”Aku sudah meniduri Ariana, biarkan aku bertanggung jawab dengan menikahinya!” perkataan itu keluar dari mulut Arkana, bocah SMA berusia 18 tahun yang tak ingin sang ayah menikah lagi.
Ariana, gadis berusia 22 tahun harus terjebak di antara dua pria beda usia sejak dia bekerja sebagai pengasuh di kediaman Bradley.
Namun konflik di antara ayah dan anak itu semakin besar karena sang ayah yang berniat menikahi Ariana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tujuan Menikah
”Menikahlah dengan Arkana, aku akan membiayai semua administrasi ibumu di rumah sakit. Karena aku tak akan pernah meminjamkan uang padamu,” tawar Arga yang tahu kondisi ibu Ariana. Setelah mendengarkan penjelasan dari dokter jika kondisi ibunya harus segera di tindak ke ruang operasi.
Ariana menghela nafas panjang dan menghembus dengan kasar. Gadis itu tak memiliki pilihan lain, selain menerima tawaran dari sang majikan.
”Tapi dengan syarat, tuan harus membiayai kuliah adik saya di Universitas pilihannya. Dan juga keperluan untuk keluarga saya.”
Itulah keinginan Ariana, mencukupi kebutuhan bagi ibu dan adiknya. Dia yang rela bekerja agar ibunya tak harus lagi menjadi babu di rumah tetangganya, malah mendapati nasib yang kurang baik.
”Ya, setidaknya dia orang kaya. Walau nasibku tak baik, aku bisa memanfaatkan ini demi keluargaku agar hidup dengan layak,” gumam Ariana di hatinya.
Arga menyetujui semuanya, dia pun memberikan sebuah kartu kredit untuk Ariana pakai.
”Aku tahu ini salah, tapi aku harap perjanjian ini tak membuat kerugian di antara kita berdua. Namun, aku juga meminta sebuah syarat padamu. Tetaplah bekerja sampai masa kontrakmu habis, setelah itu kau bebas. Kau dan Arkana hanya sebatas pernikahan siri, jadi ini tak akan memberatkanmu.”
Penjelasan Arga membuat hati Ariana terluka. Dia tak menyangka jika nantinya akan menjadi janda dari seorang bocah SMA.
”Kenapa harus menikah? Memangnya apa yang terjadi?” Tanya Ario yang tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
”Tak ada apa-apa Ario, kembalilah ke kamar ibu sampai di pindah ke ruang operasi.”
”Aku butuh penjelasan kakak, bukankah kakak bilang ayah Arkana yang akan menikahi kakak. Kenapa sekarang menikah dengan Arkana?” Pertanyaan Ario menggebu-gebu, dia begitu bingung dengan yang terjadi.
”Ario, ini keputusan kakak. Yang penting biaya rumah sakit sudah terjamin, dan kamu jadilah wali nikah bagi kakak. Kakak mohon,” pinta Ariana yang masih membuat bingung Ario. Bagaimana bisa bocah seumurannya akan menikahi Ariana yang usianya lebih tua 4 tahun.
Beberapa saat kemudian, Wildan datang bersama Arkana. Dan di belakangnya terdapat pria paruh baya yang membawa tas dan beberapa dokumen.
”Lho, katanya mau ada nikahan.Tapi malah di bawa ke rumah sakit,” ucap pria yang di duga penghulu. Arga yang sudah sakit kepala dengan kejadian hari ini segera meminta pak penghulu menikahkan Arkana dan Ariana.
”Kebetulan pengantinnya ingin menikah di saksikan ibunya yang sedang sakit. Mari Pak, kita di dalam ruangan saja,” ajak Arga ke kamar rawat ibu dari Ariana.
Ario yang diliputi beribu pertanyaan, dengan berat hati harus menjadi wali nikah sang kakak. Namun yang menjadi lucu, kakaknya menikah dengan bocah seumurannya.
Ijab kabul pun di ucapkan lantang oleh Arkana, dengan mahar berupa motor vespa matic pemberian sang ibu, pernikahan mereka pun akhirnya sah.
”Aku melakukan ini untuk keluargaku dan kesembuhan ibu,” gumam Ariana dalam hatinya.
”Aku melakukan ini agar papa terhindar dari wanita yang akan menyakitinya,” gumam Arkana dalam hatinya.
Keduanya sama-sama memiliki tujuan, dari pernikahan yang terjadi karena keterpaksaan.
”Jadi hanya ijab kabul saja? Tak ada dokumen untuk di daftarkan ke KUA? Supaya pernikahan ini kuat di mata hukum,” Tanya Pak penghulu yang mempertanyakan kelengkapan dokumen.
”Tak ada Pak, hanya nikah siri,” ucap Ariana dengan yakin. Namun ucapan gadis itu membuat Arkana merasa tertantang.
”Jadi akhirnya harus seperti ini. Tuan, aku tak percaya dengan tindakan yang di lakukan putramu,” Wildan masih tak percaya jika putra dari atasannya menikah dengan calon ibu tirinya.
”Aku mencintai keduanya sama besar Wil. Aku tak bisa membiarkan putraku di penjara, atau tumbuh menjadi pria brengsek yang tak bertanggung jawab. Dan aku tak bisa membiarkan Ariana kehilangan ibunya. Mungkin ini jalan terbaik bagi keduanya.”
...~~~...
Sudah seminggu Arkana mendapat antaran makan siang ke sekolah dari Wildan. Ariana masih harus menjaga ibunya dari pemulihan pasca operasi, sehingga membuatnya tak bisa bekerja.
Sementara itu datang artis baru terkenal, Maudy, ke ruang kelas Arkana. Sambil membawa rombongan kameramen yang entah dari stasiun televisi mana. Tiba-tiba gadis itu mendekati Arkana dan mengatakan hal yang tak terduga.
”Guys, kenalkan ini pacar aku. Namanya Arkana William Bradley. Say hello to camera, baby!”
Arkana tentu saja terkejut, dirinya yang tak tahu menahu tiba-tiba di perkenalkan sebagai pacar dari Maudy.
”Apaan sih loe, gue bukan pacar loe. Jangan bikin gosip murahan,” ucap Arkana emosi. Sementara kameramen dan host yang sedang mengambil videonya malah menganga melihat pemuda setampan Arkana.
”Ya ampun, ini sih hidden gem. Bisa-bisanya dia sembunyi, sayang banget gantengnya gak bisa di nikmati khalayak ramai,” bisik sang host pada kameramen tersebut.
”Tranding sih kalau masuk acara gosip, sama youtube juga. Lumayan pasti dapat views banyak,” ucap si kameramen yang masih mengambil video Arkana dan Maudy yang tengah bersitegang.
”Pura-pura doang ih, bantu gue dong. Di agensi ada yang ngejar-ngejar gue minta jadi pacarnya, kalau dia tahu gue punya pacar pasti dia bakal berhenti ngejar,” pinta Maudy pada pemuda di hadapannya.
”Loe sadar gak sih kalau posisi dia sama kaya loe yang ngejar-ngejar gue,” ucap Arkana yang membuat Maudy emosi. Dia pun keluar dari kelas Arkana dengan wajah cemberut, seperti biasa. Sambil di ikuti oleh rombongan kameramen yang di bawanya.
Sementara, Ariana kini sedang menyuapi ibunya yang sudah beranjak pulih. Gadis itu merasa senang karena ibunya sebentar lagi bisa pulang ke rumah.
”Maaf yah Ana, ibu sudah menyembunyikan penyakit ini berbulan-bulan. Ibu tak tahu jika akhirnya akan seperti ini. Tapi darimana kamu punya uang untuk membayar biaya rumah sakit?” Tanya Nisa yang mempertanyakan biaya rumah sakit pada sang putri. Ariana pun menjawab jika dia meminjam pada sang majikan.
”Itu berarti kamu harus membayarnya, uang sebesar itu akan kau bayar berapa tahun sampai lunas?” Kekhawatiran sang ibu membuat Ariana panik. Dia kebingungan untuk menjawab hal itu.
”Anda tidak perlu memikirkan biaya rumah sakit. Saya tak akan meminta gantinya,” suara seorang pria terdengar di balik pintu. Arga ternyata datang menjenguk sang besan.
”Anda siapa? Apa Anda majikan dari putri saya?”
Arga mengangguk, dia pun duduk di samping Ariana dan memberikan satu keranjang buah untuk ibunya.
”Terima kasih banyak tuan, jika bukan karena anda mungkin saya akan—”
”Anda tak perlu khawatir, bisa saja saya adalah perantara dari Tuhan untuk membantu anda. Dan untuk Ariana, saya harap setelah ibumu pulih kamu bisa segera bekerja kembali dengan kami. Saya pamit dulu.”
Arga pun pergi dari kamar rawat Nisa dan segera kembali ke kantornya. Sedangkan, Ario baru datang ke rumah sakit bersama dengan Arkana.
”Ngapain juga sih loe ikut? Jangan ngenalin diri loe sebagai suami kakak gue sama ibu. Bilang aja loe anak dari majikannya,” ancam Ario pada kakak iparnya.
”Gue juga punya pikiran. Nanti aja kalau ibu loe udah sehat lagi, gue akan perkenalkan diri sebagai menantunya. Harusnya loe bersyukur punya ipar ganteng dan kaya, bukannya malu.”
”Loe ganteng sama kaya, tapi bocah. Itu yang bikin malu, nanti kakak gue di sangka kelainan nikah sama bocah,” kesal Ario yang membuat Arkana tak bisa menjawab.
Mereka pun sampai di kamar rawat Nisa, Arkana dengan sopan mencium tangan ibu mertuanya, lalu sedikit menyapa dengan sopan.
”Ternyata selain ayahnya, anaknya juga baik sekali,” puji Nisa pada Arkana.
”Uhuk—”
Ariana tersedak, ibunya tak tahu saja kejadian seminggu yang lalu, yang membuat Ariana harus menikah dengannya. Sementara Arkana hanya menyunggingkan senyum manisnya.