Sidney Catrina terlahir dengan nama Sidney Carlotta Thanos, puteri bangsawan Prancis yang berasal dari kota Marseille.
Sidney terkenal sebagai gadis pembangkang, ia menolak memakai nama belakang keluarga dan memilih kabur dari kastil modern yang menjadi tempat tinggalnya sedari dilahirkan ke dunia ketika mengetahui rencana orangtuanya untuk menikahkannya dengan kolega sang ayah yang terpaut usia sangat jauh darinya guna menyelamatkan penyitaan kastil peninggalan kakek buyut Sidney dari hutang yang membelit ayahnya, Alexeus Thanos. Mengakibatkan keluarga mereka mengalami kebangkrutan finansial.
Setelah kabur dari keluarga selama hampir tiga tahun, Sidney di paksa pulang ke rumah dan akan di jodohkan dengan Edxel Leonard Conte yang terlahir sebagai bangsawan Italia.
Bagaimana kelanjutan kisah ini, apakah kali ini rencana Alexius akan berhasil membuat Sidney menuruti keinginan orang tuanya?
Baca ya 🙏
Tinggalkan komentar dan jejak kalian di setiap bab ya reader's kesayangan 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HARI TERAKHIR DI LA
Sidney tengah menyusun pakaian milik ia dan Edxel ke dalam koper. Di bantu Nancy yang ikut mengemas semua barang-barang belanjaan Edxel buat Sidney. Laki-laki itu selalu berbelanja barang mewah untuk Sidney walaupun wanita itu selalu menolak karena ia tidak membutuhkan.
Edxel telah memenuhi kebutuhannya. Bahkan sejak menikahinya Ed telah menyiapkan pakaian untuknya, baik di rumah yang berada di kota Nice, Prancis maupun di kota Genoa, Italia yang menjadi tempat tinggal mereka.
Belum lagi uang yang di keluarkan Edxel tidak main-main. Sudah sangat banyak.
"Huhh... barang-barangnya jadi beranak pinak gini", gumam Sidney nampak memijat keningnya melihat beberapa tas, sepatu hingga gaun yang di beli Edxel untuknya masih di luar belum juga masuk ke dalam koper mereka.
Nancy tersenyum mendengar gumaman majikannya itu. "Nona tenang saja, saya akan menyusunnya dengan rapi hingga muat dalam koper".
"Nona Sidney harus bahagia karena tuan Edxel sangat menyayangi nona", ucap pelayan itu tanpa melihat ke arah Sidney.
Mendengar penuturan Nancy, Sidney tersenyum padanya. "Iya kamu benar sekali, aku beruntung memiliki suami seperti bos mu itu, Nancy", jawab Sidney tertawa mendengar celetukan Nancy.
"Oh ya Nancy...apa suamiku sebelumnya sering mengajak mendiang Casandra tunangannya kemari?. Aku yakin kau pasti mengenalnya dengan baik", tanya Sidney menatap Nancy yang masih sibuk menyusun barang-barang ia dan Edxel.
Sekilas pelayan itu menatap kearah Sidney tanpa menghilangkan senyuman di bibirnya.
"Justru saya dan pekerja lainnya di sini tidak mengenal mendiang tunangan tuan. Yang saya tahu, tidak sekali pun tuan Edxel membawa nona Cassandra kemari. Tapi kami tahu tuan telah bertunangan dengan wanita bernama Cassandra", jawab Nancy.
Mendengar itu spontan Sidney melebarkan kedua matanya. Wanita itu berdiri, sambil mengikat rambutnya secara acak ke atas.
"Benarkah yang kamu katakan Nancy? Rasanya tidak masuk akal jika suami ku tidak pernah mengajak Cassandra kemari...Um, Rasanya tidak mungkin–"
"Apanya yang tidak mungkin, hm?"
Sidney tidak melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba Edxel sudah ada di kamar dan memeluknya dari belakang, membuat wanita itu kaget.
"Sayang–"
"Kenapa kamu tidak bertanya langsung pada suami mu jika ingin mengetahui tetangnya, hm? Aku pastikan anak buah ku tidak akan memberi tahu mu karena mereka semua menjaga loyalitasnya pada ku".
"Bukankah begitu Nancy?", tanya Edxel tanpa menolehkan wajahnya pada pelayan yang segera berdiri.
"Tentu saja tuan. Umm..Nona semua barang-barang sudah selesai. Apa masih ada lagi yang harus saya kerjakan?".
"Kau boleh pergi!", perintah Edxel.
"Terimakasih Nancy kamu sudah membantuku", ucap Sidney tersenyum hangat pada pelayan itu.
Nancy tersenyum. "Jangan sungkan memberi perintah pada saya, karena sudah kewajiban saya melayani nona Sidney. Saya permisi keluar, nona, tuan", sambungnya dengan hormat.
"Hm..
Kini tinggal Sidney dan Edxel di kamar mewah bernuansa American klasik itu.
Edxel membingkai wajah cantik istrinya. Mendaratkan sebuah kecupan lembut.
Tentu saja Sidney tidak menolaknya, bahkan ia melingkarkan kedua tangannya pada leher kokoh laki-laki itu. Keduanya berciuman mesra.
Edxel mendorong lembut tubuh istrinya hingga bagian belakang tubuh seksi itu terpojok Kedinding.
Laki-laki itu menyudahi sentuhannya. Membelai lembut bibir ranum istrinya. "Apa yang ingin kau ketahui tentang suami mu, hm? Aku akan menjelaskan semuanya, supaya tidak ada yang mengganjal di hati mu", ucap Edxel sambil mencubit anak-anak rambut Sidney kebelakang telinga.
Wanita itu tersenyum mendengar ucapan Edxel. "Banyak Ed. Sebenarnya masih banyak yang ingin aku ketahui tentang mu. Salah satunya yang aku tanyakan pada Nancy. Dan aku ingin tahu bagaimana kamu bisa memilih aku untuk dijadikan istri palsu mu", ujar Sidney sambil mengusap dada bidang Edxel. "Ya meskipun sekarang kita benar-benar melakukan aktivitas sebagai suami-istri sungguhan", sambung Sidney dengan tatapan fokus pada wajah Edxel yang selalu tampan baginya.
"Masalah aku memilih mu menjadi istri ku, Roland lah yang menemukan ayah mu yang tengah menghadapi masalah bisnis maupun personal. Saat pertama asisten ku itu menunjukkan foto mu pada ku di ruang kerja sejujurnya di sanalah aku menyukai sorot mata indah mu ini. Aku langsung menyetujui pilihan asisten ku tanpa memikirkan dampaknya di kemudian hari", ujar Edxel tersenyum penuh arti.
"Maksud apa Ed? Apa kamu menyesal pilihan asisten mu?", tanya Sidney sambil memainkan kancing kemeja suaminya dan menatap lembut Edxel.
"Justru kebalikannya. Aku mengakui pilihan asisten sangat tepat sesuai dengan yang aku inginkan. Namun aku tidak menyangka ternyata gadis itu begitu sempurna, sampai-sampai terbesit dipikiran ku. Mungkinkah kamu di kirim Tuhan untuk ku sebenarnya mengisi kehampaan hari-hari ku selama ini", jawab Edxel dengan perasaan mendalam
Edxel menarik pinggang Sidney, mengajaknya duduk sofa dan memeluknya.
Laki-laki itu melingkarkan tangannya pada pundak Sidney yang menyandarkan kepala pada dadanya.
"Oke, aku akan menjelaskan semuanya agar tidak ada yang mengganjal di hatimu", ucapnya seraya menautkan jemari tangan kanannya pada jemari lentik Sidney.
"Nancy benar mengatakan Cassandra tidak pernah kemari. Aku memang tidak pernah membawa ia ke rumah baik di sini, Genoa maupun rumah yang ada di kota Nice".
"Bukankah aku sudah mengatakan pada mu, aku dan Sandra jarang menghabiskan waktu bersama. Kami sama-sama sibuk dengan aktivitas masing-masing hampir tidak pernah bertemu. Sandra banyak melakukan perjalanan sosial ke belahan dunia bersama komunitasnya. Komunikasi lebih banyak di lakukan melalui video call", ucap Edxel bercerita mengenang masa-masa yang ia lalui bersama wanita yang pernah ia cintai. Namun kini hari-harinya telah di isi kebahagiaan kembali oleh Sidney yang sedang ia peluk sekarang.
"Wow... kau menjalin hubungan Long distance relationship dengan wanita mu, apa kau bisa menahan diri?". Sidney mendongakkan wajahnya menatap intens wajah tampan Edxel yang tengah memeluknya dengan sorot selidik, ingin mendengar jawaban suaminya.
Edxel yang tengah menyadarkan kepala ke sandaran sofa, membalas tatapan intens Sidney. Netra biru terang Sidney sangat di sukai Edxel. Begitu indah, membuat ia terperangkap sejak pertama perjumpaan mereka. Edxel menyadarinya.
Jemari kokoh laki-laki itu mengusap lembut bibir istrinya, turun ke leher hingga pundak putih mulusnya.
"Ya kalau diingat-ingat, aku juga bingung kenapa bisa bertahan seperti itu dengan Sandra. Jangan tanya jika itu kau, aku pastikan tidak akan bisa melakukannya".
Tiba-tiba Edxel mengangkat tubuh Sidney ke pangkuannya saling berhadapan tanpa jarak. Seketika membenamkan wajahnya di antara tengkuk Sidney seraya menyapukan lidahnya di area itu.
"Aww s-ayang apa yang kau lakukan? Aku ingin mendengar cerita mu dan Cassandra lagi", protes Sidney seraya mengangkat lehernya yang terasa geli karena sapuan lembut lidah Edxel.
"Apa masih kurang kau mengetahui masa lalu suami mu, hm? Apa itu sangat penting bagimu di banding ini?".
Lidah Edxel semakin menggoda Sidney, sementara jemari tangannya telah menyelusup ke dalam sweater yang membalut tubuh Sidney.
Nampak senyuman senang di sudut bibir laki-laki itu, begitu mengetahui istrinya tidak menggunakan bra, membuat jemari tangannya leluasa bergerilya menyentuh pusat tubuh seksi istrinya itu.
"Oughhh Ed–"
"Aku pastikan tidak akan sanggup jika harus berjauhan dengan mu, Sidney. Kau membuat ku gila. Aku selalu menginginkan mu", racau Edxel membenamkan wajahnya diantara gunung kembar Sidney. Menghisap kuat sambil memilin puncaknya.
Keduanya terhanyut dalam gelombang cinta membara. Saling menginginkan. Tanpa mau memikirkan lainnya. Dunia terasa hanya milik berdua saja.
"Aku berharap setelah kembali dari sini akan segera tumbuh buah cinta kita rahim mu sayang. Jangan pernah ragukan perasaan ku pada mu sayang. Aku mencintai mu.."
...***...
To be continue
tetap menyimak☺️
kau Ampe lupa sama istrimu dan meninggalkannya yaa pantes Sidney merasa terluka 😔