertawa.
“Pasien yang kau berikan cinta, ya. Itu yang kuharapkan, Sofia. Berada di dekatmu membuat aku nyaman dan tenang. Tampaknya kau tidak mengerti maksud ucapanku.”
Advait melirik Sofia, ingin dia mengutarakan isi hatinya tapi masih ragu saat ini. Mereka baru saja kenal dan dekat saat kepulangan dari hutan itu. Advait ingin membangun kedekatan lebih dulu sebelum mengungkapkan isi hatinya lebih lanjut.
...•••Bersambung•••...