NovelToon NovelToon
Selenophile

Selenophile

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Cinta Istana/Kuno / Romansa Fantasi / Healing
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author:

Rasanya sangat menyakitkan, menjadi saksi dari insiden tragis yang mencabut nyawa dari orang terkasih. Menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana api itu melahap sosok yang begitu ia cintai. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma selama bertahun-tahun. Trauma itu kemudian memunculkan alter ego yang memiliki sifat berkebalikan. Kirana, gadis yang mencoba melawan traumanya, dan Chandra—bukan hanya alter ego biasa—dia adalah jiwa dari dimensi lain yang terjebak di tubuh Kirana karena insiden berdarah yang terjadi di dunia aslinya. Mereka saling Dalam satu raga, mereka saling menguatkan. Hingga takdir membawa mereka pada kebenaran sejati—alasan di balik kondisi mereka saat ini. Takdir itu memang telah lama mengincar mereka

Hubungan yang Rumit

Keesokan harinya, suasana di ruang makan istana terasa kaku dan hening. Denting sendok bertemu piring menjadi satu-satunya melodi yang mengisi ruangan. Dara duduk di sisi meja yang berlawanan dengan Wira, merasakan getir dalam suasana yang begitu asing. Dia mencuri pandang ke arah suaminya beberapa kali, berharap menemukan tanda-tanda kehangatan. Namun, pria itu tetap terlihat tenang dalam keheningan yang membelenggu mereka.

Saat Wira selesai menyantap sarapan dan bersiap untuk meninggalkan meja, Dara merasa gelisah. Perasaan tidak nyaman yang terus menggerogoti hati. Akhirnya, dia mencoba untuk memberanikan diri. Mengambil napas dalam-dalam dan mengajak suaminya bicara.

"Maafkan saya jika keberadaan saya di sini menimbulkan ketidaknyamanan," ucap Dara dengan lembut, matanya menatap Wira, mencari secercah kehangatan dalam tatapan yang dingin itu.

Wira berhenti sejenak, menoleh ke arah wanita yang baru dia nikahi kemarin dengan ekspresi wajah yang datar. Dara menelan ludah dengan susah payah, merasakan ketegangan yang semakin menyiksa.

“Apakah kita bisa berbincang sejenak?" lanjut Dara, mencoba menempatkan kata-katanya dengan hati-hati. Meskipun hatinya berdebar-debar, dia berusaha menunjukkan keberanian di hadapan Wira.

Wira menatap para pelayan. Mendapatkan tatapan dingin itu, mereka semua yang hadir di ruang makan langsung pergi dari sana, memberikan tempat pada Wira dan Dara untuk berbincang empat mata.

"Katakanlah apa yang ingin kau katakan. Aku tidak punya banyak waktu," ketusnya terdengar tajam seperti belati.

"Sa-saya tahu pernikahan ini hanya formalitas belaka, tetapi saya ingin memastikan bahwa kita bisa menjalankannya dengan baik," tutur Dara, suaranya bergetar karena menahan air mata. Dia sedang berusaha menunjukkan perasaan tulusnya. Namun, Wira sama sekali tak menunjukkan kehangatan yang selalu didambakannya.

Wira mendengkus, suara itu membuat bulu kuduk Dara meremang seketika.

"Pernikahan seperti apa yang kau harapkan? Ingat, Dara, aku menikahimu hanya agar Ayahmu tidak mengacaukan semua yang sudah aku susah payah raih." Nada bicaranya tajam dan menusuk hati. "Setidaknya kau harus bersyukur, karena sekarang kau sudah menjadi seorang permaisuri. Salah satu pemegang kekuasaan tertinggi di kerajaan ini. Satu hal yang perlu kau ingat, aku tidak ingin tidur dengan orang yang sewaktu-waktu bisa menusuk belati padaku kapan saja. Kau bahkan berani meracuni sahabatmu sendiri."

Setelah mengatakan kata-kata yang begitu tajam, Wira berdiri dan pergi meninggalkan istrinya begitu saja. Sedikit pun tidak ada rasa kasihan atau kepedulian. Dia tidak menoleh sama sekali. 

Mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan ini, hanya diam yang bisa Dara lakukan. Dia memejamkan mata, mencoba menahan emosi yang mendidih di dalam dada. Rasanya seakan-akan dunia menghimpitnya. Hidupnya sudah seperti boneka yang diatur untuk kepentingan politik, tanpa memiliki kendali atas hidupnya sendiri.

Di balik kekecewaan dan amarah, terdapat juga keputusasaan yang menggerogoti hati. Apakah dia akan terjebak dalam pernikahan yang hampa, tanpa ada ruang untuk cinta dan kebahagiaan untuknya? Lantas, sampai kapan dia harus menghadapi sikap Wira yang begitu dingin padanya? Dan, sampai berapa lama dia bisa bertahan dalam pernikahan ini?

Dara memandang ke luar jendela besar di dinding. Seberapa megah dan indahnya istana ini, takkan mampu menghapus rasa sepi yang mencengkram hatinya. Angin pagi yang seharusnya menyejukkan terasa dingin dan menusuk, seolah mencerminkan perasaannya yang hampa. Air matanya mengalir pelan, mengiringi doa dalam hati agar suatu hari Wira bisa melihat ketulusan hatinya dan memberikan sedikit cinta yang dia dambakan. Saat itu, Dara hanya bisa berharap dan bertahan, mencari kekuatan di dalam dirinya sendiri untuk menghadapi hari-hari yang penuh dengan ketidakpastian ini.

***

Di balik istana putri, berdiri sebuah rumah kaca yang dinding-dindingnya berkilau saat tersapu sinar matahari. Dari celah kaca, kelopak bunga aneka warna tampak berdesakan seakan ingin keluar, menyebarkan wangi manis yang menggoda langkah siapa pun yang mendekat. Di tengah lautan bunga itu, menjulang sebuah pohon tua dengan batang kokoh dan cabang-cabang yang merentangkan daun hijau lebat, menebarkan bayangan teduh. Setiap helaian angin yang berdesir di sana seolah membawa bisikan lama—tawa Dara dan Chandra yang pernah bergema di bawah rindangnya, meninggalkan jejak yang tak lekang oleh waktu.

Dara duduk sendirian di bawah pohon tersebut. Dia meminta para pengawal dan dayang tidak terlalu dekat dengannya. Dia ingin menikmati kesunyian sekaligus mencari ketenangan hati setelah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dari suaminya sendiri. Embusan semilir angin yang mengelus wajahnya dengan lembut, membawa aroma bunga yang harum dan menenangkan.

Wanita berambut kuning keemasan itu tampak merenung, membiarkan pikirannya melayang ke masa lalu di mana mereka berdua—Chandra dan dirinya—seringkali bersenang-senang di tempat ini. Dia merindukan tawa, keceriaan, dan senyum cantik yang selalu terbit di wajah sahabat baiknya itu. Chandra selalu punya lelucon yang berhasil mengundang gelak tawa dan membuat perasaannya menjadi lebih baik. Namun sekarang, hanya kehampaan yang hadir mengisi relung hati.

Dengan mata yang berembun, Dara mengingat saat-saat ketika Chandra dengan penuh semangat bercerita tentang petualangan mereka di taman istana. Wajahnya berseri-seri, dan suaranya yang ceria masih terngiang di telinga Dara. Seandainya Chandra masih hidup dan ada di sini, gadis itu pasti akan menghiburnya dengan memberikan kata-kata bijak atau dukungan yang paling dibutuhkan.

Dara segera menepis pikirannya detik itu juga. Dukungan? Dia bahkan tidak pantas mendapatkan maaf dari sahabatnya itu. Kesalahan dan pengkhianatan yang telah dia lakukan terhadap Chandra terlalu besar. Dara merasa hatinya remuk setiap kali mengingat apa yang telah terjadi. Dia pantas mendapatkan hukuman dari Sang Pencipta.

Memandang ke atas langit yang membentang luas di atas, Dara membayangkan wajah Chandra yang sedang tersenyum manis. Tak terasa air mata jatuh dari sudut matanya, diiringi dengan perasaan sesak yang penuh penyesalan.

"Semoga langit memberikan kebahagiaan dan perlindungan untukmu, Chandra. Jika aku diberi kesempatan untuk bertemu denganmu di kehidupan yang lain, aku akan selalu menjaga dan melindungimu," ucapnya, kemudian memanjatkan doa dengan sungguh-sungguh.

Perasaannya tak kunjung membaik. Dia menarik kaki dan memeluk lututnya sendiri, membenamkan wajah di antara lutut. Suara isakan tangis terdengar lirih, air matanya terjun bebas. Rumah kaca ini adalah tempat perlindungan terakhir yang membuatnya merasa tenang, satu-satunya tempat di mana ia bisa menjadi dirinya sendiri tanpa harus menyembunyikan perasaan yang sebenarnya.

Di kejauhan, para pengawal dan dayang melihat dengan cemas, namun mereka tak bisa melakukan apa pun selain menghormati keinginan Dara untuk tidak diganggu.

Dara mengangkat kepalanya sedikit, menatap pohon besar yang menjadi saksi bisu kebahagiaannya bersama Chandra. Dia mengusap air mata yang mengalir di pipinya dan menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri.

"Chandra, maafkan aku," bisiknya sekali lagi, berharap doa dan penyesalannya dapat sampai pada sahabatnya di tempat yang jauh di sana.

***

Sementara itu, di sisi lain, Kirana menemui Empu Agung di tempat biasa setelah seseorang memberitahunya bahwa Empu Agung sedang menunggu untuk menyampaikan sesuatu yang sangat penting. Sepanjang perjalanan menuju pendopo, pikiran Kirana dipenuhi pertanyaan. Apa yang ingin disampaikan oleh Empu Agung padanya sehingga seakan begitu genting?

Setibanya di pendopo, Kirana melihat Empu Agung sedang duduk bersila dengan mata tertutup, begitu khusyuk dalam meditasinya. Awalnya, Kirana enggan mengganggu kekhusyukan meditasi sang Empu. Namun, sedetik kemudian, Empu Agung membuka mata dan langsung meminta Kirana untuk masuk dan duduk.

Kirana menuruti perintah itu, duduk tak jauh dari tempat Empu Agung berada. Berada di dalam ruangan ini, Kirana selalu bisa merasakan ketenangan dan kedamaian yang mengalir di setiap sudutnya.

"Ada hal penting apa sehingga Empu Agung memanggil saya kemari?" tanya Kirana membuka perbincangan.

"Dengarlah, Kirana. Aku ingin menyampaikan kisah ratusan yang lalu, sebuah cerita yang berkaitan dengan takdir dan kekuatan luar biasa, dan ini juga menyangkut alasan keberadaanmu di tempat ini," ucap Empu Agung sambil menatap mata Kirana dengan serius. Mendengar bahwa cerita ini mungkin ada kaitan mengenai keberadaannya di dunia ini, membuat Kirana memasang telinga lebar-lebar, siap mendengarkan setiap detailnya.

Empu Agung bercerita, bahwa ratusan tahun yang lalu, lahir dua anak kembar yang dianugerahi kekuatan yang luar biasa. Satu di antaranya memiliki kekuatan suci, mampu menyembuhkan dan memberikan cahaya harapan kepada siapa saja yang ditemuinya. Yang lain adalah seorang petarung yang hebat, tak terkalahkan dalam pertempuran dan memiliki keberanian yang luar biasa.

Kedua anak kembar ini, dengan kekuatan mereka yang saling melengkapi, bersatu untuk melawan kejahatan yang mengancam dunia. Mereka membawa kedamaian dan keadilan ke setiap penjuru negeri. Namun, kekuatan yang begitu besar seringkali menjadi incaran manusia yang serakah.

Empu Agung menatap jauh ke depan, seolah melihat kembali ke masa lalu yang seakan terpampang jelas di depan matanya.

"Tragisnya, kekuatan mereka disalahgunakan oleh manusia yang menginginkan kekuasaan. Melalui tipu muslihat dan adu domba, kedua saudara itu akhirnya saling bertarung dan membunuh, meninggalkan dunia dalam kesedihan yang mendalam," cerita Empu Agung berakhir di sana.

Kirana yang mendengarkan hanya bisa merasa prihatin. Sungguh kisah yang sangat menyedihkan, mendengar dua saudara yang begitu dekat dan saling mendukung harus berakhir dengan saling membunuh.

"Kenapa mereka bisa saling membunuh, Empu?"

Empu Agung menghela napas panjang, menahan kesedihan yang terlihat jelas di matanya. "Fitnah adalah senjata paling ampuh untuk membunuh musuh secara tidak langsung, dan itulah yang terjadi pada keduanya. Dua anak kembar itu adalah adikku sendiri, Anashera dan Andhira. Mereka harus mati karena salah satunya telah terfitnah, dan satunya dipaksa untuk mengeksekusi saudaranya sendiri."

Bersambung

Jum’at, 17 Oktober 2025

1
Zeepree 1994
bagus ceritanya makin bikin penasaran, semangat ka author semoga rame yang mampir baca
Ismi Muthmainnah: Aamiin. Terima kasihhh💐
total 1 replies
Zeepree 1994
assalamualaikum ka othor semoga sukses ya ceritanya, aku izin baca ya Thor
Ismi Muthmainnah: Wa’alaikumussalaam. Terima kasih sudah tertarik buat baca dan kasih like juga😇 Aamiin, semoga ceritanya menghibur yaa🌹
total 1 replies
MARQUES
lanjutkan terus thor nulis novelnya kalau bisa bikin novel romansa fantasi aja terus tapi bikin nagih dan MC cewenya ga gampang luluh sama cowo🙏😄
Ismi Muthmainnah: Iya nih kak😂😭😭 Makasih banget yaa udah kasih masukan. Lumayan juga menurutku fantasi bangun wordbuldingnya
total 3 replies
Ismi Muthmainnah
Ini cerita pertama aku setelah hiatus lama. Selamat menikmati bagi yang suka cerita fantasi transmigrasi, tapi halal🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!