NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta King Mafia

Obsesi Cinta King Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Karena menyelamatkan pria yang terluka, kehidupan Aruna berubah, dan terjebak dunia mafia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pria yang Berbahaya

Malam itu masih menyisakan ketegangan. Aruna duduk di kursi kayu dekat sofa, matanya tak lepas dari tubuh pria asing yang baru saja ia selamatkan. Ia sudah menutup semua tirai, mematikan hampir seluruh lampu, dan hanya menyisakan satu bohlam redup di pojok dapur. Suasana remang membuat ruangan terasa semakin sempit, semakin penuh rahasia.

Pria itu terbaring dengan napas berat, kemejanya sudah terlepas, memperlihatkan luka tembak yang sudah ia balut seadanya. Sekilas, Aruna kembali memandangi tubuh bidang penuh bekas luka lama. Bukan hanya dua luka baru itu—bekas sayatan, lebam, dan bahkan bekas luka bakar samar-samar tampak di kulitnya. Semua itu menceritakan bahwa pria ini terbiasa hidup dalam bahaya.

Aruna menggenggam tangannya sendiri, berusaha menenangkan diri.

“Aruna… apa yang sudah kau lakukan?” gumamnya lirih. Menyelamatkan seseorang adalah hal benar, tapi menyembunyikan pria yang jelas sedang diburu orang bersenjata—itu bukan keputusan ringan.

Ia menoleh lagi. Pria itu masih sadar, meski lemah. Tatapannya tajam, penuh selidik. Seakan setiap gerak-gerik Aruna sedang dianalisis.

“Kenapa… kau menolongku?” suaranya serak, berat, tapi tegas.

Aruna menghela napas. “Aku tidak bisa membiarkan seseorang mati di depan mataku. Itu saja.”

Sudut bibir pria itu melengkung tipis, entah berupa senyum atau sekadar refleks menahan sakit. “Kau bodoh… menolong orang yang bahkan tidak kau kenal.”

“Kalau begitu aku memang bodoh,” balas Aruna cepat. “Tapi lebih baik jadi bodoh daripada membiarkan orang mati sia-sia.”

Hening sejenak. Pria itu menatapnya lebih lama, hingga Aruna merasa dadanya sesak. Ada sesuatu di tatapan itu—bukan sekadar rasa sakit, tapi juga kekuatan yang berbahaya. Seolah pria ini bisa membaca isi pikirannya hanya dengan menatap.

“Namamu siapa?” tanyanya akhirnya.

Aruna sempat ragu. Instingnya berkata untuk tidak memberitahu identitas pada orang misterius seperti ini. Namun entah kenapa, mulutnya tetap menjawab, “Aruna.”

“Aruna…” pria itu mengulang perlahan, seolah mencicipi bunyi namanya. “Indah.”

Pipi Aruna memanas. Ia buru-buru berdiri, mengambil gelas untuk menutup kegugupannya. “Kau perlu minum. Jangan banyak bicara dulu.”

Ia menuangkan air ke gelas, lalu menyodorkannya. Tangan pria itu gemetar saat menerima. Refleks, Aruna menopang tangannya agar tidak tumpah. Sentuhan singkat itu membuat jantungnya berdetak lebih cepat, tapi ia berusaha mengabaikan.

Setelah meneguk sedikit, pria itu bersandar kembali. Napasnya mulai lebih stabil.

“Aku Leonardo Valente,” ucapnya tiba-tiba.

Aruna menoleh, terkejut. Nama itu terdengar asing, namun cara pria itu mengatakannya—penuh wibawa, seakan setiap huruf punya bobot—membuatnya merinding.

“Aku… tidak tahu siapa kau,” jawab Aruna jujur.

Leonardo mengangkat alis, lalu tersenyum samar, kali ini jelas sebuah senyum—dingin, namun memikat. “Bagus. Tetap begitu. Semakin sedikit yang kau tahu, semakin aman hidupmu.”

Kata-kata itu menegaskan firasat Aruna: pria ini bukan orang biasa. Luka tembak, kejaran pria bersenjata, aura berbahaya—semua itu hanya bisa dimiliki orang yang hidup di dunia kelam.

Aruna menelan ludah. “Kau… terlibat masalah besar, kan?”

“Masalahku bukan urusanmu.” Nada suaranya keras, tajam, membuat Aruna terdiam. Tapi beberapa detik kemudian, ekspresinya melunak sedikit. “Dan aku tidak ingin menyeretmu.”

Aruna menggigit bibir. Logikanya berkata untuk segera mengusir pria ini, menelpon polisi, atau minimal menjauhkan diri. Namun hatinya—entah kenapa—tidak tega. Ia sudah melihat luka-lukanya, sudah mendengar napas beratnya, sudah menahan darahnya dengan tangan sendiri. Ada ikatan aneh yang terbentuk, meski baru beberapa jam.

“Kalau begitu, istirahatlah malam ini di sini. Besok kau bisa pergi,” katanya akhirnya.

Leonardo menatapnya lama. “Kau tidak takut aku bisa saja berbalik melukaimu?”

Aruna mencoba tersenyum, meski gugup. “Kalau kau ingin melukaiku, kau tidak akan membiarkan aku menyelamatkanmu tadi.”

Tatapan Leonardo berubah. Ada kekaguman samar, atau mungkin keterkejutan. Ia menutup mata, menghela napas panjang. “Kau wanita aneh, Aruna.”

---

Malam berlalu perlahan. Aruna tidak bisa tidur. Ia duduk bersandar di kursi, memperhatikan hujan yang terus turun. Sesekali matanya melirik Leonardo yang akhirnya tertidur pulas, meski wajahnya tetap menegang.

Di balik rasa takutnya, ada rasa penasaran yang tumbuh. Siapa sebenarnya pria ini? Kenapa ia bisa tergeletak sekarat di depan kafe? Siapa orang-orang bersenjata tadi?

Dan mengapa tatapan matanya begitu menghantui?

Aruna memeluk lututnya, menatap kosong ke luar jendela. Ia tidak tahu bahwa keputusannya malam ini—menolong pria asing bernama Leonardo Valente—akan menyeretnya ke dalam dunia yang penuh darah, rahasia, dan obsesi.

Pria itu bukan sekadar berbahaya. Ia adalah bahaya itu sendiri.

1
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
n
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
Yang udah diringkas nya naskah nya ini?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!