Hai semua,,,author kembali lagi nih dengan cerita baru.
Sebuah pernikahan terjadi di masa lalu, walau pernikahan dini namun tetap sah karena sang ayah si gadis yang menikahkan.
Kehidupan terus berputar dan saat si gadis dewasa sang suamipun ingin meresmikan pernikahannya.
Namun bagaimana jadinya jika pernikahan mereka terlupakan oleh sang gadis ,,,
Penasaran ???!! Yuk dibaca ,,,,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roslaniar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33 》》ADA APASIH, BANG ?!
Andhini menutup pintu kamarnya setelah mereka bertiga berada di dalam kamar. Rencana untuk berbicara sebagai sesama wanita harus tertunda karena kehadiran pria yang berstatus sebagai abangnya.
“Ada apa sih bang, tumben ikut gabung dengan kita-kita ?! Abang dulu gak kayak gini deh ,,,” Andhini menatap Niko dengan penuh selidik.
Sungguh suatu keajaiban bagi Andhini melihat sang abang yang tanpa canggung mengikutinya ke dalam kamar. Kalo hanya mereka berdua sih bukan hal baru bagi Andhini. Tapi ini beda lagi ceritanya karena ada sahabatnya yang tak pernah dilirik oleh sang abang.
“Itu kan dulu, sekarang beda lagi ,,,” Niko kini duduk di sofa dengan santainya. Sedangkan Andhini duduk di bibir tempat tidur, adapun Zelena memilih duduk di depan meja belajar Andhini.
Tata letak semua barang-barang Andhini masih sama seperti saat ia masih aktif sebagai mahasiswi. Bahkan sofa, meja rias dan segala pernak perniknya masih sama.
“Kenapa abang gak diluar aja sih, gabung sama antek-anteknya.” Andhini masih kesal karena Niko mengajak Satria ke rumah padahal ia belum siap mempertemukan Disha dengan pria itu.
“Jangan salah paham, dek. Bagaimanapun suatu saat Satria pasti akan bertemu dengan putrinya, semakin cepat semakin bagus dan masalah kalian cepat pula selesai,” Niko berusaha memberi pengertian pada Andhini yang memang susah menerima pendapat orang lain jika sedang emosi.
“Masalahku dengan bang Sat akan selesai kalo kami bercerai bang ,,,” Wajah Andhini terlihat sangat serius.
Niko menganga mendengar panggilan Andhini yang ditujukan untuk sahabatnya, sedangkan Zelena berusaha menahan tawa namun tetap saja terdengar kikikannya.
“Dek, yang sopan bisa gak ?!” Niko menggeleng tak percaya dengan pendengarannya. Untuk pertama kalinya adiknya itu berkata kasar pada seseorang yang lebih tua darinya.
“Gak usah diperpanjang, kali ini aku serius bang. Aku bener-bener berharap bang Sat mau menceraikan ku atau aku aja yang mengajukan perceraian. Gak apa-apa kalo dia mau mengambil hak asuh Disha, hitung-hitung sebagai pertukaran. Bukan aku tega bang, sungguh itu akan sangat berat melepaskan Disha tapi aku hanya ingin tetap waras bang,,,” Andhini menatap sendu abangnya. Jurus jitu Andhini jika meminta sesuatu pada satu-satunya pria yang menyayanginya tanpa pamrih.
“Kamu punya seseorang selama di Turki ?!” Niko memberikan tatapan intimidasi pada adiknya. Sejak Andhini menanyakan tentang akte cerainya, Niko sudah menaruh curiga. Apalagi sekarang Andhini semakin ngotot meminta cerai.
“Belum sih bang, aku belum menerimanya. Aku masih tau aturan meskipun aku tau jika secara agama kami sudah bercerai tapi secara hukum negara kita kan belum. Makanya itu aku ingin segera melegalkan perceraian kami,,,” Andhini memutuskan untuk berterus terang pada sang abang agar bisa membantunya lepas dari pernikahan yang tak sehat ini.
Niko terdiam, ia merasakan dilema. Di satu sisi ia ingin adiknya bahagia dan disisi lain ada bunda dan sahabatnya yang tentu saja tidak akan mau melepaskan Andhini.
“Nanti kita bicarakan hal itu. Sekarang kita bahas masalah abang.” Wajah Niko kali ini terlihat serius berkali-kali lipat.
“Masalah abang ?! Maksudnya ?!” Andhini dan Zelena saling melempar pandang namun dengan samar Zelena mengedikkan bahu tanda tak mengerti.
“Kamu kan sudah kembali dan umur abang juga semakin matang untuk berumah tangga. Jadi maksud abang gimana kalo abang menikah secepatnya.” Ucapan Niko semakin membuat Andhini bingung.
Hati Zelena mencelos mendengar perkataan Niko. Pria yang selama ini ia tunggu namun ternyata sudah memiliki calon istri. Sungguh pandai pria itu menyembunyikan kekasihnya.
“Abang sudah punya kekasih ?! Abang gak ngehamilin anak orang kan ?! Pokoknya ya bang, kalo abang menikah dengan wanita yang tidak cocok dengan kriteriaku maka kita bukan lagi saudara. Aku rela kehilangan abang daripada nantinya aku selalu ribut dengan istri abang.” Sarkas Andhini tak terima. Emosinya kembali mencuat mendengar kata-kata abangnya.
Duk
Niko melempar bantal sofa dan sukses mendarat tepat di wajah Andhini. Kesal mendengar ucapan adiknya tanpa bertanya dengan baik-baik.
“Jangan terbawa emosi ,,, makanya dengar dulu kata-kata abang ,,,” Kesabaran Niko juga semakin menipis menghadapi Andhini yang semakin menjengkelkan menurutnya.
“Maksud abang tuh mau nanya sama sahabat kamu ini, kapan kita ke rumahnya buat ketemu kedua orang tuanya. Abang mau ngelamar dia,” Niko menatap Zelena yang sejak tadi hanya diam. Entah apa yang dipikirkan gadis itu.
“Na, kamu kok gak ngomong kalo kalian pacaran ,,,” Andhini menatap sahabatnya. Ia butuh penjelasan.
“Kami gak pacaran Dhin, hubungan kami hanya sebatas rekanan ,,,” Ucap Zelena apa adanya. Meskipun ia terkejut sekaligus bahagia mendengar penuturan pria yang selama ini memang ia harapkan, namun tetap saja Zelena bisa menguasai dirinya.
“Ini gimana sih konsepnya bang, kalian gak pacaran main langsung ngomong lamar aja,,,” Rasanya Andhini ingin menggeplak kepala abangnya abar otaknya sedikit bekerja.
“Abang gak ada waktu pacaran kayak anak ABG, kalo ada yang cocok sebaiknya langsung nikah aja.” Niko terlalu sibuk dengan perusahaannya itulah sebabnya ia tak memiliki waktu bersantai layaknya anak muda pada umumnya.
“Na, jawab dong ,,, jangan diam aja. Mana tau kamu sudah punya calon. Jangan gantung abangku yang sudah mulai menyandang status bujang lapuk ini,,,” Andhini tertawa puas melihat delikan tajam Niko. Kesempatan bagus untuk sedikit membalas kekesalannya.
“Aku gak terima penolakan ! Aku hanya akan mendengar kapan kami bisa melamarmu.” Tegas Niko tak ingin dibantah.
“Ck, gak ada romantis-romantisnya ,,, dimana-mana itu melamar seorang gadis harus romantis, bang. CK, kalian para lelaki sama aja. Main nikahin anak orang secara tiba-tiba,,,” Andhini mengomel sambil memutar bola matanya malas mendengar perkataan abangnya. Sementara Zelena hanya bisa menunduk dengan wajah memerah.
Entah apa yang ada dalam otak Niko, bisa-bisanya ia menembak sekaligus melamar seorang gadis terkesan memaksa bahkan sangat memaksa.
“Gak boleh kayak gitu bang, aku gak setuju. Seharusnya abang menyiapkan makan malam romantis bukan seperti ini. Dalam kamar sore pula, ck, gak ada manis-manisnya”, Andhini mencebikkan bibirnya kesal. Ia tak habis pikir abangnya gak ada kemajuan dalam menaklukkan hati perempuan.
“Astaga, ribet banget. Abang gak bisa dek ,,, toh intinya melamar juga kan ?! Kita sudah pada dewasa gak ada waktu yang kayak gitu”. Niko memang tak menyukai hal-hal yang hanya buang-buang waktu menurutnya. Yang penting kan hasilnya.
“Gimana Na ? Kamu mau terima lamaran pria yang kata orang-orang abangku ini ?!” Andhini menatap penuh harap sahabatnya. Sejak awal ia memang selalu menjodohkan Selena dan bang Niko berharap keinginannya menjadi nyata.
“Ck, dasar adik durhaka ,,,” Niko berdecih kesal seraya memutar bola matanya malas mendengar ucapan adiknya. Untung sayang.
Zelena tersenyum manis seraya menganggukkan kepala malu-malu. Sungguh ia tak tau bagaimana mengekspresikan kebahagiaannya saat ini. Pria yang selama ini mengisi hatinya pada akhirnya menyatakan keinginannya untuk membina rumah tangga dengannya.
“Ya udahlah ,,, karena kalian sudah sepakat, sekarang keluar dari kamarku. Segera urus pernikahan kalian, bicarakan sama bunda diluar. Aku mau istirahat”. Andhini membuka pintu dan menarik Zelena agar keluar dari kamarnya. Tak lupa iapun mendorong pria yang berstatus sebagai abangnya agar keluar dari kamarnya.
🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓🍓
Semangat berkarya thooorrr💪🏻💪🏻
apapun keputusan Andhini jujurlah atas apa yg terjadi di masa lalu