Amezza adalah seorang pelukis muda yang terkenal. Karakternya yang pendiam, membuatnya ia menjadi sosok gadis yang sangat sulit ditaklukan oleh pria manapun. Sampai datanglah seorang pria tampan, yang Dnegan caranya membuat Amezza jatuh cinta padanya. Amezza tak tahu, kalau pria itu penuh misteri, yang menyimpan dendam dan luka dari masa lalu yang tak selesai. Akankah Amezza terluka ataukah justru dia yang akan melukai pria itu? Inilah misteri cinta Amezza. Yang penuh intrik, air mata tapi juga sarat akan makna arti cinta dan pengampunan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tanda Tatto yang sama
Evradt terus menatap Amezza yang berdansa dengan Erland. Ia bahkan tak mendengar apa yang dikatakan oleh sahabatnya.
Jujur, hati Evradt cemburu melihat wanita yang disukainya itu ada dalam dekapan lelaki lain. Tangannya yang ada di atas meja terkepal. Caleb pun bisa melihat itu. Ia memberikan instruksi kepada istrinya untuk meninggalkan mereka berdua.
"Amezza memang cantik ya?" ujar Caleb sambil menepuk pundak sahabatnya itu. Evradt menoleh dengan kaget. Ia tersenyum karena ketahuan memperhatikan Amezza.
"Ya. Dia memang cantik." Evradt jujur mengakui.
"Dia memang layak dipakai oleh semua orang. Perpaduan darah Indonesia yang ada di tubuhnya membuat dia menarik diantara banyak gadis cantik di Spanyol."
Evradt menatap sahabatnya itu. "Apa benar kalau Amezza dan Erland tidak ada hubungan sesuatu?"
"Bukan tak ada hubungan. Namun status mereka belum jelas. Mereka berdua belum pernah saling mengatakan cinta namun hubungan mereka seperti orang yang ada hubungan khusus. Saling support, saling merindukan. Setiap kali Amezza ulang tahun, Erland pasti datang ke Spanyol."
"Apakah mereka tidur bersama?" tanya Evradt.
Caleb terkekeh. Namun ia mengangkat bahunya. "Mereka orang yang sama-sama dewasa. Wajarkah kalau memiliki ketertarikan satu dengan yang lain. Amezza cantik, bentuk tubuhnya nyaris sempurna sementara adikku tampan dengan tubuh atletis. Memangnya kenapa? Kamu suka dengan Amezza?"
Evradt terdiam sesaat. Namun akhirnya ia mengangguk. "Aku awalnya tak merasakan ketertarikan apapun pada gadis itu. Namun beberapa hari ini, aku merasa ada sesuatu yang menarik diriku untuk mendekatinya, untuk memeluknya bahkan ada hasrat dalam diriku untuk bercinta dengannya. Aku tak pernah seperti ini pada gadis lain."
Itu karena kamu mencintainya, Ev. Dia adalah kekasihmu di masa lalu dan mereka memaksanya untuk melupakannya, batin Caleb.
"Dan aku yakin kalau Amezza juga merasakan hal yang sama seperti yang aku rasakan."
"Bagaimana kamu yakin? Apakah Amezza mengatakannya padamu?" tanya Caleb penasaran .
"Tidak. Namun saat aku menciumnya, saat dia membalas ciumanku, aku dapat merasakannya."
"Kamu menciumnya?"
"Ya. Maafkan aku, Caleb. Aku tak bisa menahan diriku. Aku tahu Amezza dekat dengan Erland namun rasanya sulit mengendalikan perasaanku."
Caleb menatap adiknya yang masih berdansa dengan Amezza. Sangat jelas terlihat kalau Erland begitu posesif memeluk Amezza. Caleb tak tahu bagaimana reaksi Erland jika tahu kalau Evradt sudah mencium Amezza.
Malam itu, Amezza diantar kembali oleh Erland ke kamarnya. Erland kemudian kembali ke kamarnya juga. Ia sudah berencana, besok malam dia akan melamar Amezza.
**************
Besok paginya, Amezza kembali berjumpa dengan Fifi. Perempuan itu memang pergi berbulan madu dengan suaminya saat mereka liburan di Bali ini. Fifi sudah melaksanakan perjalanan 4 hari di nusa penida.
Suasana sarapan di pagi ini sangat ramai karena hotel penuh para tamu yang akan melaksanakan konser amal.
Pagi ini Amezza menggunakan celana pendek kain dan kaos singlet yang menunjukan bagian punggungnya. Sebenarnya Amezza tak terlalu suka berpakaian agak terbuka. Namun karena mereka hari ini mau pergi berenang di pantai, Amezza pun menggunakan pakaian ini juga.
"Kapalnya berangkat jam 8. Sudah sarapan, sayang?" tanya Erland.
"Sudah. Tapi Fifi kayaknya nggak ikut kita berenang."
Erland menatap Fifi. "Kenapa, Fi."
Fifi mengusap perutnya.
"Kamu hamil?" tanya Erland dengan wajah senang. Fifi mengangguk. Suaminya pun terlihat bahagia.
"Wah, selamat ya. Aku ikut bahagia mendengarnya. Sebaiknya memang kamu istirahat saja di kamar. Nanti aku minta layanan makan siang untuk kalian diantar ke kamar. Gratis." ujar Erland membuat Fifi langsung memeluk Erland dan mengucapkan terima kasih. Namun wajah Fifi seketika pucat melihat siapa yang memasuki restoran. Mata Fifi langsung menatap Erland. Cowok itu hanya tersenyum seolah mengerti maksud tatapan Fifi. Erland justru memanggil Evradt.
"Evradt.....!"
Evradt mendekat. "Hai....!"
Fifi diperkenalkan Erland kepada Evradt. Lelaki itu menjabat tangan Fifi dengan gaya tak kenalmya. Fifi jadi penasaran. Erland hanya tersenyum seolah mengatakan kakak mereka memang tak saling mengingat.
"Kamu mau ikut ke pulau?" tanya Erland.
"Ikut. Makanya aku mau cari Caleb."
"Caleb sudah di kapal bersama istrinya. Ia yang akan membawa kapal itu." ujar Evradt.
"Kalau begitu aku pergi mencari Caleb ya. Bye semua..." Evradt langsung pergi.
"Ayo kita juga ke kapal." ajak Erland.
"Sebentar aku ke toilet." kata Amezza lalu segera melangkah meninggalkan mereka.
Fifi menatap Erland. "Kamu gila kalau mempertemukan mereka. Bagaimana kalau orang tua Amezza tahu?"
"Mereka tak saling mengingat." ujar Erland.
"Aku takut mereka akan saling mengingat, Erland. Walaupun operasinya dikatakan berhasil. Walaupun dokter Mergan mengatakan kalau ingatan Amezza tak mungkin kembali namun aku takut jika mereka berdekatan seperti ini."
"Aku akan kamar Amezza di kapal nanti."
"Benarkah? Baguslah. Aku yakin kalau Amezza tak akan menolakmu." Fifi menjadi lega. Ia tahu kalau Amezza tak akan pernah menyakiti Erland yang sudah begitu baik padanya.
***********
Berada di kapal ini, Amezza melihat bagaimana para gadis yang jumlahnya tak seberapa itu dimanjakan dengan para pria yang tampil hanya menggunakan celana pendek tanpa atasan.
Kru utama yang bekerja untuk Erland memang ada 10 orang. Dan hanya 3 yang perempuan.
Amezza memegang suncreen untuk mengolesi punggungnya. Namun ia tak menemukan Erland. Nampaknya Erland ada di dalam kapal. Amezza pun masuk ke dalam kapal untuk mencari Erland. Ia justru berpapasan dengan Evradt.
"Kamu lihat Erland? Aku mau minta dia menggosok punggung ku dengan suncreen."
"Mari aku gosok."
"Tapi....."
Evradt menarik tangan Amezza dan memintanya untuk duduk di bagian haluan kapal. Di sini agak sepi. "Ayo duduk." Kata Evradt. Ia sedikit mendorong Amezza untuk duduk lalu ia duduk di belakang gadis itu. Tangan Evradt segera meraih suncreen dari tangan Amezza dan membuka penutupnya. Ia menuangkan sedikit ke tangannya dan meminta Amezza untuk menggulung rambutnya. Saat itulah Evradt melihat sesuatu di punggung sebelah kanan Amezza.
"Kamu pernah buat tatto di punggungmu?" tanya Evradt.
"Nggak tahu. Memangnya ada tatto di sana?"
Evradt memegang punggung Amezza dengan jari telunjuknya. "Nampaknya ini sudah dihapus. Sepertinya sebuah nama. Di punggungku juga sama. Ada juga tatto tapi sudah dihapus. Aku sendiri tak ingat bagaimana bisa menghapusnya." Evradt pun membalikan badannya. Amezza melihat punggung sebelah kanan Erland. "Iya. Ukuran tatto nya hampir sama." Amezza mengusap bekas tatto di punggung Evradt dengan tangannya. "Nampaknya ini tatto yang dibuat di daerah Venesia. Tatto itu memang agak susah dihapus."
Evradt membalikan badannya lagi sehingga keduanya kini saling berhadapan. "Kamu pernah ke Venesia?"
Amezza mengangkat kedua bahunya. "Aku tak ingat. Kan ada beberapa memoriku yang hilang karena kecelakaan itu."
"Lalu bagaimana kita bisa memiliki bekas tatto yang sama?" tanya Evradt membuat Amezza juga bingung.
"Aku tak pernah bertanya pada orang tuaku bagaimana tatto ini bisa dihapus dari tubuhku. Aku sebenarnya juga lupa dimana tatonya aku buat."
Evradt memegang pipi Amezza dengan satu tangannya. "Aku mencintai kamu, Ame. Seperti ada sesuatu yang mengikat aku padamu. Apakah ini yang dinamakan cinta sejati?"
"Evradt, jangan seperti ini." Amezza langsung bangkit dan berjalan meninggalkan Evradt. Namun lelaki itu mengejarnya lalu menarik tangan Amezza masuk ke sebuah ruangan.
"Evradt, kamu mau apa?"
Evradt tak menjawabnya. Ia langsung melingkarkan tangannya di pinggang Amezza, lalu menarik tubuh gadis itu agar menempel ke arahnya. Ia kemudian langsung mencium bibir Amezza. Memaksakan ciuman itu agar dibalas dan akhirnya Amezza membalasnya. Evradt langsung mendorong tubuh Amezza untuk berbaring di atas sofa yang ada di sana. Ia menarik turun celana kain yang Amezza kenakan. 😱😱
Sementara di kamarnya, Erland sedang memegang sebuah kotak cincin. Sejuta keraguan ada di hatinya. Namun juga keinginan untuk untuk memiliki Amezza.
bagaimana kejadian selanjutnya ?
harus nya Vania SDR insyaf jgn jht Mulu dong