NovelToon NovelToon
Heaven'S Flawed Judgment

Heaven'S Flawed Judgment

Status: sedang berlangsung
Genre:Ahli Bela Diri Kuno / Kelahiran kembali menjadi kuat / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Reinkarnasi / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5.6k
Nilai: 5
Nama Author: YUKARO

Seorang kultivator muda bernama Jingyu, yang hidupnya dihantui dendam atas kematian seluruh keluarganya, justru menemukan pengkhianatan paling pahit dari orang-orang terdekatnya. Kekasihnya, Luan, dan sahabatnya, Mu Lang, bersekongkol untuk mencabut jantung spiritualnya. Di ambang kematiannya, Jingyu mengetahui kebenaran mengerikan, Luan tidak hanya mengkhianatinya untuk Mu Lang, tetapi juga mengungkapkan bahwa keluarganya lah dalang di balik pembunuhan keluarga Jingyu yang selama ini ia cari. Sebuah kalung misterius menjadi harapan terakhir saat nyawanya melayang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YUKARO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekaisaran Yin!

Angin berhembus pelan di pelataran istana yang kini sunyi, membawa aroma debu dan sisa-sisa energi spiritual yang perlahan memudar. Lumo meletakkan cangkir tehnya di atas meja pendek dengan gerakan yang sangat hati-hati, seolah takut merusak ketenangan yang baru saja tercipta. Denting halus keramik bertemu kayu terdengar jelas, membuat jantung orang-orang di sekitarnya berdegup kencang.

Kaisar Tubo, yang masih berlutut dengan wajah mencium lantai, merasakan tekanan yang tak kasat mata meremukkan punggungnya. Keringat dingin mengalir deras, membasahi jubah kekaisarannya yang kini tampak kotor dan menyedihkan. Rasa takut akan kematian, yang baru saja ia saksikan menimpa Tuan Utusan, telah menghancurkan seluruh harga dirinya sebagai penguasa.

Dengan tubuh gemetar hebat, ia memberanikan diri mengangkat sedikit kepalanya. Wajahnya pucat pasi, matanya penuh dengan permohonan yang putus asa.

"Tuan... Tuan Lumo," suaranya parau, terputus-putus. "Hamba... hamba benar-benar buta. Hamba tidak mengenali Gunung Tai di depan mata. Hamba mohon ampun... Hamba bersedia menyerahkan seluruh harta kekaisaran... Hamba bersedia menjadi budak... Tolong ampuni nyawa anjing hamba ini..."

Lumo tidak menoleh. Ia mengambil sepotong kue kacang lagi, mengamatinya sejenak seolah kue itu jauh lebih menarik daripada nasib seorang kaisar.

"Aku mengatakan lepaskan Daoyo Feng," ujar Lumo datar, tanpa nada emosi. Ia kemudian menoleh perlahan, menatap Kaisar Tubo dengan tatapan yang membuat darah di tubuh kaisar itu membeku. "Kenapa kau meminta maaf. Otakmu rusak kah?"

Kaisar Tubo tersentak hebat, seolah ditampar oleh tangan tak terlihat. "Ah... I... Iya! Benar! Hamba bodoh! Hamba akan segera memerintahkannya!"

Ia buru-buru menoleh ke arah salah satu gubernur yang berlutut di belakangnya, berteriak dengan suara panik dan histeris. "Cepat! Cepat pergi ke penjara bawah tanah! Bawa Fengyuan ke sini! Jangan sampai ada satu goresan pun lagi di tubuhnya! Cepat! Jika kau lambat, aku akan memenggal seluruh keluargamu!"

Gubernur itu, yang wajahnya sama pucatnya, segera bangkit dan berlari pontang-panting, hampir tersandung jubahnya sendiri, menuju ke arah penjara bawah tanah.

Waktu berlalu dalam keheningan yang mencekam. Lumo kembali menikmati tehnya, sementara Qingwan duduk diam di sampingnya, jari-jarinya meremas ujung gaun birunya. Ia mencoba menenangkan detak jantungnya, namun bayangan kondisi gurunya terus menghantui pikirannya.

Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar. Gubernur tadi kembali, diikuti oleh dua prajurit yang memapah sesosok tubuh yang lemah.

Itu adalah Fengyuan.

Keadaan Pemimpin Sekte Qingyun itu sangat memprihatinkan. Jubah putihnya yang biasa bersih kini compang-camping dan berlumuran darah kering. Wajahnya pucat seperti kertas, napasnya lemah dan tidak teratur. Rantai penyegel Qi telah dilepaskan, namun jejak siksaan terlihat jelas di sekujur tubuhnya. Bekas cambukan, luka bakar, luka tusukan, dan memar ungu menghiasi kulitnya yang tua.

"Guru!"

Qingwan menjerit. Ia melupakan semua etika dan ketakutan, langsung bangkit dan berlari ke arah Fengyuan. Air mata tumpah dari matanya seperti bendungan yang pecah. Ia menangkap tubuh gurunya yang hampir ambruk.

"Guru... Guru, kau masih hidup..." isaknya, memeluk tubuh tua itu dengan hati-hati, takut menyakitinya lebih jauh. "Maafkan Wan'er... Wan'er terlambat..."

Fengyuan membuka matanya perlahan. Pandangannya kabur, namun ketika melihat wajah murid kesayangannya, seulas senyum lemah terukir di bibirnya yang pecah-pecah. "Wan'er... kau selamat... syukurlah..." Suaranya serak, hampir tak terdengar.

Lumo meletakkan cangkir tehnya. Kali ini, ia tidak mengambil kue lagi. Ia berdiri perlahan.

Aura di sekitarnya berubah drastis. Jika sebelumnya ia seperti lautan yang tenang, kini ia adalah gunung berapi yang siap meletus. Suhu di pelataran istana turun drastis dalam sekejap, membuat embun beku muncul di pilar-pilar batu.

Ia berjalan mendekat, menatap kondisi Fengyuan. Matanya menyapu setiap luka di tubuh sahabatnya itu. Luka-luka itu bukan hanya fisik, tetapi juga kerusakan pada meridian akibat penyiksaan yang dilakukan untuk memaksa informasi keluar.

Lumo berbalik. Tatapannya jatuh pada Kaisar Tubo.

Kaisar Tubo merasakan jiwanya ditarik keluar. Ia mundur dengan pantatnya, merangkak menjauh. "Tuan... Hamba... Hamba tidak melakukannya langsung... Itu bawahan..."

"Kau yang memerintahkannya," potong Lumo dingin.

Lumo mengangkat satu jari. Api biru yang memiliki sifat ganda, panas yang membakar jiwa dan dingin yang membekukan tulang, muncul menari-nari di ujung telunjuknya.

"Kau melukai temanku," kata Lumo pelan. "Maka kau harus membayarnya dengan rasa sakit yang sepuluh ribu kali lipat."

Jari itu menjentik.

Api biru itu melesat, bukan sebagai bola api besar, melainkan menjadi ribuan jarum api halus. Jarum-jarum itu menembus pori-pori Kaisar Tubo, masuk ke dalam aliran darah dan meridiannya.

"AAAAAARRGGGHHHH!!!"

Jeritan Kaisar Tubo membelah langit. Itu bukan jeritan manusia biasa. Itu adalah suara penderitaan murni. Api biru itu tidak membunuhnya seketika. Sebaliknya, api itu merayap perlahan, membakar setiap inci sarafnya dengan panas neraka, lalu seketika membekukannya hingga rapuh, dan membakarnya lagi. Siklus kehancuran dan regenerasi yang dipaksakan.

Tubuh Kaisar Tubo mengejang hebat di lantai, bergelung seperti udang yang digoreng hidup-hidup. Matanya melotot hingga pembuluh darahnya pecah, darah mengalir dari mata, hidung, dan telinganya.

"Bunuh aku... Tolong bunuh aku..." rintihnya di sela-sela jeritan.

Lumo menatapnya tanpa belas kasihan. "Kematian adalah kemewahan bagimu sekarang."

Lumo membiarkan penyiksaan itu berlangsung selama waktu setengan batang dupa terbakar. Seluruh orang di pelataran, termasuk sembilan gubernur, menutup mata atau memalingkan wajah, tubuh mereka gemetar hebat mendengar suara daging yang mendesis dan tulang yang retak dari dalam.

Akhirnya, Lumo mengepalkan tangannya. Api biru di dalam tubuh Tubo meledak serentak.

POOF.

Tidak ada ledakan besar. Tubuh Kaisar Tubo hancur menjadi debu es berwarna biru yang langsung tertiup angin, menghilang tanpa meninggalkan jejak, bahkan tidak ada abu yang tersisa untuk dikuburkan.

Keheningan kembali, namun kali ini lebih berat, lebih pekat.

Lumo menarik napas panjang, menenangkan gejolak Qi di dalam tubuhnya. Ia berbalik menatap Qingwan yang masih memeluk Fengyuan, lalu menatap sembilan gubernur yang kini bersujud dengan dahi menempel tanah, tidak berani bernapas keras.

"Dengarkan," suara Lumo menggema, penuh wibawa yang tidak bisa dibantah. "Mulai hari ini, Kekaisaran Gizo tidak ada lagi. Nama Gizo hanya membawa sejarah kelam dan kelemahan."

Ia berjalan beberapa langkah ke depan, menatap langit luas. "Mulai saat ini, negeri ini akan berganti nama menjadi Kekaisaran Yin."

Lumo berbalik, menunjuk ke arah Qingwan. "Dan penguasa pertamanya, Kaisar Wanita pertama Kekaisaran Yin, adalah Qingwan."

Qingwan, yang sedang menyeka darah di wajah gurunya, tersentak kaget. Matanya membelalak lebar, wajahnya yang cantik seketika memerah padam, bukan karena malu seperti gadis remaja, tetapi karena rasa tidak pantas yang mendalam.

"Se... Senior?" Qingwan tergagap, hampir menjatuhkan kain di tangannya. "A... Apa yang senior katakan? Wan'er tidak bisa! Wan'er hanya seorang murid sekte kecil... Wan'er tidak memiliki kemampuan memimpin negara... dan kultivasi Wan'er..."

Lumo mengangkat tangan, menghentikan bantahannya. Ia menatap Qingwan dengan lembut, namun tegas.

"Kau memiliki Tubuh Yin Murni. Nama Kekaisaran Yin diambil dari esensi kekuatanmu. Itu adalah takdir, juga tidak ada satupun di Negara Gizo ini yang memiliki kultivasi lebih tinggi darimu."

Qingwan menggelengkan kepala, air mata kembali menggenang. "Tapi senior... Wan'er... Wan'er ingin mengikuti senior... Wan'er tidak ingin menjadi Kaisar..."

Lumo berjalan mendekat, berjongkok di hadapan Qingwan dan Fengyuan. Ia menatap mata gadis itu dalam-dalam.

"Aku akan pergi. Jalanku adalah jalan yang sangat berbahaya di dunia yang lebih tinggi. Tempat itu belum saatnya untukmu."

Lumo menghela napas, suaranya melembut. "Aku telah membunuh banyak orang penting Kekaisaran Gizo hari ini. Tapi aku ingin meninggalkan satu kebaikan di tanah ini. Negeri ini telah lama terpuruk. Aku ingin kau yang mengangkatnya. Dengan dukungan Fengyuan, dan reputasiku yang akan tersebar, tidak ada yang berani menentangmu."

Lumo berdiri tegak, lalu menatap sembilan gubernur yang masih bersujud. Matanya menyipit tajam.

"Kalian dengar?"

Sembilan gubernur itu gemetar, lalu serentak menjawab, "Kami mendengar! Hidup Yang Mulia Kaisar Wanita Qingwan! Hidup Kekaisaran Yin!"

Lumo mengangguk. "Selain itu..."

Suaranya menjadi serius, tatapannya menerawang jauh, seolah menembus batas langit negara ini.

"Aku selalu merasa ada yang aneh dengan negeri ini. Mengapa selama ribuan tahun, tidak ada satu pun kultivator yang bisa menembus ranah Nascent Soul? Mengapa kultivasi selalu terhenti di Core Formation akhir?"

Para gubernur mengangkat kepala mereka sedikit, terkejut mendengar pertanyaan itu. Itu adalah kutukan yang selalu menghantui mereka, misteri yang tidak pernah terpecahkan.

"Aku merasakan adanya segel kuno yang menekan hukum alam di tanah ini," lanjut Lumo, suaranya penuh tekad. "Sebelum aku pergi sepenuhnya, aku akan mencari sumber masalah itu. Aku akan mencoba menghancurkan segel itu."

Mendengar kata-kata itu, mata sembilan gubernur itu terbelalak lebar. Wajah mereka yang tadinya penuh ketakutan kini berubah menjadi ekstasi murni. Kegembiraan yang meluap-luap menggantikan teror.

Jika segel itu hancur, mereka memiliki harapan untuk menerobos! Harapan untuk umur panjang! Harapan untuk kekuatan yang lebih tinggi!

Seorang Nascent Soul tahap akhir, yang bahkan mampu membunuh Soul Formation, mengatakan akan membantu mereka memecahkan belenggu ribuan tahun. Ini adalah berkah dari langit!

Tanpa dikomando, sembilan gubernur itu bersujud lagi, kali ini dengan ketulusan yang menggetarkan jiwa. Mereka memukul kepala mereka ke lantai berulang kali hingga berdarah, sebagai tanda sumpah setia yang paling dalam.

"Terima kasih Tuan Lumo! Terima kasih Tuan Dewa!" seru Gubernur Liuyang dengan suara serak karena haru. "Kami sembilan gubernur bersumpah demi Dao kami! Kami akan setia sehidup semati kepada Kekaisaran Yin! Kami akan melindungi Yang Mulia Kaisar Wanita Qingwan dengan nyawa kami! Jika kami berkhianat, biarlah jiwa kami disambar petir langit dan tidak bisa reinkarnasi selamanya!"

Sumpah itu bergema kuat, mengandung kekuatan hukum karma.

Qingwan tertegun melihat pemandangan itu. Sembilan orang paling berkuasa di negeri ini, kini tunduk padanya hanya karena satu kalimat dari Lumo. Ia menatap punggung Lumo yang tegap, merasakan kehangatan yang menjalar di hatinya. Seniornya ini, meskipun terlihat dingin dan kejam, sedang membangunkan jalan emas untuk masa depannya.

"Sudah cukup," kata Lumo. Ia menunjuk Fengyuan. "Siapkan kamar terbaik di istana. Aku akan mengobati lukanya."

"Siap laksanakan!" Gubernur Provinsi Barat langsung berdiri, berlari memberi perintah pada pelayan istana yang tersisa.

Lumo membungkuk, mengangkat tubuh Fengyuan dengan mudah. Fengyuan menatap Lumo dengan mata sayu. "Daoyo Lu... kau... kau tidak perlu melakukan sejauh ini..."

"Diamlah, Daoyo Feng," Lumo tersenyum tipis. "Kau terlalu berisik untuk orang yang sekarat."

Lumo membawa Fengyuan masuk ke dalam istana, diikuti oleh Qingwan yang berjalan di belakangnya, menatap punggung itu dengan perasaan campur aduk antara rasa hormat, cinta yang tak terucap, dan kesedihan akan perpisahan yang semakin dekat.

Di dalam kamar istana yang paling mewah, yang dulunya adalah kamar pribadi Kaisar Tubo, Lumo membaringkan Fengyuan di atas tempat tidur giok yang memancarkan hawa sejuk. Wangi dupa cendana yang menenangkan memenuhi ruangan, menggantikan bau amis darah.

Qingwan berdiri di samping tempat tidur, wajahnya cemas.

Lumo duduk di tepi tempat tidur. Ia meletakkan tangannya di atas dada Fengyuan.

"Kondisinya buruk," gumam Lumo. "Meridian utamanya retak di tiga tempat. Dantiannya hampir runtuh karena tekanan paksa. Dan ada racun dingin yang ditinggalkan oleh teknik penyiksaan."

Fengyuan tersenyum pahit. "Sudah kubilang... biarkan saja tulang tua ini..."

"Aku bilang diam," potong Lumo.

Lumo memejamkan mata. Dari telapak tangannya, cahaya merah lembut mulai berpendar. Itu bukan petir neraka yang destruktif, melainkan esensi vitalitas yang ia ekstrak dari sisa-sisa energi cair kolam petir neraka yang memiliki sifat regenerasi bagi tubuh fisik.

"Tahan rasa sakitnya," bisik Lumo.

Ia menekan dadanya. Cahaya merah itu masuk ke dalam tubuh Fengyuan.

Fengyuan mengerang tertahan. Tubuhnya bergetar hebat. Di dalam tubuhnya, energi merah Lumo bergerak seperti pasukan pembersih. Energi itu membakar racun dingin, menyambungkan kembali meridian yang putus seperti benang sutra yang dijahit oleh tangan dewa, dan memperkuat dinding dantian yang retak.

Keringat hitam berbau busuk mulai keluar dari pori-pori Fengyuan, menandakan kotoran dan racun sedang dikeluarkan paksa.

Satu jam berlalu. Wajah Lumo sedikit memucat, penggunaan kontrol presisi tingkat tinggi terhadap energi petir untuk penyembuhan menguras mentalnya lebih dari pertarungan.

Akhirnya, Lumo menarik tangannya. Napas Fengyuan yang tadinya pendek dan berat, kini menjadi panjang dan teratur. Warna merah muda kembali ke wajahnya.

"Selesai," kata Lumo sambil menghela napas panjang. "Kau tidak hanya sembuh, Daoyo Feng. Energi sisa yang kutinggalkan di tubuhmu akan membantumu menerobos ke Core Formation tahap akhir dalam waktu kurang dari satu tahun. Dan jika segel negara ini hancur, kau punya peluang mencapai Nascent Soul."

Fengyuan merasakan kekuatan baru mengalir di tubuhnya. Ia mencoba bangkit, namun Qingwan menahannya.

"Guru, istirahatlah dulu," kata Qingwan lembut.

Fengyuan menatap Lumo, matanya berkaca-kaca. Ia tidak tahu harus berkata apa. Kata 'terima kasih' terasa terlalu ringan untuk nyawa dan masa depan yang diberikan Lumo.

"Daoyo Lu..." Fengyuan berkata dengan suara bergetar. "Sekte Qingyun... dan Kekaisaran Yin ini... akan selamanya menjadi rumahmu."

Lumo berdiri, berjalan menuju jendela kamar yang terbuka, menatap langit senja yang mulai berwarna jingga kemerahan. Angin sore menerpa rambut putihnya.

"Istirahatlah," kata Lumo tanpa menoleh. "Sebulan lagi, aku akan mulai mencari segel itu. Dan Qingwan..."

Qingwan menoleh cepat. "Ya, Senior?"

"Mulai besok, belajarlah menjadi Kaisar. Jangan mengecewakanku."

Qingwan menggigit bibirnya, lalu mengangguk mantap. "Baik, Senior. Wan'er berjanji."

Di bawah langit senja yang indah itu, sebuah era baru bagi negeri ini sedang dimulai, ditempa oleh api, petir, dan tekad seorang kultivator yang melampaui takdir.

1
Didit Nur
ga ada adegan apa gitu dalam bak mandi 🤣
YAKARO: gak adalah😄
total 1 replies
Didit Nur
YUKARO, cuman 1 bab ? 😢
YAKARO: Nanti di up lagi. karena fokus ke Xu Hao sama Shanmu. yang ini jadi agak telat.
total 1 replies
Didit Nur
YUKARO 😢
Vino Karo
Kok jarang up ya disini 🙏
Didit Nur
YUKARO 🤗😘😘😘
Didit Nur
YUKARO sangat cerdas 😘
YAKARO: Terimakasih 🙏
total 1 replies
Vino Karo
Lumo sangat cerdik. menggunakan kesempatan untuk memperkuat diri 💪
YAKARO: Yoi. terimakasih🙏
total 1 replies
Vino Karo
proses pengobatan yang sangat sulit
Vino Karo
mantap lumo
Vino Karo
Ceritanya bagus, cukup memuaskan sejauh ini. perkembangan MC juga cepat, jadi GK ngebosenin. bintang lima thor 🤟
WaViPu
Up banyak thor
WaViPu
Mantap Lumo, kau paling best
Vino Karo
semakin menarik
WaViPu
Hahaa tetua nya aneh banget, Tiba-tiba pingin menjadi murid Lumo
Vino Karo
mantap lanjutkan
Don Pablo
Oke, Lumo mencoba bermain dengan api 🔥
Vino Karo
mantap thor. perkembangan nya cepat 💪
Vino Karo
wkwkwk. ngopo kui wedok an aneh 🤣
Vino Karo
mantap thor, gass terus
Adrian Koto
cerita kolosal ada nuansa misterinya 🙂👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!