Becoming An Assassin Type In Another World

Di dalam ruang utama Akademi Veltrana, setelah momen haru pertemuan mereka, Laira dan Rio duduk berhadapan di sebuah ruangan tenang dekat taman belakang akademi. Angin sejuk berhembus lembut melalui jendela yang terbuka, membawa aroma bunga musim semi.

Laira menoleh ke atas kepala Rio dan mengangkat sebelah alis.

“Ngomong-ngomong… siapa hewan kecil yang lucu ini?” tanyanya sambil menunjuk dengan lembut.

Rio langsung menoleh ke arah Luna yang sedang duduk santai di atas kepalanya.

“Ohh… dia ini? Namanya Luna,” jawab Rio sambil tersenyum, lalu mengangkat Luna dan mendekatkannya ke wajah Laira. “Dia adalah familiar-ku… atau lebih tepatnya, teman perjuanganku.”

Luna mengeluarkan suara kecil yang ceria seperti mendengkur lembut dan langsung melompat ke pangkuan Laira dengan manja.

“Kyuu~!”

Laira sedikit terkejut, namun kemudian tertawa kecil dan mulai membelai kepala Luna.

“Wahh… lucunya! Menggemaskan sekali!” seru Laira sambil memeluk Luna erat di pelukannya. Luna yang merasa nyaman langsung bergulung manja di dada Laira sambil mengeluarkan suara lembut, “Kyuu~.”

Rio hanya bisa terpaku melihat pemandangan itu.

“Ehh…!?” katanya dengan mata sedikit membesar dan mulut separuh terbuka. Itu… familiar-ku, tapi kenapa dia lebih akrab sama guruku sekarang…? pikir Rio dalam hati.

Laira tersenyum lebar sambil terus mengelus Luna. “Oh ya, Rio… apa kau ingin masuk ke akademi ini?” tanyanya tiba-tiba dengan semangat, matanya berbinar seperti seorang guru yang menemukan murid berbakat.

Rio terkejut dan langsung mengangkat wajahnya. “Ehh? Tapi aku…”

Ucapan Rio langsung terpotong saat Laira menepuk tangannya dengan ceria.

“Nanti kamu bisa masuk klub yang kamu suka, lho! Ada klub sihir tipe elemental, klub assassin elite, ada juga divisi tank dan knight! Kamu pasti suka!” kata Laira penuh semangat sambil menunjuk ke arah brosur klub yang terpajang di papan pengumuman dekat lorong.

Rio menggaruk belakang kepalanya, setengah bingung, setengah tertarik. “Aku... belum mikir sampai situ sih…”

Luna yang masih dipeluk Laira langsung melompat kembali ke bahu Rio, lalu mengangguk kecil seolah mendukung.

“Kyuu!”

Laira mendekat dan menepuk bahu Rio sambil tersenyum hangat. “Ini kesempatan bagus, Rio. Kau bisa belajar sambil tetap mengembangkan kemampuanmu. Dan… kita bisa sering bertemu.”

Rio menoleh ke arah lain, membelakangi Laira sejenak. Matanya menatap kosong ke arah langit biru, namun pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang mendalam.

“Kalau aku masuk ke akademi ini… ada kemungkinan aku bertemu dengan… calon tunanganku. Kalau sampai mereka bertemu....gawat. Bisa kacau semuanya…” batinnya dalam diam, wajahnya mulai terlihat ragu.

Laira memperhatikan perubahan ekspresi Rio dan memanggilnya dengan nada lembut, “Rio…?”

Rio menarik napas dalam-dalam. “Hah…”

Tanpa berkata apa-apa, dia tiba-tiba menampar pipinya sendiri dengan ringan, membuat Luna yang di bahunya sedikit terkejut.

PLAKK

“Aku…” katanya, lalu perlahan berbalik menghadap Laira. Wajahnya kini lebih mantap, penuh tekad.

“Aku akan masuk ke Akademi Veltrana!” ucap Rio dengan suara tegas, tatapannya menyala seperti api yang baru menyala kembali.

Laira tersenyum lega, lalu tertawa kecil. “Hehe… akhirnya kau bicara juga. Selamat datang kembali, Rio.”

Luna melompat girang di atas bahunya. “Kyuu~!”

Di kejauhan, beberapa murid mulai membicarakan Rio.

“Siapa sih dia itu? Keren banget…”

“Gurunya sendiri yang ngajak masuk, pasti orang spesial…”

Rio hanya tersenyum tipis dan berjalan ke arah gerbang akademi, bersama gurunya dan Luna.

“Okee, udah diputuskan ya!” kata Laira sambil tersenyum ceria.

“Langsung masuk aja sekarang!” serunya lagi, lalu tanpa menunggu jawaban, langsung menarik tangan Rio dengan semangat.

“Hei....tunggu, guru!?” Rio terpaku sejenak, tubuhnya sedikit tertarik ke depan karena tarikan Laira yang tiba-tiba.

“A-aku belum... SIAPPPP!!!” teriak Rio sambil terseret masuk ke dalam Akademi Veltrana.

Luna yang duduk di bahu Rio melompat turun karena terkejut, lalu mengejar mereka dengan langkah kecil yang lucu. “Kyu~!”

Beberapa murid yang berada di sekitar halaman akademi langsung menoleh, melihat pemandangan aneh, seorang pemuda tampan diseret masuk oleh gurunya yang penuh semangat.

“Hei, itu gurunya sendiri yang tarik dia masuk…”

“Kayaknya murid spesial, deh… Gila, baru datang udah heboh…”

Rio hanya bisa pasrah ditarik masuk, sementara wajahnya merah karena malu. “Aduh… kenapa jadi gini sih…”

Laira hanya tertawa bahagia. “Tenang aja! Kamu akan suka suasana di sini, Rio!”