Awalnya Daniel tidak ingin dijodohkan dengan Hannah wanita pilihan ibunya. Karena, dia sangat mencintai Shofia, kekasih sekaligus tunangannya. Daniel merasa kesal karena Isabella menuduh Shofia berselingkuh dengan klien bisnisnya. Sehingga, dia menolak permintaan ibunya, akan tetapi, saat keduanya bertemu Daniel berubah pikiran dan mau menikahi gadis itu. Sebab, Hannah adalah penolongnya pada saat dia kecelakaan dua tahun yang lalu. Meskipun dia telah memiliki seorang tunangan, tapi dia bertekad untuk menikahi gadis pilihan ibunya. Lalu, bagaimanakah kelanjutan hubungan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPJ- 32
"Alfonso...!"
"Kakak...!"
Hannah dan pria tampan itu saling memeluk satu sama lain, sehingga membuat Daniel yang tadinya bersembunyi ia melangkah maju dan memisahkan keduanya.
"Aduh!" ujar pria yang di panggil Alfonso itu mengaduh kesakitan, setelah dipukul pipinya oleh Daniel. Suami Hannah itu seperti kesetanan, memukuli Alfonso dengan sangat brutal.
Hannah awalnya bingung, tapi ia lebih memilih menyelamatkan pria yang bernama Alfonso.
"Berhenti! Kakak gila ya?"
Daniel yang mendengar perkataan Istrinya itu mengernyit heran, "Hah? Kamu kabur dariku hanya untuk bertemu dengannya. Sekarang pilih salah satu, aku atau dia?"
Hannah menggigit bibirnya, "Aku pilih...Aku pilih dia. Selamat tinggal, jangan ganggu aku lagi. Al, kita masuk. Abaikan saja orang gila ini,"wanita itu mengucapkan kata-kata yang sangat menyakitkan, seolah-olah menghunus dada Daniel.
Pria tampan bermata biru itu menahan pergelangan tangan Hannah, sementara itu pria muda yang bersama Hannah itu mengaduh kesakitan. Hannah melepaskan genggaman tangannya, dan kembali merangkul pinggang sang pria muda.
"Hannie Lucia Cooper kamu yakin dengan itu?"
Deg...
Dipanggil begitu, Hannah menoleh lada sang suami. Dilihatnya Daniel begitu marah, dan ini kali pertamanya di bentak oleh Daniel selama satu bulan pernikahan ini.
"Shhh, siapa dia, Kak?"
Hannah meneguk salivanya, "Dia..."
"Aku suaminya!" jawab Daniel lantang,"Kamu siapa?" tanyanya.
"Aku adik Kak Hannie. Kak, jawab dengan jujur bagaimana bisa kalian menikah? Bukankah calon suami Kakak itu, Kak Mike?"
Hannah menggelengkan kepalanya, "Anu, sebaiknya kita masuk ke dalam. Kamu harus segera di obati, kira temui Kakek dulu."
"Tidak perlu, Cucuku. Ternyata kau telah memiliki pendamping? Astaga, Nak mari kita masuk!" Kakek Hannah merangkul pundak leher Daniel.
"Anda Kakeknya Hannah?"
"Hannie lebih sih, lebih tepatnya begitu. Iya Nak. Kamu suaminya?"
Daniel menganggukkan kepalanya, "Iya Kakek!"
"Kita sekarang sudah menjadi keluarga, dari awal saya tidak setuju Hannie dengan Mike. Saya bersyukur, akhirnya Hannie memiliki seorang suami. Sepertinya kamu memang pria baik, oh iya jangan cemburu. Itu Adik kandung Hannie, ia adalah alasan mengapa Hannie mau dengan Mike si anak pelayan itu."
Sementara itu, Daniel masih dalam mode mencerna,"Tunggu, A-adik?"
Louise menganggukkan kepalanya, "Iya, dia adiknya Hannie. Jadi begini..."
Dulunya sebelum bercerai dengan Rovan, Elizabeth hamil. Ketika berusia 9 bulan kehamilan, istrimu ia titipan pada asisten rumah tangganya, Victoria. Lalu, sampai usia 2 tahun, ia kembali menjemput Hannie di sana. Elizabeth kembali untuk bercerai dengan Rovan. Tidak sangka, Rovan ini keji dan ingin mengambil semua harta ayahnya. Alhasil Hannie dan Elizabeth tidak bisa kembali ke rumah megah mereka. Kemudian, pada saat itu ia tinggal sementara waktu dengan orang tua Mike. Sampai usia Hannie remaja. Adapun Mike dan Hannie alias Hannah bisa menjadi tunangan itu 5 tahun setelah putus cinta dengan Jimmy. Mike ketika itu sangat gencar mengejar cinta Hannie, ia tidak menyerah meskipun sering di tolak.
Singkat cerita, Ibu kandung Mike bercerita bagaimana ia setia mendampingi Elizabeth ketika ia terjatuh. Tidak hanya itu, Ayah Mike meminta agar Hannie menerima putranya sebab, hidupnya tidak akan lama lagi. Dan benar saja ayah Mike tiada sehari setelah mengatakan itu.
Daniel yang diberikan fakta sedemikian rupa itu, akhirnya ia tersadar. Pria itu berlari menuju pria tampan bernama Alfonso,"Dik, maafkan Kakak Ipar. Kakak sungguh tidak tahu, kalau kamu adiknya Hannie. Istriku ini tidak memberitahu fakta tentang mu. Maaf sekali, sungguh aku tidak tahu!"
"Kakak Ipar? Aku menolak, Kakak iparku baik tidak sepertimu. Kamu itu seperti preman, main hajar orang sembarangan." ujar Alfonso kesal sambil membuang mukanya.
Hannie tertawa kecil melihatnya, "Sudahlah berhenti bersikap kekanakan. Kakak tidak apa-apa, kok. Kamu jangan membenci Kak Daniel, bagaimanapun dia, dia adalah Kakak iparmu."
"Kakak membelanya?"
Hannie menganggukkan kepalanya, "Kamu mau anak dalam rahimku hidup tanpa Ayah? Makanya terima dia!"
"Hah? Kakak hamil?" tanya Alfonso.
"Iya, sudah satu bulan! Iya kan, Kak?"
Daniel menganggukkan kepalanya, "Betul Dik, Kakak mu sudah menikah denganku. Jadi, kamu akan tenang mendengar ini, sebab kami memiliki hubungan yang sah."
"Baiklah, kalau begitu bisakah kamu memberikanku 1 miliar Et?"
"Alfonso apa yang kamu katakan? Jangan begitu, tidak baik." kata Hannie menahan malu.
"Aku ingin bukti, Kak. Mana yang lebih baik, Kak Mike janji akan memberikan aku uang 1 miliar et jika dia telah mendapatkan kembali harta ibu. Sebab, dia bilang kalau sudah menikah dengan Kakak baru akan diberikan semuanya pada kita. Makanya aku ingin menguji Kakak ipar."
"Baiklah, mana nomer rekening kamu, Dik?" tanya Daniel pada adik iparnya.
Alfonso tampak sumringah, ia kemudian menyerahkan ponselnya yang sudah disediakan barcode. Setelahnya Daniel memindainya, dan ada pemberitahuan kalau uang satu miliar itu sudah terkirim.
Alfonso merangkul pundak Daniel, ia benar-benar berbeda sikap, "Kakak Ipar, aku kebetulan habis masak. Ayo makan bersamaku. Kak, suamimu ini biar aku yang melayaninya!"
"Perjalanan dari kota ke kampung ini memang memakan waktu dua jam. Jadi, aku pun sudah merasa lapar. Kek, Anda memiliki cemilan?"
"Kami tidak biasa dengan itu. Semenjak pindah ke kampung, paling makan nasi dan ubi. Tidak jauh-jauh dari hal itu. Adikmu tadi memasak ubi, dan kentang. Jadi, mungkin saja itu bisa dijadikan cemilan untukmu. Kau sedang hamil Hannie, aku harap kau menjaga makananmu. Sana gabung dengan suami dan adikmu!"
"Iya, iya cerewet sekali!"
Hannah atau Hannie kemudian memasuki rumah sederhana milik Kakeknya. Di sana terdapat banyak sekali perabotan jaman dulu, saat ia dan keluarganya masih jaya. Melihat itu, Hannah menangis haru, sebab ia pikir ia tidak akan melihat benda- benda peninggalan ibunya lagi. Tapi kini, ia benar-benar melihatnya. Sebab, ini pertama kalinya ia mengunjungi kediaman Kakeknya. Selama ini ia dan sang Kakek hanya berkomunikasi lewat telepon seluler. Sebab, Hannah beralasan masih belum memilik waktu untuk mengunjungi Kakeknya. Kunjungan pertama ini juga yang membuat ketakutannya hilang, ia benar-benar masih belum berani berjalan sendiri. Tapi, ia memaksakan diri sebab ia sudah berada di negara yang sama.
Saat ini Hannah dan suaminya masih duduk di tepi ranjang. Keduanya di suruh untuk beristirahat oleh Kakek dan Adiknya.
"Kenapa kamu kabur?" tanya Daniel saat ini sedang duduk di samping istrinya.
"Aku... aku pikir Kakak tidak akan mencariku. Aku tidak tahu Kakak justru mengikutiku!"
Daniel menghela napasnya, "Aku takut kehilangan kamu, makanya aku ikuti kamu."
"Sebenarnya aku juga tidak ingin pergi. Tapi, aku tiba-tiba merasa tidak pantas berdampingan denganmu. Kamu terlalu sempurna untukku, Kak!"
"Siapa yang bilang begitu?"
Hannah menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, tapi mengingat Kak Sofia dan aku. Kalian lebih cocok bersanding. Aku merasa rendah, Kak."
"Jangan begitu, justru dia tidak pantas untukku. Wanita tidak bisa menjaga dirinya, tidak pantas menjadi Nyonya Daniel. Hanya kamu yang pantas, istriku."
Hannie menatap lekat wajah suaminya, selalu saja wajah itu membuatnya semakin menyukai pria itu. Tanpa banyak bicara, Hannah merangsek masuk ke dalam pelukan Daniel. Ia memeluk tubuh suaminya erat, seolah-olah tidak terjadi sesuatu pada mereka. Begitupun Daniel memeluk tubuhnya hingga ia berbisik pada telinga sang istri, "Ingatlah jangan kabur-kaburan lagi. Kamu tidak akan pernah bisa lari dariku, Sayang!"
Hannah tersenyum tipis, "Iya Kak, maaf ya!"
Bersambung...
nyatanya masih dimalam itu baru kenalan😆
tau tau udah lebih dari seminggu di apart Daniel,