Hidup terkadang membawa kita ke persimpangan yang penuh duka dan kesulitan yang tak terduga. Keluarga yang dulu harmonis dan penuh tawa bisa saja terhempas oleh badai kesialan dan kehancuran. Dalam novel ringan ini kisah ralfa,seorang pemuda yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperbaiki masa lalu dan menyelamatkan keluarganya dari jurang kehancuran.
Berenkarnasi ke masa lalu bukanlah perkara mudah. Dengan segudang ingatan dari kehidupan sebelumnya, Arka bertekad mengubah jalannya takdir, menghadapi berbagai tantangan, dan membuka jalan baru demi keluarga yang dicintainya. Kisah ini menyentuh hati, penuh dengan perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.
Mari kita mulai perjalanan yang penuh inspirasi ini – sebuah cerita tentang kesempatan kedua, keajaiban keluarga, dan kekuatan untuk bangkit dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michon 95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Yuhal Di Panggil
"Si bodoh... pengecut itu! Aku dengan mudah memberinya kemenangan, dan dia berani mengatakan tidak?" gumam Yuhal sambil membawa kakinya keluar dari ruangan itu.
Asal tahu saja... kamu tidak membodohi siapapun.
Kata-kata Ralfa bergema di benaknya. "Aku tidak membodohinya, mustahil... rencanaku sempurna. Bagaimana mungkin dia tahu?"
Dia menggerutu sepanjang lorong sampai kelasnya lalu duduk di bangkunya. "Aku... harus jadi anggota organisasi The Judges. Aku tidak sanggup mengacaukan ini," katanya dengan suara pelan dan gigi terkatup.
Ekspresinya tegang seperti seseorang yang kehabisan pilihan. Dia melihat ponsel dan mendapatkan pesan yang berisi:
Sayangku,
Bagaimana kabarmu hari ini?
Itu adalah pesan dari pacarnya. Sebenarnya hubungan mereka cukup baik. Gadis itu adalah putri seorang pengusaha furniture. Meskipun mereka tidak sekaya keluarga Yuhal, tapi lebih dari cukup untuk menjadi pasangannya. Dia adalah gadis muda cantik yang menganggap Yuhal sebagai pemuda terhormat.
Tentu saja tidak ada yang salah dengan semua itu. Masalahnya adalah Yuhal sudah mengirim pesan yang memberitahu kepada kekasihnya yang membual tentang bagaimana dia akan menjadi anggota The Judges dan OSIS.
"Apa aku merasa berbicara terlalu cepat? Rasanya malu saja sudah terlalu berlebihan!"
Dia memegangi kepalanya dan meratap dengan cemas. Itu adalah ratapan yang datang dari dalam lubuk hati pria yang diganggu oleh cinta.
Saat ini pelajaran sedang dimulai dan tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kelas. Saat pintu itu terbuka, terlihat pria asing.
"Maaf untuk gangguannya, Yuhal, Putri ingin berbicara dengan Anda."
"...Hah?"
Yuhal menoleh ke arah pria itu dengan ekspresi kebingungan. Dia adalah utusan yang dikirim oleh ketua OSIS, Putri Khazanatus Zahra.
"Tidak masalah untukku," jawab seorang guru yang sedang mengajar.
"Kak Putri, ingin bertemu denganku?"
Yuhal keluar kelas dan berjalan menuju ruang OSIS. Dia masuk ke dalam ruangan OSIS dan melihat Putri, yang duduk bersandar di kursinya.
Satu-satunya skenario yang bisa dipikirkan olehnya sekarang adalah ketika pihak yang dipanggil melakukan kesalahan, tapi dia tidak tahu apa kesalahannya.
"U-Um Kak Putri?"
"Hm? Oh, maafkan aku," katanya sambil terkikih singkat. "Aku hanya sedang memikirkan sesuatu."
"Apa itu?"
"Oh, hanya... sesuatu yang dilakukan temanku dalam situasi seperti ini."
"Hah... apa maksudnya?"
Saat itulah Yuhal menyadari bahwa mereka tidak sendirian. Di belakang Putri berdiri seorang gadis yang dikenalnya. Wajahnya pucat pasi, dan dialah orang yang disuapnya untuk menyebarkan rumor jahat tentang Putri.
"Sepertinya ada banyak hal yang terjadi di balik layar, bukan? Tapi harus kukatakan, kamu harus belajar menutupi jejakmu dengan lebih baik, atau tindakanmu ini pasti akan membawa kehancuranmu," kata Putri tenang.
"Kamu tidak membodohi siapapun."
Lagi-lagi kata-kata Ralfa muncul di benaknya. Nggak mungkin! Apakah dia benar-benar tahu?
Syok membuat tubuhnya kaku saat rasa takut perlahan merayapi tulang punggungnya. Putri mempertimbangkan reaksi ini dengan serius sebelum melanjutkan dengan nada yang terlalu lembut.
"Kamu telah memberiku sebuah dilema. Aku percaya bahwa mereka yang melakukan kesalahan harus dihukum. Tentu saja, kesalahan adalah hal yang manusiawi, dan dalam banyak kasus, belas kasih mungkin diperlukan. Tapi kamu, Yuhal... kamu adalah putra seorang anggota dewan pemerintah pusat," katanya sambil menatapnya dengan tatapan sedingin es. "Aku berasumsi, kamu sangat menyadari perlunya memikul beban dan tanggung jawab atas tindakanmu dengan cara yang sesuai?"
Keringat dingin mengalir di punggungnya. Gadis yang dia anggap sebagai putri dari keluarga pengusaha kelas menengah atas, sekarang dia sadari, adalah seorang pelaksana keadilan atas nama kebenaran. Saat ini, pedang penghakimannya melayang di atas lehernya, dan matanya berkobar penuh keyakinan yang diperlukan untuk memberi hukuman kepada mereka yang berdosa.
"Tapi aku tahu Ralfa akan memaafkanmu. Dia akan mengatakan bahwa ini adalah sekolah. Bahwa itu adalah tempat mengajar dan mengeluarkan siswa hanya karena satu kesalahan saja adalah tindakan kejam. Dan dia akan menunjukkan belas kasihnya padamu."
Hukuman memiliki dua fungsi. Hal ini bertujuan untuk meringankan keluhan korban dengan memaksa penyerang, dan hal ini berfungsi sebagai disiplin bagi mereka yang melakukan kesalahan. Mendisiplinkan pada hakikatnya adalah mendidik.
"Dalam hal ini akulah yang menjadi korbannya, bukan?" Dia bertanya dengan suara keras sambil menempelkan tangannya di pipi.
Dan dengan begitu, Yuhal keluar dari ruang OSIS dan kembali ke kelasnya.
Saat ini Yuhal sedang dalam perjalanan pulang sambil menyetir mobil. Dia berkata, "Sial, rencanaku benar-benar berantakan."
Saat di tengah perjalanan, dia sadar ada dua mobil yang membuntutinya dari tadi. Dia belok ke kiri, mereka juga belok ke kiri.
"Siapa sebenarnya mereka?"
Yuhal memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi agar para penguntitnya tidak bisa mengejarnya. Akhirnya, saat dia berhasil terlepas dari penguntitnya, dia menoleh ke belakang untuk memastikan apakah mereka masih mengikuti atau tidak. Lalu tanpa dia sadari, dia menerobos lampu merah dan saat menoleh ke kanan, dia melihat sebuah truk berkecepatan tinggi dan menabrak mobilnya. Terdengar bunyi
Braak!
Mobilnya berguling-guling di tengah jalan perempatan dan akhirnya terbalik.
"Apa yang terjadi, kenapa dunia terasa terbalik?" gumamnya.
Dan setelah itu, seluruh dunia menjadi gelap.