_tidak akan aku biarkan kau mendekati adikku Hans_
Gumam Samuel.
lalu Hans pergi dari ruangan Samuel dengan rasa kesal dan geram, ia sangat marah kepada Samuel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jestimjaber, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
posesif
Satu Minggu sudah setelah pengumuman diterima nya Luna di kampus bunga bangsa.
" Nek, ayo dong jalan jalan ke Mall aku bosan banget dirumah" Rengek Luna kepada nenek nya
Sang nenek yang sedang asik menonton tv Sangat terganggu mendengar rengekan Luna
" Kamu ajak lah teman mu, masa sama nenek" Luna mengerucutkan bibir nya
Sudah dua hari Luna tidur tiduran saja dirumah tidak ada kegiatan apapun, Alvaro dan Samuel sedang berada di luar kota dan besok akan pulang, sedang Deril ia sibuk dengan pekerjaan nya.
" Nenek engak asik ih, jesika tuh hari ini harus bantuin papa nya ke kantor engak bisa main sama aku" Nenek hanya geleng geleng saja
Namun tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.
Tok tok tok
" Bik tolong bukain ya" Perintah nenek, sang bibi langsung melangkah kan kaki nya ke pintu depan
Ceklek
" selamat pagi bik, Luna nya ada?" ujar seorang pria
" Non luna nya ada den, silahkan masuk dulu" Deril mengangguk
Bibi langsung melangkah kan kaki menuju ke ruang tv dan menemui Luna dan Nenek nya
" permisi nek, Non itu yang datang Den deril" Mata Luna langsung berbinar
" Kak deril?" tiba tiba Luna langsung berlari ke arah ruang tamu
" Kakak?" deril tersenyum, Luna langsung duduk di sofa depan deril
" Kamu baru bangun tidur? Masih pake piyama gitu" ujar Deril, ia mengamati Luna yang masih menggunakan baju tidur
" engak, aku udah bangun dari tadi cuma males aja buat ganti baju"
Tiba tiba nenek datang dengan berjalan pelan
" nak deril, Luna tuh merengek dari tadi minta nenek buat nemenin ke Mall mana bisa nenek" Deril langsung melirik Luna, luna hanya menunduk saja
" Mau ke Mall? Ayo, kamu mandi dulu" Luna menatap Deril
" Serius kak? Memang nya sudah tidak sibuk?" Deril menggeleng
" iya nak, kalo masih sibuk tidak usah. Lagian luna juga sudah sering ke Mall" Ujar nenek, ia tidak ingin deril terganggu
" Tidak kok nek, minggu minggu ini saya sudah free" Jawab Deril
Luna langsung berlari menaiki tangga dan menuju kamar nya ia mandi dan berganti pakaian, sekitar dua puluh menit Luna sudah turun dengan dress pendek nya yang membuat dirinya terlihat anggun
" Ayo kak" Deril langsung berdiri berpamitan dengan nenek dan segera pergi
Saat di depan rumah deril tidak langsung masuk ke mobil, ternyata hari ini dia memakai supir.
" kakak tumben pakai supir?" Deril langsung membukakan pintu untuk Luna
" langsung ke Mall ya ji" Sang supir mengangguk
" Baik pak" Luna masih saja menatap Deril
" kak, kakak belum jawab aku loh. Tumben kakak pakai supir" ucap Luna, ia kepo sekali
" Memang nya kenapa si lun, saya lagi cape saja nyetir" Jawab deril, Luna hanya mengangguk
Namun tiba tiba Luna kembali menatap Deril yang hanya diam menatap ponsel nya
" kak, lagi ada masalah ya di kantor?" tanya Luna, Deril menggeleng
" atau kakak marah sama aku, karena aku ajak kakak ke Mall? Ya udah deh berhenti disini aja aku pulang aja" Deril langsung mematikan handphone nya
" engak Luna, saya ada masalah dikantor engak marah kok sama kamu" Luna masih terlihat cemberut
Deril baru sadar kalo Luna memakai dres yang hanya sampai atas lutut
" Kamu kenapa kalo ketemu saja suka sekali memakai pakaian mini si Lun" Ujar Deril, luna langsung menatap aneh ke Deril
" memang nya kenapa? Aku punya nya baju kaya gini, memang harus nya bagaimana?" Deril terdiam, entah kenapa dia merasa terganggu sekali padahal biasa nya tidak
" memang nya engak ada baju yang lebih panjang apa?" Luna semakin mengerutkan dahi nya
" kenapa sih kak? Kaka jadi aneh gitu" Deril langsung terdiam, ia langsung mengambil jaz yang tersampir di jok depan
" tutupi bagian bawah kamu makai jaz saya" Ia menyerahkan jaz nya ke Luna, Luna menerima nya saja
_kak Deril selama ini habis ngapain si, tiba tiba jadi Crewet gitu kaya emak emak_
Gumam Luna
Tak lama mobil berhenti tepat di sebuah butik, Luna menatap butik tersebut dengan binggung
" kak ngapain kita ke butik?" Deril langsung turun dan menyuruh Luna juga turun.
Saat Deril hendak menarik luna untuk ke dalam tangan nya langsung di jauhkan
" kenapa?" tanya Deril santai
" ya kakak yang kenapa? Kita belum mau menikah kan, kenapa tiba tiba ngajak ke butik" Deril menghela nafas pelan
" kamu itu pake rok nya pendek sekali saya mau beliin kamu baju" Luna mengerutkan dahi nya
" ngapain? Kalo pake baju panjang itu panas kak" Luna benar benar kesal kepada Deril
" Pliss Luna nurut ya saya itu__ ah pokoknya kamu pakai rok panjang dulu ya hari ini" Luna masih terdiam ia mencerna kata kata Deril
mereka langsung masuk kedalam dan Luna diarahkan untuk memilih dress keluaran terbaru di butik tersebut. Setelah dua kali mencoba Luna merasa cocok
" Kamu suka semaunya?" Luna mengangguk sembari tersenyum
" suka banget, ini cantik lo kak engak nyangka aku bisa suka dress model gini" Ia menatap diri nya di pantulan cermin
" ya udah kamu ambil semua, untuk hari ini kamu pakai dress panjang dulu ya" Entah kenapa Luna merasa heran dengan Deril, namun ia menurut saja
Deril langsung pergi menuju ke kasir dan membayar belanjaan Luna, setelah itu menyuruh luna untuk segera ke mobil. Tapi tiba tiba
" bentar kak ada yang telfon" Luna langsung mengangkat nya
[ ' Oke kak, sekarang juga aku ke sana' ]
Ujar Luna kepada seseorang di sebrang telepon.
" Siapa?" Deril bertanya, ia dari tadi bersandar di pintu mobil sembari menatap Luna
" Kak Al minta aku jemput ke bandara kata nya supir lagi sibuk semua. Anterin aku pulang aja ya kak" deril menggeleng
" ayo saya antar kamu jemput Alvaro" Mata Luna langsung berbinar
" serius kak?" Deril mengangguk " masukk lah"
Dan benar saja deril langsung menyuruh supir nya untuk mengantar ke bandara. Dijalan Luna sibuk sekali dengan handphone nya berkirim pesan dengan Jesika. Sedang deril ia fokus memandangi jalanan
" Lun, gimana pendaftaran kuliah kamu?" tanya deril, ia merasa kesal karena luna sibuk sekali dengan handphone nya
" Kemarin aku udah daftar terus sehari setelah itu udah pengumuman dan aku diterima kak" deril langsung tersenyum
" syukurlah saya ikut senang, memang nya kamu ambil jurusan apa?" luna langsung menatap deril
" Ilmu komunikasi kak, aku pengen jadi reporter dan juga pengen memperdalam kemampuan komunikasi aku" deril mengangguk
" kenapa kamu engak minat jurusan lain kaya akuntansi, manajemen kan kakak kamu pebisnis semua" luna terdiam sejenak
" engak ah, saingan nya berat mending ilmu komunikasi biar bisa jadi content kreator juga" tiba tiba deril tersenyum
" kalo kamu jadi reporter kamu akan sibuk lun, terus saya bagaimana? " Luna langsung terbatuk, sampai sang supir melirik dari spion mobil
" Ma.. maksud kakak?" terlihat Luna sangat gugup, Deril tersenyum jail
" Kita kan akan menikah pasti sa__" belum sempat Deril melanjutkan obrolan nya, gio Asisten sekaligus supir nya sudah berbicara
" Maaf Pak Nona Sudah sampai"
Shit! Deril menatap tajam Gio, namun sang ajudan tidak melihat nya
" Maaf aku keluar dulu kak" Luna lansung berlari keluar dan ternyata sang kakak sudah menunggu.
Luna lansung memeluk Alvaro dengan sangat erat, jantung luna benar benar berdetak tidak karuan
" Kakak aku rindu sekali, untuk sekarang kakak pulang" Alvaro membalas pelukan sang adik
" tumben kamu kangen kakak, baru juga sehari kakak tinggal" Luna langsung mendongak menatap Alvaro
" memang nya tidak boleh kalo aku kangen sama kakak" Alvaro tersenyum " tentu boleh dek"
Ehem
Alvaro dan Luna langsung menoleh ke sumber suara, ternyata deril sudah berada di depan mereka.
" Loh, kamu datang sama Deril dek?" Alvaro terkejut, Luna mengangguk
" Tadi luna lagi sama gue, terus lu telfon dan gue nawarin diri buat nganter dia jemput lu" Alvaro menatap adik dan sahabat nya itu secara bergantian
" Iya kak, benar kok yang dikatakan kak deril" Alvaro menepuk lengan deril pelan
" Terimakasih banyak ya, palah jadi repot ril" Deril menggeleng
" engak udah tenang aja, langsung pulang aja ya..ji bawain kopernya" Sang ajudan langsung mengangguk.
Deril duduk di depan disamping supir Luna dan Alvaro duduk di belakang berdampingan, Luna bersandar sembari cerita cerita random dengan Alvaro terlihat kedua nya sangat bahagian. Deril begitu senang melihat Luna ternyata begitu disayang nya oleh keluarga nya.
Tak terasa sudut bibir deril menyingungkan senyum.