Suaminya tidur dengan mantan istrinya, di ranjang mereka. Dan Rania membalas dengan perbuatan yang sama bersama seorang pria bernama Askara, yang membuat gairah, harga diri, dan kepercayaan dirinya kembali. Saat tangan Askara menyentuh kulitnya, Rania tahu ini bukan tentang cinta.
Ini tentang rasa. Tentang luka yang minta dibayar dengan kenikmatan. Dan balas dendam yang Rania rencanakan membuatnya terseret ke dalam permainan yang lebih gelap dari yang pernah ia bayangkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Ingin Tidur Denganmu..
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, Air matanya bercampur dengan air hujan yang berjatuhan di kaca mobil.
Semua kata-kata tadi berputar di kepalanya seperti racun. Meruntuhkan harga diri dan kepercayaan yang tersisa.
"Berengsek kalian semua... berengsek!!!!!" Teriaknya meluapkan semua. Seolah makian itu bisa mengeluarkan semua nanah dalam luka di hatinya.
Jalan mulai sepi ketika lampu indikator bensin menyala merah. Laju mobil memelan.
“Tidak sekarang... tidak” gumamnya panik.
Mobil tersendat. Terhenti. Mesin mati. Rania memukul setir. Air mata jatuh deras.
Ia turun, hujan mengguyur tubuhnya yang kurus. Dengan sisa tenaga, ia mendorong mobil ke tepi jalan.
Begitu mobil aman, ia jatuh terduduk di aspal yang dingin. Lututnya basah, rambutnya menempel di pipi. Isakannya pecah.
Di tengah kesunyian jalan basah itu, hanya satu nama yang terlintas di kepalanya. Askara.
Dengan tangan gemetar, ia mengeluarkan ponsel. Menekan nama itu di daftar kontak.
Nada sambung terdengar. Satu detik. Dua detik.
“Rania?” suara di ujung sana dalam dan hangat.
“Mobilku… habis bensin,” suaranya patah-patah. “Aku… aku nggak tahu harus ke mana.”
Ada jeda. Sunyi.
“Kirimkan lokasinya padaku dan tunggu di situ. Jangan kemana-mana. Aku datang,” jawab Askara pelan, tegas.
Ponsel ditutup. Rania memeluk dirinya sendiri, gigi bergemeletuk kedinginan.
Di antara hujan dan malam yang makin pekat, satu-satunya yang ia tunggu hanyalah pria itu, pria yang ia percaya bisa menolongnya.
Hujan semakin deras. Jalanan lengang. Mobil-mobil yang lewat memercikkan air ke tubuh Rania yang basah kuyup. Lampu-lampu jalan memantul di aspal seperti genangan perak. Napasnya berat, bercampur isak.
Suara mesin mobil berhenti di belakangnya. Lampu sorot memotong gelap. Rania mengangkat kepala perlahan. Mobil hitam panjang, kaca gelap.
Pintu depan terbuka. Askara keluar.
“Rania,” ucap Askara lirih.
Rania berdiri, tubuhnya gemetar. Begitu tatapan mereka bertemu, semua pertahanan Rania runtuh. Isaknya kembali pecah.
“Aku… aku nggak tahu lagi harus ke mana,”
Askara mendekat, memayungi Rania, membiarkan dirinya sendiri di guyur hujan. Tangannya yang hangat menyentuh pipi Rania yang dingin.
“Ran..."
Rania nyaris roboh saat Askara merengkuh tubuhnya. Memeluk sesaat sebelum membawa Rania ke mobil, wanita itu di dudukan di kursi sebelah kemudi. Sedang Askara, melajukan mobil dengan tenang membelah jalanan basah.
Tak ada kata-kata selama beberapa menit. Hanya suara hujan di luar dan napas mereka di dalam.
“Kamu, baik - baik saja kan?” tanya Askara hati - hati.
Rania tersenyum getir, tapi tak satu pun kata yang keluar dari mulutnya. Askara tidak bertanya lagi. Ia menghela napas, rahangnya mengeras menahan sesuatu.
Mobil berhenti di basement gedung tinggi menjulang. Askara turun lebih dulu membukakan pintu. Masih merengkuh Rania ketika masuk ke lift pribadi. Naik ke lantai paling atas.
Begitu melangkah keluar lift, Rania seperti masuk ke dunia lain.
Penthouse itu luas, dindingnya hampir seluruhnya kaca bening setinggi langit-langit, memperlihatkan pemandangan kota yang basah diterpa hujan. Lampu-lampu jalan tampak seperti kilau mutiara di bawah sana. Di dalam, suasananya hangat, cahaya kuning temaram dari lampu lantai memantul lembut di marmer abu muda yang licin.
Tidak ada perabot berlebihan... hanya furnitur modern yang dipilih dengan cermat, sofa besar berbahan beludru abu, meja kayu walnut panjang dengan permukaan hitam matte, rak buku tinggi berisi buku-buku tebal. Di ujung ruangan, ada grand piano hitam, mengkilap.
Askara melepaskan jasnya yang basah, masuk ke ruangan dalam, lalu kembali membawa handuk tebal dan selimut hangat untuk Rania.
“Kamu kedinginan?” tanyanya pelan, telaten membalut tubuh Rania dengan selimut, handuk yang tebal ia pakai untuk mengusap - usap rambut basah Rania.
Rania hanya mengangguk, tubuhnya gemetar. Wajahnya basah, campuran air hujan dan air mata, entah mana yang lebih banyak.
“Duduk dulu. Aku siapkan minuman hangat,” ucap Askara.
Rania membisu. Bibirnya lelah, otaknya lelah, semuanya organnya seolah enggan berfungsi dengan baik. Lantai kota yang berkilau tak sedikit pun membuatnya terpukau. Ia hancur. Lelah. Getir.
Aroma manis cokelat hangat memenuhi udara ketika Askara kembali membawa cangkir porselen putih, menyodorkannya pada Rania, “Minumlah”
Askara sampai tak tega melihat tangan Rania yang bergetar ketika menerima cangkir. Lebih miris melihat tatapannya yang kosong. Perlahan, sangat hati - hati. Askara duduk di samping wanita rapuh itu, memperhatikannya dalam - dalam.
“Mandilah, aku siapkan air hangat. Kamu bisa sakit kalau begini."
“Aku tidak bawa baju ganti…”
Askara menghela napas, punggung tangannya lembut mengelus pipi. “Aku akan siapkan bath robe dan jacuzzinya, setelah itu kamu bisa memilih bajuku untuk kamu pakai." ucapnya.
Bath robe. Jacuzzi. Kata-kata asing di telinga. Entah apa, dan bagaimana bentuknya. Rania tak sanggup berpikir. Otaknya menolak untuk bekerja lebih keras lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Kamar mandi itu seperti diambil dari majalah design, lantai marmer putih dengan gurat abu, wastafel ganda, dan di tengah ruangan ada jacuzzi yang sudah diisi air hangat, permukaannya mengeluarkan uap tipis.
Di gantungan handuk, sebuah bath robe putih tebal, bersih, harum.
Rania menatap pantulannya di cermin. Rambut basah, wajah lelah, baju melekat di tubuh. Tangannya lemah ketika menanggalkan semua baju, lalu menenggelamkan diri di jacuzzi.
Rasa sakit, lelah, marah… semuanya ingin ia larutkan.
Cukup lama ia di kamar mandi, sebelum keluar dengan bath robe membalut tubuh. Rambutnya masih setengah basah, menjuntai di bahu.
Askara masih menunggu di sofa, masih dengan kemeja putih basah yang sama, ia tak peduli. Tak ada yang lebih penting sekarang dibanding Rania.
"Askara," panggil Rania.
Pria itu berdiri dalam sekejap, menatap prihatin, tapi beberapa detik kemudian... menelan ludah ketika melihat Rania yang tenggelam dalam bath robe kebesaran itu.
“Kamu... kamu terlihat lebih baik,” ucapnya gugup.
Rania duduk perlahan, lirih ketika berkata, "Maaf... aku bahkan tidak tahu kenapa aku meneleponmu tadi. Padahal aku bisa saja menunggu hingga hujan reda.”
Askara duduk di samping Rania, menatap mata wanita itu lurus - lurus. “Jangan bicara seperti itu. Kamu tahu kalau aku akan datang kapan pun kamu butuh.”
Ada jeda. Hanya suara hujan di luar yang terdengar.
Rahang Askara mengeras saat berkata, “Aku tidak suka melihatmu menangis,”
Rania menghela napas.
"Aku bisa memberikan apa saja, Rania. Apa pun yang kamu mau. Rumah, mobil baru, perhiasan, pakaian. Supaya tidak ada lagi yang berani merendahkanmu,”
“Tidak,” jawab Rania cepat. “Kalau aku tiba - tiba punya semua itu, mereka akan curiga. Mereka akan lebih merendahkanku
“Lantas apa yang bisa aku berikan untukmu?"
Rania mengangkat wajahnya. Mata mereka bertemu.
“Aku ingin tidur denganmu,” ucap Rania, tegas tanpa ragu.
(Bersambung).....
jadi korban org disekelilingnya yg egois
walau pun kalung berlian ,dasar gelo...
rugi klo kmu ,patah hati ...
patah tumbuh hilang bergati
yg lebih baik banyak di luar sna ...
biar tau rasa lelaki bodoh yg ,
sdh mendustai mu...
liat kmu bahagia dan sukses..
biar askara belajar menghargai seorang wanita...dah tau Rania ngga punya siapa", tdk dianggap mertua dan suaminya, diselingkuhi lagi...ni malah menambah luka...
monipasi untuk maju ,biarkan berlalu
jangan jd kn untuk penghalang untuk maju .
buktikan kesuksesan walau tampa mereka ..jangan putus asa ...
klo cari pasangan ,selexi dulu sebelum.
rania berikan hati..jangan patah hati rugi...
masih banyak yg lebih baik dri sebelum x
next thor