Warning! 21+
Ada beberapa adegan yang dilakukan pasangan yang sudah menikah, mohon bijak menyikapinya!
Jenaka Putri menerima pernikahan yang orangtuanya putuskan dengan laki-laki yang selama ini Ia idamkan. Khayalan indah tentang menikahi lelaki impian harus hancur manakala Mandala Wangi memanipulasi pernikahan mereka hanya untuk menutupi pernikahan sirinya dengan Kinara Jelita.
Sakit hati karena ditipu tak membuat Jenaka menyerah. Ia menyusun rencana agar Mandala mencintainya, semata agar Ia tidak diceraikan suaminya sendiri.
"Centil sama suami sendiri enggak salah kan?" tekad Jenaka.
Mampukah Jenaka merebut hati Mandala? Mampukah Jenaka menggeser posisi Kinara di hati Mandala? Mampukah Jenaka menggoda suaminya sendiri? Ataukah Jenaka akan menyerah dan memilih pergi?
Karena hidup tidak se-Jenaka namanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hadiah Pertama Untuk Jenaka
Acara belanja oleh-oleh sebelum kembali ke Jakarta ternyata berhenti di satu pusat penjualan souvenir, makanan dan kerajinan tangan yang terlengkap di pusat kota. Banyak makanan khas yang dijual juga beberapa kerajinan tangan khas pengrajin lokal yang kualitasnya tak diragukan dengan harga terjangkau.
Semua sudah turun dari bus, Mandala yang terakhir turun. CEO tampan itu mengenakan celana jeans selutut dengan atasan kaos berkerah warna merah. Kaosnya menampilkan tubuh kekarnya yang berotot dan perutnya yang rata. Pelukable, seperti biasa.
Mandala mengenakan topi berlabelkan salah satu brand terkenal juga memakai kacamata sunglass. Membuatnya terlihat bak artis yang nyasar masuk bus karyawan.
Sepatu yang Mandala kenakan juga terlihat kalau sepatu tersebut limited edition. Beda banget dengan sepatu yang Jenaka beli di online shop meski belinya di official store sekalipun.
Jenaka amat terpukau dengan penampilan suaminya tersebut. Pantas jika suaminya tak tergapai. Jarak diantara mereka begitu membentang. Anak orang kaya dengan anak karyawan biasa. Takdir yang menyatukan mereka dalam ikatan pernikahan penuh luka. Tak pernah ada yang bisa menyangkanya.
Genta selaku koordinator lapangan memberikan pengarahan tentang berapa lama acara belanja dan kapan mereka harus berkumpul kembali dalam bus. Bukan apa-apa, mereka harus kembali menghadapi kemacetan. Ntah sampai Jakarta jam berapa jika terlalu lama menghabiskan waktu berbelanja.
Mandala mengedarkan pandangannya, mencari anak nakal yang sudah menggodanya tadi pagi. Matanya tertuju pada gadis berlesung pipi yang hari ini menguncir rambutnya tinggi-tinggi, membuatnya terlihat bak anak kuliahan saja. Makin terlihat imut.
Bagai janjian, gaya berpakaian Mandala dan Jenaka bisa dibilang sama. Jenaka mengenakan kaos warna pink berlogo Adidas dan celana jeans selutut. Sepatu warna pink Jenaka kenakan, matching dengan kaosnya. Manis sekali, begitu menurut Mandala.
"Jangan lupa, kembali di jam yang ditentukan kalau tidak mau ditinggal!" pesan Genta saat para karyawan mulai membubarkan diri dan asyik berburu oleh-oleh.
Jenaka bukannya membaur dengan karyawan yang lain malah datang menghampiri Genta dan Mandala tentunya.
"Aku bareng kamu aja ya, Sayang!" dengan berani Jenaka mengatakan kata 'Sayang' pada Mandala.
Mandala melihat keadaan sekitar. Hanya tinggal mereka bertiga. Pantas saja Jenaka berani.
"Gue bareng teman-teman gue aja! Kalian habiskan waktu deh! Kalo mau lanjutin ciuman tadi pagi juga boleh!" sindir Genta yang kemudian berlalu meninggalkan Mandala dan Jenaka sambil tertawa-tawa.
"Pasti Kak Mandala cerita deh sama Kak Genta?"
Mandala tak menjawab hanya mengangkat bahu dengan acuh. Terlihat sekali menyembunyikan kebohongan.
"Ayo, Sayang!" Jenaka hendak memegang lengan Mandala yang sayangnya dihempaskan oleh Mandala.
Meski terasa agak sakit, Jenaka memasang senyum di wajahnya. Ia menyusul Mandala yang sudah berjalan duluan.
"Kak Mandala mau beli apa?" tanya Jenaka memulai percakapan.
"Enggak tau!" jawab Mandala singkat.
"Kak! Gandeng dong tangan aku!" rengek Jenaka dengan manja. Ia tahu Mandala tak akan peduli dengan rengekannya. Tetap saja Mandala jalan terus.
Lagi-lagi Jenaka berlari mengejar Mandala. "Ih sombong banget! Padahal tadi nyium aku semangat banget!"
Mandala menghentikan langkahnya dan menatap Jenaka dengan tajam.
"Iya.... iya.... Aku enggak bahas lagi!" Jenaka takut juga dengan tatapan mata Mandala yang sudah mengancamnya.
Jenaka mengikuti langkah Mandala yang keluar masuk dalam toko-toko berisi hasil kerajinan para pengrajin lokal dengan kualitas tak kalah bila dibanding produk import. Di toko ini jarang ada karyawan dari kantor Jenaka yang masuk, sudah bisa dibaca dari bentuk tokonya yang terlihat lux kalau harga yang ditawarkan pasti mahal.
Teman-teman Jenaka lebih memilih berburu makanan. Jenaka yang masih takut ke rumah Ayah memilih membeli kerajinan tangan yang akan Ia bawa entah kapan. Jenaka masih takut diceramahi Ayah.
Mandala mengambil sebuah gelang yang sangat cantik. Hati Jenaka mencelos. Pasti gelang tersebut untuk Kinara.
Bahkan ketika memilih oleh-oleh yang diingat Mandala adalah Kinara, bukan dirinya. Sudah beberapa toko Jenaka mengikuti Mandala, sama sekali Mandala tak mengajaknya berbicara. Ia bagaikan seorang ajudan yang menemani atasannya.
Membosankan! Menyesal Jenaka mengikuti Mandala. Tau gitu Ia ikut Genta dan teman-temannya.
Mandala sedang melihat kalung ketika Jenaka berbalik badan hendak pergi. Langkah Jenaka terhenti ketika sebuah tangan memegang pergelangan tangannya.
"Mau kemana? Coba dulu gelangnya!" Mandala membawa Jenaka yang terlihat bingung masuk kembali ke dalam toko.
"Gelang? Jadi gelang cantik tadi Kak Mandala pilihkan buatku?" hati Jenaka meloncat kegirangan.
Mandala mengambil gelang yang tadi Ia pilih dan memakaikan di tangan putih Jenaka. Terlihat sangat cantik sekali.
"Mau yang ini atau aku pilih yang lain lagi?" tanya Mandala yang masih melihat-lihat beraneka model gelang lain.
"Ini aja!" jawab Jenaka cepat. Ia tak mau Mandala berubah pikiran.
"Saya ambil ini ya Mbak! Langsung dipakai saja!" ujar Mandala pada karyawan toko souvenir.
Mandala menbayar gelang Jenaka dan kalung yang Ia beli untuk Kinara. Jenaka tak peduli, Jenaka sudah bahagia dibelikan gelang yang Ia tahu harganya tidak murah. Yang terpenting adalah siapa yang membelikannya, begitu pikir Jenaka.
"Mau kemana lagi?" tanya Mandala setelah membayar.
"Ke hatinya Kak Mandala." gombal Jenaka.
Mandala menahan tawanya. Masih saja Ia tak terbiasa mendengar gombalan Jenaka. "Cepetan! Mau kemana?" Mandala bertanya dengan dingin, menyembunyikan perasaannya yang sebenarnya.
"Makan es krim aja!" Jenaka menunjuk sebuah cafe yang terlihat nyaman. "Disana! Tempatnya asyik."
"Yaudah, ayo!"
Jenaka tersenyum senang, Mandala mau menemaninya setelah sejak tadi Ia dicuekkin.
Mereka pun berjalan berduaan menuju kedai es krim dan cafe yang lagi-lagi sepi pengunjung. Sudah bisa ditebak, pasti karena harganya yang mahal dan hanya menyasar pelanggan kalangan menengah keatas.
Jenaka memesan dua porsi es krim lengkap dengan toppingnya dan memilih duduk di lantai atas cafe. Dekorasi dalam cafe begitu unik. Bergambar bulan sabit dan di sisi lain bergambar matahari. Sally Cafe, nama cafe yang tertulis dalam mural besar di tengah tembok.
Cafe yang biasanya ramai pada malam hari kini sepi. Pengunjung yang biasanya nongkrong sambil mendengarkan musik dan numpang wifi adalah mahasiswa yang bergaya hedon. Yang uang jajan dari orang tuanya besar. Di lantai atas hanya ada Mandala dan Jenaka saja saat ini.
"Kak, fotoin aku!" pinta Jenaka.
Mandala menghela nafasnya, belum sempat duduk Jenaka sudah minta difotoin. Mandala menaruh nampan berisi es krim diatas meja lalu memoto Jenaka dengan berbagai gaya.
"Kita foto berdua yuk, Kak!" mulai deh Jenaka dikasih hati minta jantung.
"Enggak ah!" tolak Mandala lalu duduk di kursi dan mulai memakan es krim miliknya. Mandala menyukai rasa es krim yang memang beda dari es krim kebanyakan.
Jenaka memanyunkan bibirnya, tak putus asa Jenaka duduk di samping Mandala, bukan di kursi kosong depannya.
Jenaka mengangkat kameranya dan memfoto dirinya yang sedang tersenyum dan Mandala yang tetap asyik menikmati es krim miliknya.
"Kak! Senyum dikit kenapa sih?!" protes Jenaka.
"Enggak mau!" jawab Mandala ketus.
Jenaka sebal Ia lalu mengambil es krim satu sendok penuh dan memakannya dengan kesal. Alhasil bibir Jenaka belepotan es krim.
"Nih! Elap!" Mandala memberikan sehelai tisu pada Jenaka. Jenaka membersihkan bekas es krim di bibirnya.
Sebuah ide jahil terlintas di benak Jenaka. Mandala yang hendak menyuap es krim ke dalam mulutnya, Jenaka goyangkan tangan Mandala. Sekarang Mandala yang belepotan es krim.
"Berantakan nih! Kayak anak kecil ah!" protes Mandala.
"Iya... iya... Aku bersihin!" Jenaka pura-pura mengambil tisu hendak membersihkan bibir Mandala namun Jenaka bertindak cepat.
Jenaka mencium bibir Mandala, membuat Mandala tersentak kaget dengan keagresifan Jenaka. Manis. Terasa manis ciuman dengan Mandala kali ini.
Deg... deg....deg...
Jenaka yang sok berani pun ragu apakah Mandala akan membalas ciumannya?
Dibalas enggak ya?
****
Jangan lupa kalian balas dengan tekan like yang banyak, add favorit dan vote tentunya.... Maacih 🥰🥰
paling seneng ceritanya Juna Melisa ❤️❤️❤️❤️
Terima kasih ya kak