NovelToon NovelToon
Istri Si Tuan Kursi Roda

Istri Si Tuan Kursi Roda

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Keluarga / Romansa / Terpaksa Menikahi Suami Cacat
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: BRAXX

Mereka mengatakan dia terlahir sial, meski kaya. Dia secara tidak langsung menyebabkan kematian kakak perempuannya dan tunangannya. Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang berani menikahinya. Mempersiapkan kematiannya yang semakin dekat, ia menjadi istrinya untuk biaya pengobatan salah satu anggota keluarga. Mula-mula dia pikir dia harus mengurusnya setelah menikah. Namun tanpa diduga, dia membanjirinya dengan cinta dan pemujaan yang luar biasa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Jika ada tempat tidur sekarang, Freya pasti tidak akan ragu untuk menjatuhkan dirinya dan tidur dengan nyenyak.

Namun, ia memaksakan diri untuk tetap bertahan dan menyuapi Luca. Setelah itu, ia kembali duduk dan menyantap makanannya.

Saat makan, ia hampir tertidur beberapa kali.

Freya kini tiba di universitas dengan kepala yang melayang-layang. Biasanya, ia sangat fokus pada pelajaran, tetapi sekarang, ide untuk tidur di kelas muncul di benaknya untuk pertama kalinya.

Dia sangat mengantuk.

Teman-teman sekelasnya pun jarang memperhatikan pelajaran sebaik dirinya. Jadi, apa salahnya tidur hanya sekali di kelas?

Namun kenyataannya, itu harapan yang terlalu tinggi.

Pelajaran pertama adalah Matematika.

Dengan nada serius, sang dosen meminta Freya untuk berdiri dan mendengarkannya. "Kamu satu-satunya di kelas ini yang serius belajar. Dan sekarang, bahkan kamu tergoda untuk ikut bermalas-malasan?! Berdiri dan dengarkan baik-baik! Renungkan perilakumu!"

Tak bisa berkata apa-apa, Freya hanya bisa berdiri dan mendengarkan pelajaran itu dalam keadaan setengah sadar.

Pelajaran kedua adalah Pendidikan Politik.

Dosen yang ini bersikap berbeda. Ia malah meminta Freya menjadi asistennya.

Meskipun bantuannya berantakan, dosen itu tetap tidak membiarkannya kembali ke tempat duduk. "Freya, kamu akan terbiasa nanti, meskipun sekarang masih belum paham. Suatu hari nanti, kamu akan menjadi asisten terbaikku. Untuk saat ini, aku menunjukmu sebagai monitor kelas."

Sepanjang pagi itu, Freya menjalani hari yang sangat melelahkan.

Ia benar-benar kewalahan dan bahkan tidak sempat beristirahat.

"Mengapa kamu tidak bicara jujur pada Luca?"

Saat makan siang, Eve memandang Freya yang tampak lesu dan putus asa. Dengan hati-hati, ia berkata, "Ceritakan padanya keadaanmu yang sebenarnya. Kamu bisa minta bantuan keuangan atau memintanya agar tidak memberimu begitu banyak tugas. Lihat dirimu... benar-benar kelelahan."

Menggeleng, Freya berkata, "Aku tidak sedekat itu dengannya. Dia juga tidak punya kewajiban membantuku."

"Apa maksudmu tidak dekat dengannya?! Kalian bahkan tidur di ranjang yang sama, masa tidak dekat?" Eve membenturkan alat makannya ke meja dengan keras. "Freya, kamu terlalu banyak mikir. Kamu selalu merasa kalau kamu menikah dengannya hanya karena uang, jadi kamu merasa dirimu lebih rendah dari dia, kan?"

Sekilas saja, Eve sudah bisa melihat apa yang selama ini Freya pertahankan dan hindari. "Kamu menganggap dirimu hanya sebagai pembantu baginya, bukan?"

Sejak menikah dengan Luca, Freya hidup jauh lebih hati-hati dari sebelumnya. Eve juga sadar bahwa Freya tidak bahagia.

Freya menoleh ke arah Eve. "Jangan bicara keras-keras."

Suara Eve terlalu keras hingga membuat banyak orang menoleh dengan tatapan aneh. "Aku hanya tidak ingin membuat masalah untuk dia."

Meski Luca kaya, dia juga punya masalah sendiri.

"Freya." Dengan napas panjang, Eve berkata, "Kamu pernah mikir nggak, begitu kalian menikah, secara hukum kalian jadi suami istri. Masa ada rahasia di antara suami istri? Pernikahan itu hubungan paling dekat. Dia adalah orang terdekatmu. Tapi kamu justru jaga jarak, sembunyi dari dia. Nggak capek?"

Freya menggigit ujung sendoknya. "Kami bukan pasangan suami istri yang normal..."

Ia bisa merawat dan melindungi Luca. Ia bisa melakukan banyak hal untuknya.

Tapi Luca tidak berkewajiban melakukan apa pun untuknya.

Karena Freya merasa berutang padanya. Dia adalah penyelamatnya.

"Apa maksudmu bukan pasangan normal?" Eve kembali marah. "Kalau dia tidak ingin menganggapmu sebagai istri, dia tidak seharusnya menyetujui pernikahan kalian dari awal! Kalau kamu beban atau gangguan... ya itu konsekuensi yang harus dia hadapi!"

Freya mengangkat tangan, mencoba menenangkan Eve yang mulai emosi. Ia lalu menyerahkan sendok dan garpu ke Eve sambil berkata, "Udah, makan aja dulu."

Eve merasa dirinya tidak berhasil mendapatkan jawaban yang berarti dari Freya, meskipun sudah memarahinya panjang lebar.

Freya memang begitu. Keras kepala, kuno, dan merasa dirinya selalu punya rasa rendah diri.

"Kalau begini terus, kamu bisa mati karena kelelahan."

"Kalau begitu, jangan marah sama aku." Gadis itu menatap Eve sambil tersenyum ringan. "Aku masih harus pergi ke sanatorium setelah makan siang."

Eve menatap piringnya dengan kesal, lalu menusuk-nusuk nasi di dalamnya. "Hati-hati.. Aku tidak mau lihat mayatmu dibawa pulang."

Tahu bahwa Eve sebenarnya sangat perhatian, Freya memberinya salad dari piringnya. "Oke, sekarang makan. Kamu masih ada kelas dansa nanti, kan?"

"Hmph!"

Setelah makan siang bersama, Freya naik bus menuju sanatorium.

Ia sangat mengantuk, dan akhirnya tertidur di dalam bus. Saat terbangun, bus sudah sampai di halte terakhir.

Tak punya pilihan lain, ia hanya bisa menggunakan peniti untuk mencubit tangannya sendiri sambil mengingatkan diri agar tidak tertidur lagi.

Meskipun begitu, ia tetap terlambat sampai di sanatorium.

"Kenapa kamu datang telat?" Vera memutar mata melihat Freya sebelum melemparkan setumpuk seprai kotor ke tangannya. "Cepat cuci semua ini."

Freya mengangguk. Namun saat sampai di ruang cuci, ia mendapati listrik untuk semua mesin telah diputus.

Ia pun kembali menemui Vera.

"Semua mesin cuci rusak. Teknisi baru bisa datang dua hari lagi. Jadi, cuci pakai tangan."

Vera menatapnya dengan jijik. "Ethan bilang kamu sanggup melakukan apa pun. Masa cuci seprai saja tidak bisa? Memang sih, kerja paruh waktu di sini bayarannya lumayan, tapi kami tidak memelihara orang malas."

Freya mengangguk. "Baik."

Bersandar di pintu, Vera memperhatikan Freya sibuk di ruang cuci. Ia tak bisa menahan pikiran soal kejadian semalam saat Ethan mengantar Freya pulang.

"Mau merebut pria milikku?" Vera mengejek. "Kamu masih bau kencur."

Ia sengaja memberi Freya banyak seprai. Tapi Freya tumbuh besar di desa. Ia sudah terbiasa mencuci pakaian pakai tangan, jadi itu bukan pekerjaan yang asing.

Yang membuat berat adalah kelelahan luar biasa dan rasa kantuk yang terus menyerang.

Setelah selesai mencuci satu seprai, Freya nyaris tertidur di atas baskom.

"Kamu baru cuci satu seprai, tapi sudah mau tidur?"

Ia mendengar komentar sinis dari Vera. "Freya, aku sudah memuji kamu di depan atasan. Jangan bikin aku malu."

"Uhum." Freya mendongak dan tersenyum. "Aku akan berusaha sebaik mungkin."

Setelah itu, ia menyiramkan air dingin ke tangan lalu membasuh wajahnya agar tetap terjaga dan melanjutkan pekerjaannya.

Namun, efek segarnya air dingin tak bertahan lama.

Akhirnya, ia mulai menyimpan peniti di saku dan menggunakannya untuk menyadarkan diri setiap kali mengantuk.

Begitulah ia menjalani seluruh sore di sanatorium dalam keadaan setengah sadar.

Saat malam tiba dan ia hendak pulang, seperti biasa ia bertemu Ethan yang sedang menyetir mobil.

"Sudah malam. Kamu belum makan, ya?"

Melihat Freya duduk di kursi penumpang dengan wajah lelah, Ethan mengernyit sedikit. "Mau aku traktir makan?"

Freya menggeleng. "Kak Ethan, tolong antar aku pulang aja. Mungkin ada yang sedang menunggu aku untuk makan malam."

Ia merasa sangat tidak enak hati saat membayangkan Luca sedang menunggunya di rumah untuk disuapi dan dimandikan.

Ada seseorang yang menunggunya untuk makan malam.

Kata-kata itu membuat tangan Ethan yang memegang setir sedikit menegang.

Dengan kepala pening, ia melirik wajah lelah dan pucat Freya lewat kaca spion. "Kamu kerja sekeras ini. Memangnya sepadan?"

1
Murni Dewita
jadilah wanita kuat
Murni Dewita
next
Murni Dewita
👣
who
up yang banyak min semangat 🥹🫶🫶🫶🫶
Enz99
bagus banget
Sukmahsuparman
di tunggu lanjutannya
Jenny
ya ampun Freya... jangan ada kebohongan di dalam suatu hubungan yang berujung kerugian untuk dirimu sendiri.
yumi chan
thor knpa freya jd wnita lmh mdh di tindas jd gk sru...
Jenny
wkwkwk.. ternyata atahnya Cassie bawahannya Luca. Mampus kau Cassie, semoga dibalas secara kontan olek kak thor
yumi chan
hhh cassi km akn mlu sndri...ayahmu mnjempur freya..karna ayahmu cm kuli
Alya Risky
wanita bodoh sok oeduli
Jenny
waahh..... Brandon cari mati nih
Wiwik Retno Eni
menarik
yumi chan
thor bt freya tu bisa bla diri...agar dia sllu bisa jga diri dia karna byk mshnya...jngn dia bt jd wanita lmh..jd gk menarik..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!