Ketika dendam dan cinta datang di waktu yang sama, pernikahan bak surga itu terasa bagai di neraka.
“Lima tahun, waktu yang aku berikan untuk melampiaskan semua dendamku.”_ Sean Gelano Aznand.
“Bagiku menikah hanya satu kali, aku akan bertahan sampai batas waktu itu datang.”_ Sonia Alodie Eliezza.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 : Menyerang
...🌼...
...•...
...•...
“Udah, semalam Fian yang kasih tau,” jawab Sean dan membuat Kenzo heran.
“Fian? Apa hubungan Fian dengan misi ini?”
“Fian salah satu pelanggan tetap Bram, dia membocorkan semua aktifitas mereka padaku dan Nila juga terlibat.”
“Haha gila, memang wonder woman itu ikan lele. Kalau kita melenyapkan Bram, kita pasti akan diburu oleh ketuanya, Miller Marva.”
“Miller. Sudah lama aku mencarinya selalu saja nihil. Dia sangat pintar menyembunyikan identitas, bahkan wajahnya saja aku tidak tau dan dunia pun tidak tau bagaimana wajah Miller.”
“Jelas saja, bisnisnya besar dan semua berhubungan dengan bisnis gelap, kita aja yang nyari penyakit memburu dia.”
“Bukan cari penyakit, kalau bukan dia yang mengusikku duluan, aku tidak akan mencarinya. Lagian kekayaannya bukan apa-apa juga dibanding kekayaanku,” ujar Sean dengan sombong, ya memang benar saja, kekayaan Sean begitu banyak bukan hanya di Indonesia, perusahaannya di bidang textile dan berlian juga tersebar di berbagai negara— semua itu adalah bisnis bersih, dia tidak pernah melibatkan dirinya dengan bisnis gelap mana pun.
...***...
Akhirnya mereka sampai di sebuah gedung mewah, Kenzo dan Sean menyimpan pistol di belakang punggung, mereka berdua dan dengan santai berjalan memasuki gedung tersebut.
Baru di lantai dasar, mereka sudah diserang oleh beberapa anak buah Bram, ada sekitar dua puluh orang yang menyerang, Sean dan Kenzo dengan gampang menghabisi mereka semua.
“Gila, baru lantai dasar, udah sebanyak itu yang nyerang,” celetuk Kenzo.
“Kenapa aku merasa kalau Bram tau kedatangan kita ya?” pikir Sean.
“Sudah terlanjur, ayo naik.” Mereka memilih untuk menaiki lift karena semalam Fian bilang kalau Bram ada di lantai 12, di sana adalah tempat Bram biasa santai dan bersenang-senang.
Ternyata untuk sampai ke lantai 12 tidaklah gampang, mereka sering kali dihadang oleh anak buah Bram karena pintu lift akan terbuka secara otomatis di setiap lantai.
Kenzo dan Sean bisa menghadapi semuanya walau mereka sedikit terluka. Dengan perjuangan yang berat akhirnya mereka sampai di tempat Bram berada, di sana Kenzo langsung diserang oleh seorang wanita yang juga sangat tangguh, Kenzo berusaha untuk terus mengelak dan tidak membalas pukulan wanita tersebut. Kenzo menangkap lengan wanita itu dan menarik ke dalam pelukannya.
“Wanita cantik sepertimu itu mending duduk manis di rumah, jangan bertarung di sini, aku tidak mau memukul wanita, jadi pergilah atau kau akan berakhir di ranjang bersamaku.” Kenzo menggodanya, wanita itu terlihat marah dan kesal, dia melepaskan dirinya dari Kenzo dan berhasil melukai lengan Kenzo dengan pisau yang ada di tangannya.
“Wah ganas juga." Kenzo berlari ke arah atas, dia menunggu kedatangan wanita muda itu, dia sangat yakin kalau wanita itu mengejarnya.
Sedangkan Sean hampir kalah melawan orang-orang Bram, Sean mengambil sebuah pedang yang paling pajang di dinding, menebas kepala mereka semua hingga kepala-kepala itu menggelinding di lantai.
Sean mengatur nafasnya dan mendobrak pintu kamar yang diyakini kalau Bram ada di dalam sana. Sean melihat Bram yang tengah bersetubuh dengan wanita sewaannya.
“Senang-senangnya sudah usai Bram, sekarang layani aku,” kata Sean dengan remeh pada Bram, Bram mengenakan pakaiannya sedangkan wanita itu masih setia berada di balik selimut dengan tubuh telanjang.
Bram menyerang Sean dan dengan mudahnya Sean balik menyerang Bram, baku hantam antara mereka tidak terelakkan. Mereka sekarang saling pandang dan siap menyerang, “Kenapa kau ke sini dan menyerang markasku? Aku tidak ada urusan denganmu,” seru Bram.
“Kau memiliki urusan pribadi denganku, selain bisnismu yang sudah merusak adikku, kau juga sudah mengganggu istriku.”
“Aku tidak pernah memaksa adikmu untuk melakukan bisnis ini, dia yang datang padaku secara suka rela.”
“Oke aku tau dan aku juga sudah tau alasan dia begitu tapi aku tetap tidak terima.”
“Kau salah masuk ke sini Sean.”
“Tidak, aku masuk ke tempat yang benar.”
“Kau tidak bisa menyerangku begini hanya karena adikmu.”
“Bukan hanya adikku tapi kau juga mengganggu istriku.”
“Istrimu? Siapa?”
“Sonia, Sonia Alodie Elliezza. Kau ingat bukan.” Bram tampak berpikir sejenak lalu tertawa remeh.
“Haha ya tentu saja, dia gadis manis nan anggun, dia sangat cantik dan menggoda bahkan begitu ramah. Aku memang tertarik padanya saat pandangan pertama dua bulan yang lalu. Aku tidak tau kalau dia adalah istrimu.”
“Kau pikir aku bodoh, tidak ada pebisnis di daerah ini yang tidak tau dengan istriku.”
“Ya ya, bagaimana kabarnya? Apa dia enak di ranjang? Terakhir kali kami bercinta,rasanya sangat luar biasa, aku bahkan sampai melakukan pelepasan berkali-kali di dalam tubuhnya.” Sean langsung menghajar Bram dengan cepat, hatinya saat ini dipenuhi amarah mendengar perkataan Bram yang merendahkan Sonia.
Sean mendesak Bram yang saat ini masih bisa menertawakannya. Dia ingin sekali tahu apa yang telah dilakukan Bram pada istrinya dua bulan yang lalu sampai Sonia begitu trauma bawa motor sendiri.
“Kau tau Sean, permainan istrimu di ranjang sangat mengesankan, aku jadi menginginkannya lagi dan lagi. Menusukkan batangku hingga mentok di dalam dirinya.” Sean semakin membabi buta menghajar Bram, mendengar kata menjijikkan itu dari mulut Bram.
...***...
Kenzo dengan santai menghadapi Alice, dia tidak melukai Alice sama sekali, hanya mengimbangi serangan-serangan yang Alice lakukan padanya hingga tiba saat di mana Alice berhasil menusukkan pisau di bahu Kenzo dan dengan cepat Kenzo pun menarik pisau itu lalu menusuk perut Alice berkali-kali, dalam hitungan detik Alice pun berpulang.
“Sudah baik aku mengajakmu tidur denganku tadi, kau malah memilih tidur menghadap tuhan,” ledek Kenzo pada Alice, dia segera turun dari rooftop menuju tempat Bram, dia melihat Sean dan Bram saling hajar.
Kenzo memilih duduk di sofa sambil menonton adegan aksi antara Sean dan Bram, Sean berhasil melumpuhkan Bram dengan melukai kedua kakinya, Bram terkulai tak berdaya, Sean menempatkan sebuah peluru di kedua bahu Bram.
Sean berjongkok di hadapan Bram, mensejajarkan wajahnya dengan bajingan itu.
“Sekarang katakan padaku, apa yang sudah kau lakukan pada istriku waktu itu?” tanya Sean dengan nada pelan namun mematikan.
“Aku tidak melakukan apa-apa, aku hanya berniat untuk bersenang-senang dengannya, tapi dia malah melawan, lalu aku memukulnya.”
Bugh!! Bugh!! Bugh!!
Sean menghantamkan tinju ke wajah Bram, pria itu tidak sanggup lagi melawan. Sean mengarahkan pistol ke kepala Bram lalu menembakkan sebuah peluru dan itu berhasil membuat kepala Bram bolong lalu darah mengucur bagai air dari kepala itu.
Kenzo berdiri dan melihat ke sekeliling, ada beberapa cctv di sana.
“Kita bisa cek cctv ini dan bisa tau Sonia diapakan oleh bajingan ini,” ide Kenzo, Sean meminta anak buah Bram yang saat ini ketakutan melihatnya untuk memberikan rekaman cctv saat Sonia di sana.