Liburan yang menyenangkan berakhir hancur tersapu ombak akibat hal kecil. Membuat dua orang sahabat terjebak di pulau pribadi dengan cinta penuh misteri.
Bagaimana bisa gadis miliarder yang super tengil mendadak bangkrut karena ulahnya sendiri. Dan di masa sulitnya ia bertemu pun dengan kuli kampung yang mampu memalingkan dunia penuh masalahnya.
Namun apakah dia benar-benar kuli kampung? Atau hanya bermain di atas panggung sandiwara dibalik dunia gelapnya.
••••
Novel ini pernah dibikin komik dengan judul berbeda tapi gak dilanjut lagi, kalau pernah liat itu ada di akun lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceyra Azaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
[Persiapan Musim Panas]
Tak lama, Chai Tea bersama Cherry datang menemui Kane di taman.
"Nona ada apa? Semuanya baik-baik aja, kan?" Tanya Chai Tea dengan risau.
"Maaf, memanggil kalian mendadak begini. Aku hanya ingin meminta saran perihal sajian untuk pesta."
"Ini daftar menu dari festival tahun kemarin, tapi aku merasa kurang puas. Aku yakin anak muda punya selera yang bagus." Ucap Kane, menjukkan catatan menu kepada mereka.
Cherry yang membaca itu sedikit mencebik dengan senyuman simetris seolah melihat daftar manu makan vintage. Soal makanan dirinya yang akan memimpin.
"Pulau ini memang dikelilingi oleh laut luas dan memiliki budidaya melimpah, tapi sebaiknya sajian tidak hanya bertema laut aja."
"Penangkapan hewan laut secara besar-besaran juga bisa mengganggu siklus perkembangbiakkan."
"Kalau boleh aku ingin menambahkan pelengkap seperti kambing guling, iga sapi bakar, ayam asap dan sejenisnya." Sambil menahan air liur, Cherry mencatatnya lalu memberikan catatan itu kepada Kane.
"Wow! Aku setuju banget! Berhubung musim panas hanya terjadi satu tahun sekali ada baiknya jika aku menambahkan daging hewan darat."
Sementara untuk minuman, Chai Tea yang mengambil alih catatan dan menuliskannya pada lembaran baru.
"Menurutku minuman tahun sebelumnya terkesan simpel, hanya ada es buah, sirup, bir dan wine."
"Jadi aku menambahkan minuman ringan untuk anak muda seperti koktail buah, jus dan soda, sedangkan untuk acara tengah malam akan disediakan champagne dan wiski agar semakin meriah." Ucapnya, tersenyum nakal, mengigit bibir bawah.
"Saran dari kalian berdua cukup mengesankan!"
"Apalah diriku ini yang tidak pernah mengonsumsi alkohol, makanya tidak punya pengalaman dalam hal ini, hehe!"
...----------------...
Keesokan harinya semua orang mulai sibuk dengan tugas masing-masing, para nelayan mulai berlabuh untuk mengambil jaring yang sudah terpasang semalam di laut. Sementara ibu-ibu di desa sedang sibuk membuat sambal dari rempah-rempah di sebuah taman balai desa.
Dikarenakan hewan ternak di desa tak cukup memenuhi, Kane pun memesan daging potong yang ada di luar pulau, tepatnya di kota, dan telah dikemas sejak tadi pagi. Agar pengirimannya berjalan lancar, Kane menunjuk Sky untuk mengurus langsung ke pabrik daging.
Saat itu juga Sky bersiap diri untuk pergi ke kota dengan persediaan barang yang dibutuhkan sebab sangat sulit menemukan tempat seperti bengkel, restoran bahkan rumah warga.
Perjalanan ini akan melewati jalur yang diapit pepohonan yang membelah hutan luas, dengan jalan raya besar di tengahnya. Waktu perjalanan bisa memakan 3 jam lebih untuk sampai ke kota.
Ketika langkah berjalan ke parkiran, tampak seorang wanita duduk di bak kargo pada mobil pick up miliknya, dia mengenakan gaun selutut berwarna putih dengan corak buah stroberi, ditambah floppy hat lebar yang terikat pita merah maroon.
"Cih! Siapa lagi sih." Decak Sky, menukik sinis.
Namun ia merasa tidak asing pada wanita yang duduk di mobilnya, terus menatap sambil berjalan, dan secara bersamaan si wanita yang merupakan Chai Tea memalingkan wajahnya, mereka berdua pun saling beradu pandang.
Sedetik kemudian dengan senyuman lebar Chai Tea melepaskan kacamata lalu melambaikan tangan kepada Sky.
"Lama banget? Aku sudah nunggu kamu dari tadi tau." Sapa Chai Tea, berteriak antusias.
Sky berhenti melangkah, menukik tajam karena keheranan, tanpa sebab yang jelas Chai Tea muncul dihadapannya. Sky kebingungan karena sebelumnya ia tak pernah mengajak wanita itu untuk pergi bersama, tapi mengapa dia bisa tahu.
____
10 menit yang lalu.
Chai Tea mendengar saat Kane berbicara dengan Sky di telepon dan menyuruhnya untuk pergi ke pabrik daging di kota sendirian. Merasa ada kesempatan untuk melihat pemandangan baru jadi ia berinisiatif dalam benak untuk ikut pergi.
"Nona! Izinkan aku menemani Sky pergi!" Usul Chai Tea, menatap penuh harap.
"Kamu mau pergi sama dia? Tentu saja boleh banget!" Sahut Kane, sumringah, terkekeh melihat Chai Tea yang malu-malu.
Kane langsung menyetujuinya sebab ia tahu Sky akan menjaga Chai Tea bagaikan sebuah berlian yang berharga, sebagai pionir kesayangan keluarganya. Tidak hanya itu, ini cara yang tepat agar hubungan mereka semakin dekat.
_____
Di waktu sekarang.
Sky sadar dengan rencana sang ibu. Pantas saja Kane menyiapkan begitu banyak bekal untuk Sky yang ternyata dia telah merencanakannya sejak awal bersama Chai Tea. Sky pun mengacuhkan pandangan darinya lalu menaruh bawaan ke atas bak kargo.
"Kenapa kamu tidak bantu ibu-ibu aja di desa? Semua orang sedang sibuk." Seraya berucap Sky bersedekap kedua tangan di dada.
"Eehh! Aku juga sempat membantu pagi ini. Aku baru saja selesai mengupas bawang merah sebaskom besar sampai tanganku terluka, pisaunya tajam banget, huhuhu."
Tanpa berucap sepatah kata, Sky mendadak meraih tangan Chai Tea untuk melihat lebih dekat, tampak jari tangannya dipenuhi tempelan plaster luka. Tindakan tersebut membuat Chai Tea terkejut sampai terbelalak merasakan tangannya disentuh.
Walaupun sudah ditutup rapat oleh plester luka, tetapi darahnya masih bisa sedikit merembes keluar sehingga membuat kain perban menjadi basahan, bisa jadi itu adalah luka goresan yang cukup dalam.
"Kenapa ceroboh banget sih?"
"Kamu seharusnya lebih berhati-hati pada dirimu sendiri!" Ucap Sky, kesal tapi berucap pelan, tatapannya sendu.
"Udahlah kamu tidak usah ikut! Aku tak ingin kerepotan menjagamu nanti."
"Loh, kok gitu?"
Chai Tea dibuat merasa bingung atas sikap Sky yang mendadak berubah begini, bahkan dia menarik Chai Tea agar turun dari bak kargo. Suasana hati pria itu cepat berubah melebihi cuaca hingga Chai Tea pun tak mampu menebak ramalan hatinya.
"Sky, jangan usir aku? Aku tidak akan menyusahkan kamu kok."
"Aku janji tidak bikin masalah! Aku bakal nurut."
Yah! Yah! Boleh-kan? Aku ikut."
Berkali-kali ia berusaha membujuk namun Sky tetap mengacuhkannya seperti angin lewat.
Seketika Chai Tea dibuat kesal karena Sky tak memperbolehkannya ikut pergi. Pria itu tak menghiraukannya dan menyibukkan diri menutup pintu bak kargo setelah menaruh barang. Merasa terabaikan, Chai Tea pun mengambil ponselnya lalu menelepon seseorang.
"Nona Kane, Sky mengusirku—" Belum sempat meneruskan perkataannya, Sky segera merebut ponsel Chai Tea.
"Hei! Kembalikan!"
"Kenapa sih kamu? Jangan nyebelin Sky!"
Chai Tea mencoba merebut kembali ponsel miliknya dengan melakukan lompatan dan berusaha semampu mungkin untuk meraih dari genggaman Sky, namun ukuran tubuhnya terlalu pendek dan hanya sedada dari pria itu, ditambah Sky malah menahan kepalanya.
"Nona! Sky menggangguku!" Teriaknya lagi supaya Kane mendengarnya.
"Sky, kenapa ribut-ribut? Kalian kenapa?" Tanya Kane, mengeryit bingung.
"Bukan apa-apa, wanita ini hanya asal bicara aja, kalau begitu kami akan berangkat sekarang."
Setelah mematikan sambungan telepon, Sky mematikan daya, kemudian memberikan ponsel itu kepada Chai Tea dengan wajah tak bersalah.
"Dasar pengecut, kamu ketakutan saat aku mencoba mengadukkan mu, kan?"
Rutuk Chai Tea, mendengus sebal.
Meski mendapatkan omelan kecil. Sky tidak bereaksi, ia berdiri diam menatap Chai Tea yang masih saja kesal dengan wajah merahnya, sambil menghela nafas panjang.
"Sial! Kelemahanku sudah ketahuan. Dia mulai berani mengadu sama mamah! Bisa gawat nih." Batin Sky, mengkerutkan kening melihat senyuman tengil Chai Tea yang tampak puas.