NovelToon NovelToon
TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

TERJEBAK DI DALAM PELUKAN MANIPULASI By NADA

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Kelahiran kembali menjadi kuat / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Trauma masa lalu / Kekasih misterius
Popularitas:434
Nilai: 5
Nama Author: nandra 999

Sebuah kisah tentang cinta yang berubah menjadi jeruji. Tentang perempuan yang harus memilih: tetap dalam pelukan yang menyakitkan, atau berjuang pulang ke dirinya sendiri.
Terjebak di Pelukan Manipulasi menceritakan kisah Aira, seorang perempuan yang awalnya hanya ingin bermitra bisnis dengan Gibran, pria karismatik .

Namun, di balik kata-kata manis dan janji yang terdengar sempurna, tersembunyi perangkap manipulasi halus yang perlahan menghapus jati dirinya.

Ia kehilangan kontrol, dijauhkan dari dunia luar, bahkan diputus dari akses kesehatannya sendiri.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah bagaimana seseorang bisa dikendalikan, dikurung secara emosional, dan dibuat merasa bersalah karena ingin bebas.

Akankah Aira menemukan kekuatannya kembali sebelum segalanya terlambat?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nandra 999, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hadiah dari Langit di Hari Aku Lahir Kembali

Selama bertahun-tahun, Aira tidak pernah merayakan ulang tahun. Bukan karena tak ada yang mengucapkan. Tapi karena setiap tahun, di hari itu, yang ia rasakan hanyalah luka.

Gibran pernah berkata, “Buat apa ulang tahun? Kamu nggak berubah juga. Tetap nyusahin.” Dan kalimat itu melekat. Menghancurkan.

Hingga akhirnya Aira meyakini:

ia tak pantas dirayakan.

Tapi tahun ini berbeda. Pagi itu, ketika ia membuka mata, Aira :

“Hari ini bukan tentang bertambah umur. Tapi tentang perempuan yang terus memilih hidup, meski dunia berkali-kali ingin membungkamnya."

Selamat ulang tahun, Aira...

Dalam hatinya .

Aku bangga pada diriku sendiri.

Matanya mulai berkaca-kaca.

"Bukan karena sempurna. Tapi karena kamu masih di sini , masih berdiri, masih bernapas, dan masih memilih untuk hidup.”

Aira menangis. Tapi kali ini bukan karena sedih. Tangis itu keluar dari tempat yang dulu beku:

perasaan bahwa dirinya berharga.

Bahwa ia layak disayang, bahkan tanpa harus sempurna.

Ia membuka laci lemarinya dan mengambil lilin kecil, lalu Ia nyalakan dan meniupnya sendiri.

Aira meniup lilin perlahan...

Dan untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun,

ia mengucapkan harapan untuk dirinya sendiri.

“Tolong, hati ini jangan lagi meragukan kekuatanku sendiri.”

“Dan jika suatu hari aku lupa… tolong ingatkan aku bahwa aku pernah bertahan sejauh ini.”

Hari itu bukan sekadar ulang tahun.

Di malam ulang tahunnya  teman-teman di rumah aman memberinya kejutan kecil. Kue sederhana buatan dapur rumah aman, lilin kecil, dan nyanyian ulang tahun yang dipenuhi harapan.

Aira berdiri di depan lilin, memejamkan mata.

Kali ini ia tidak sendiri tapi bersama teman-teman nya.

Ia tidak meminta kaya. Tidak meminta cinta baru. Ia hanya berdoa satu hal:

“Semoga aku tetap hidup. Dan semoga aku bisa jadi cahaya untuk yang masih gelap.”

Ia meniup lilin itu dengan napas panjang. Dan ketika lilin padam, sesuatu di dalam hatinya menyala.

Itu adalah momen peneguhan—bahwa Aira bukan lagi gadis yang menanti diselamatkan. Ia kini perempuan yang berdiri dengan luka dan harapannya sendiri.

Hadiah terbaik bukan benda, tapi rasa damai yang Aira dapat hari itu. Hadiah yang datang dari dalam, dan dari Tuhan.

Dulu Aira selalu mengabaikan ulang tahun. Tapi tahun ini berbeda—karena ia mulai mengizinkan diri untuk bahagia.

Tuhan seolah berbicara langsung lewat perhatian kecil dari orang-orang yang benar-benar tulus.

Bukan kebetulan , ini cara Tuhan yang menjawab lewat hariku .

Menekankan bahwa semua ini bukan terjadi secara kebetulan, tapi seperti disusun oleh semesta.

Dulu, ulang tahun selalu jadi hari yang ia hindari.

Tak ada pesta. Tak ada kado. Hanya suara-suara lama Gibran dalam kepalanya yang mengulang .

Tapi tahun ini berbeda. Tahun ini, Tuhan seolah berkata:

“Aku tidak pernah lupa menciptakanmu. Maka jangan pernah lupakan dirimu sendiri.”

Aira menulis bab baru dalam hidupnya:

“Namaku Aira. Aku pernah tenggelam, dipatahkan, disalahkan atas luka yang bukan aku yang buat. Tapi hari ini, aku lahir kembali. Bukan dari rahim, tapi dari perjuangan. Dari keyakinan bahwa suara perempuan, sekecil apa pun, bisa mengubah dunia. Aku tidak akan lagi menjadi korban dari kisahku sendiri. Aku adalah tokoh utama. Dan ini… adalah hidup yang kupilih.”

Sejak Aira mulai bekerja online dari rumah. Meski penghasilannya belum besar, ia mulai menikmati rutinitas barunya.

Bangun pagi, membuat teh hangat, menulis artikel, lalu di sore hari menulis kisah penyintas di media sosial. Tak disangka, beberapa tulisannya mulai viral. Ia bahkan diminta jadi kontributor tetap di sebuah platform khusus perempuan.

“Dulu aku hanya menulis untuk bertahan hidup,” bisik Aira suatu pagi di depan cermin.

“Sekarang aku menulis untuk melindungi hidupku"

Ia kembali menulis, bukan soal trauma, tapi tentang cinta yang sehat.

Tentang perempuan yang bisa bilang “tidak” tanpa takut ditinggal.

Tentang anak-anak perempuan yang pantas merasa aman di rumahnya sendiri.

Tulisannya mulai banyak dibaca. Beberapa diundang ke seminar kampus. Ada yang dijadikan referensi komunitas perempuan muda.

Seseorang bertanya, “Apa yang kamu dapat dari semua ini, Kak Aira?”

Aira tersenyum.

“Aku tidak mencari balas dendam. Yang aku cari adalah pulih. Dan sekarang aku tahu… pulih itu bukan soal melupakan. Tapi tentang berani hidup kembali dengan luka yang tidak lagi berdarah.”

Aira mengadakan kelas menulis gratis untuk penyintas kekerasan. Ruang itu kecil, tapi penuh semangat. Di papan tulis tertulis:

“Menulis untuk Memulihkan.”

Salah satu peserta bertanya, “Kenapa Kakak mau bantu kami yang bahkan Kakak nggak kenal?”

Aira tersenyum, matanya berkaca-kaca.

“Karena dulu… aku pernah merasa sendiri. Dan kalau hari ini aku bisa jadi alasan kamu bertahan satu hari lagi, maka luka itu tidak sia-sia.”.

Bahagia yang paling dalam adalah ketika kita tak lagi takut dengan keheningan.

Suatu pagi Aira sedang merapikan meja kelas kecilnya. Di atas meja terdapat kertas-kertas latihan menulis, teh hangat, dan sebuah kotak kecil bertuliskan:

“Jangan takut bercerita.”

Kelas hari ini diisi lima orang perempuan. Semuanya datang dengan wajah gugup. Salah satu dari mereka - Remaja usia 17 tahun - duduk di sudut, tak banyak bicara.

Aira mendekat, lalu duduk di sebelahnya.

“Namamu siapa, sayang?” “Tiara…” jawabnya pelan.

“Tiara, boleh aku tanya…

kamu pernah menulis sebelumnya?”

Gadis itu menggeleng.

Matanya sembab.

Aira mengambil selembar kertas kosong dan sebuah pulpen.

Lalu meletakkannya di meja Tiara.

“Dulu, aku juga nggak bisa nulis.

Tapi saat aku sudah terlalu lelah menangis, aku mulai menulis..

Bukan untuk dibaca orang, tapi untuk nyelametin diriku sendiri.”

Tiara menatapnya.

“Kak Aira pernah takut cerita?”

Aira tersenyum..

“Bukan cuma takut...

Aku sempat yakin nggak akan ada yang percaya.”

Tiara menunduk..

“Tapi sekarang aku tahu,”

lanjut Aira,

“kalau satu perempuan saja berani cerita, maka satu pintu cahaya sudah dibuka untuk yang lain.”

Satu Bulan setelah pertemuan itu, Aira menerima sepucuk surat tangan dari Tiara.

“Kak Aira, terima kasih. Waktu itu aku pengen menyerah. Tapi pulpen yang kakak kasih masih aku simpan. Sekarang aku belum sembuh. Tapi aku udah bisa tidur tanpa mimpi buruk. Dan itu… buatku, cukup besar.”

  Aira menutup surat itu dengan air mata pelan. Ia menatap langit senja dari jendela ruang belajarnya.

“Lihat, semesta,” bisiknya.

"Perempuan yang bangkit dari luka, bukan hanya untuk dirinya. Tapi untuk perempuan-perempuan lain yang masih mencari cahaya.”

" Lukaku tidak sia-sia. Aku tidak hanya sembuh. Aku menyalurkan cahaya."

Aira tidak hanya selamat, tapi juga menjadi cahaya bagi perempuan lain yang masih berasa dalam gelapnya luka dan ketakutan.

Karya tulisan kisah Aira makin terus hidup di hati pembaca, dan di hati perempuan-perempuan yang sedang belajar memeluk dirinya sendiri.

Luka Aira telah berubah menjadi cahaya bagi sesama.

1
gaby
Jgn2 Gibran pasien RSJ yg melarikan diri.
gaby
Di awal bab Gibran selalu mengatakan cm Gibran yg mau menerima Aira yg rusak. Dan kata2 Aira rusak berkali2 di sebutkan di bab pertama. Maksud Rusak itu gmn y thor?? Apa Aira korban pelecehan atau korban pergaulan bebas??
gaby
Smangat thor nulisnya. Ternyata ini novel pertamamu di NT y. Tp keren loh utk ukuran pemula, ga ada typo. Dr awal bab aja dah menarik, Gibran si pria manipulatif
Robert
Suka banget sama cerita ini, thor!
nandra 999: Thks yeah 🥰
total 1 replies
Gấu bông
Terinspirasi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!