NovelToon NovelToon
Misteri Kematian Sandrawi

Misteri Kematian Sandrawi

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Matabatin / Mata Batin / TKP / Tumbal
Popularitas:998
Nilai: 5
Nama Author: lirien

“SANDRAWI!”

Jeritan Ratih memecah malam saat menemukan putrinya tergantung tak bernyawa. Kematian itu bukan sekadar duka, tapi juga teka-teki. Sandrawi pergi dalam keadaan mengandung.

Renaya, sang kakak, menolak tunduk pada kenyataan yang tampak. Ia menelusuri jejak sang adik, menyibak tiga tahun yang terkubur. Dan perlahan, luka yang dibungkam mulai bersuara.

Mampukah Renaya memecahkan misteri tersebut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lirien, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hal yang Bedar

“Nah, itu dia, Mas,” ucap perempuan itu sambil mengisyaratkan dengan dagunya.

Renaya mengikuti arah tunjukannya. Seketika tubuhnya membeku, matanya membelalak tanpa kendali, tenggorokannya tercekat oleh kenyataan yang baru saja terkuak di hadapannya. Di antara kerumunan lelaki yang tengah tertawa lepas di pojok ruangan itu, terpatri jelas wajah Bagantara—iparnya sendiri.

“Lho… itu… Mas Bagantara…,” bisiknya nyaris tak bersuara.

Kata-kata perempuan tadi berputar-putar dalam kepalanya. Sandrawi… selama ini hanya melayani satu lelaki. Dan lelaki itu—adalah Bagantara.

Renaya limbung, pandangannya bergoyang. Ia terpaksa bersandar di dinding agar tak jatuh terjerembap di lantai. Dodi yang menyaksikan raut terkejut Renaya, segera sigap menopang bahunya.

“Kamu kenal dia?” tanya Dodi, keningnya mengernyit penuh tanya.

Renaya hanya mampu mengangguk pelan, suaranya tercekat. Kenal? Bukan sekadar kenal. Lelaki itu bahkan tinggal satu atap bersamanya selama ini. Mereka bagian dari keluarga yang sama. Bagaimana mungkin, selama ini ia benar-benar tidak menyadari apa yang tengah terjadi?

Ia mengepalkan tangan, berusaha mengatur napas, mengendalikan diri. Pening menjalari kepalanya seketika, kenyataan yang begitu pahit tak sanggup langsung ia cerna.

“Tidak… tidak mungkin…,” lirihnya pelan, namun matanya mengerjap tajam ke arah Bagantara yang asyik bersenda gurau.

Dodi masih menunggu jawaban jelas. “Siapa dia sebenarnya bagimu?” desaknya lagi.

Renaya menoleh, matanya kini setajam bilah pisau. “Bukan cuma kenal… aku dan dia mengenal satu sama lain… sangat dekat.”

“Oh ya? Jadi dia… temanmu?” Dodi masih menyelidik.

Renaya menggeleng pelan. Bibirnya tertarik menyeringai getir. “Dia… dia adalah iparku, Dodi,” bisiknya lirih namun jelas, seolah menusuk ruang di antara mereka.

Keduanya—Dodi dan perempuan penghibur itu—saling melempar pandang. Situasi ini jelas jauh lebih rumit dari yang mereka kira. Ada simpul-simpul rahasia yang menjerat di balik kematian Sandrawi, simpul yang ternyata menyangkut keluarga Renaya sendiri.

Renaya merasakan amarahnya mulai mendidih, membakar dada. Setiap potongan kenangan melintas dalam benaknya, bagaimana selama ini ia sama sekali tak pernah mencurigai Bagantara, bagaimana lelaki itu berpura-pura bersikap manis di hadapan keluarga.

Ia mengingat kembali ekspresi Bagantara saat menerima kabar kematian Sandrawi—begitu biasa, begitu datar, seolah tak ada kesedihan. Padahal kini Renaya paham… pria itulah akar dari luka ini.

“Dasar bajingan… dia akan membayar semuanya!” dengus Renaya dengan rahang mengeras.

Tanpa pikir panjang, ia melangkah menuju pria yang telah mengkhianati kepercayaan keluarga mereka. Langkahnya cepat, penuh bara amarah yang membara. Tapi Dodi segera menahan pergelangan tangannya.

“Jangan gegabah! Kalau kamu gegabah sekarang, dia bakal kabur dan menutup rapat semua jejaknya!” cegah Dodi tegas.

Renaya menyentakkan tangannya kasar. “Lepas, aku nggak bisa cuma diam!”

“Renaya!” bentak Dodi sedikit lebih keras, matanya menusuk dalam. “Kalau kamu bertindak sekarang, kamu cuma akan mendapatkan pelampiasan. Tapi kita kehilangan seluruh kebenaran.”

Renaya terdiam, tarikan napasnya memburu. Setiap nalurinya menuntut untuk menerjang, namun otaknya berkata lain. Ia tahu, kebenaran yang lebih besar tengah bersembunyi di balik wajah tenang Bagantara.

Dengan sisa-sisa kesadaran, Renaya meredam ledakan amarahnya. Tangan yang tadi mengepal, perlahan mengendur. Tubuhnya masih gemetar menahan gejolak rasa, tapi ia tahu… ini belum waktunya.

“Tenang dulu… Kalo kamu ke sana kita akan kehilangan informasi nantinya." ujarnya "kita akan bongkar semuanya. Tapi tidak di sini, tidak sekarang,” bisik Dodi kembali menegaskan.

“Terus aku harus gimana? Nunggu di sini sambil gigit jari?!” Renaya menyibakkan rambutnya ke belakang, geram membakar dadanya.

Ia muak menahan diri, sementara telapak tangannya sudah gatal ingin menggoreskan bekas luka di wajah Bagantara.

Dodi menatapnya tajam, suaranya datar namun penuh makna. “Menurutmu, kenapa adikmu bisa menjalin hubungan seperti itu sama kakak iparnya sendiri?”

Renaya mendengus sinis. “Kalau aku tahu alasannya, aku nggak bakal capek-capek nyelidikin sampai ke sini!”

“Yang aku maksud… kamu pasti lebih peka, kamu kakaknya. Masa nggak pernah liat gelagat aneh mereka di rumah? Gerak-gerik kecil… bahasa tubuh… ada yang janggal nggak?” Dodi mencoba meredam emosi Renaya dengan nada lebih tenang.

Renaya terdiam sejenak, lalu menghela napas panjang. Itu masalahnya dia jarang pulang, terlalu sibuk di luar rumah, hingga tak tahu seperti apa Sandrawi selama ini. Andai saja ia sedikit lebih peka, mungkin skandal ini takkan sebusuk ini.

“Aku… nggak tahu, aku nggak pernah pulang,” gumamnya pelan, membuat Dodi mengembuskan napas berat.

“Gini aja,” ucap Dodi, “kamu sembunyi dulu.”

“Ha? Sembunyi? Aku nggak mau buang waktu! Aku mau habisin dia sekarang juga!” Renaya masih berkecamuk dengan bara di dadanya.

Dodi menggeleng pelan. “Dengerin aku, biar aku yang deketin dia… aku pancing. Kamu tahan emosi.”

Dengan berat hati, Renaya mengempaskan napas kasar. Ia menatap sekeliling, lalu bertanya, “Di mana aku sembunyi?”

“Ada ruangan kosong, sini,” celetuk wanita penghibur teman Sandrawi, lalu menarik tangan Renaya menuju sebuah bilik kecil yang menghadap langsung ke arah Bagantara.

Dodi menunjuk ruangan itu. “Kamu diem di sini, jangan muncul apapun yang terjadi.”

Renaya mengangguk tanpa suara. Bersama wanita itu, ia masuk ke dalam ruangan dan menyisakan sedikit celah pada pintu untuk mengintip kejadian di luar.

Dodi menarik napas, lalu melangkah santai menghampiri kerumunan tanpa langsung menyapa Bagantara. Ia mendekat ke salah satu pria yang berdiri di dekatnya.

“Mas, lihat Sandrawi nggak?” tanyanya santai.

Pria itu menggeleng pelan. “Udah lama dia nggak keliatan ke sini, Mas. Ada urusan apa ya?”

Dodi sempat canggung, belum menyiapkan skenario meyakinkan.

“Aku ketagihan… pengen pakai dia lagi,” jawabnya asal bicara.

Lelaki itu hanya tersenyum simpul. Namun gerakan kepala Dodi menarik perhatian Bagantara, lelaki itu menoleh tajam.

“Maaf, Mas,” ucap si pria tadi, “Sandrawi udah lama nggak datang. Lagi pula, dia nggak pernah terima tamu sembarangan selain ‘dia’.”

Dodi mengangkat alis pura-pura bingung. “Dia?”

Si pria itu hanya mengangguk ke arah tertentu. Ketika Dodi mengikuti arahnya, tatapannya bersirobok langsung dengan Bagantara yang menatapnya tajam sejak tadi.

“Ngapain kamu nyari Sandrawi?” nada Bagantara mulai berubah tajam.

Dodi tetap santai. “Aku pernah sama dia… pengen ngerasain lagi.”

Bagantara mendengus keras. “Kamu bohong! Sandrawi nggak pernah mau sama pria lain!”

“Eh, uang kan bisa bikin siapa aja luluh, Mas,” balas Dodi sambil tersenyum sinis.

Bagantara hanya menyeringai setengah hati.

“Terus, aku harus ke mana biar bisa ketemu Sandrawi lagi?” pancing Dodi lebih jauh.

Alih-alih menghardik, Bagantara mengangguk singkat lalu melangkah. “Ikut gue.”

Dari balik bilik kecil, Renaya melihat gerak-gerik keduanya dengan gemas. Ia menunggu sampai Bagantara dan Dodi beranjak pergi sebelum menyelinap keluar dan mengikuti mereka dari kejauhan.

Langkah Bagantara terhenti sejenak sebelum berlanjut ke halaman belakang gedung itu, area yang cukup sepi dan jauh dari keramaian.

“Eh, kita ke mana nih, Mas?” tanya Dodi berpura-pura tak tahu.

Bagantara menoleh. Tanpa aba-aba, tinjunya mendarat keras di wajah Dodi.

BUG!

1
Ruby
semangat ya Thor, aku bakal balik lagi kok. Ceritanya bagus, penuh misteri!!
Anonymous: Aww trimksih banyak yaa
seneng banget ada yang support begini🌷☺️🫶
total 1 replies
Ruby
Wahh curiga sama bapaknya /Drowsy/
Ruby
terus pria yang sebelumnya menatap sandrawati b*ndir siapa?
Ruby
siapa yang naruh bawang di sini?!/Sob/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!