"Rahasia di Antara Kita" mengisahkan tentang seorang suami yang merasa bahagia dengan pernikahannya, namun kedatangan sahabat masa kecilnya yang masih memiliki ikatan emosional kuat membuat situasi menjadi rumit. Sahabat masa kecilnya itu mulai mendekatinya dengan cara yang tidak biasa, membuat suami tersebut merasa tidak nyaman. Sementara itu, istrinya yang selalu menuntut uang dan perhatian membuatnya merasa terjebak dalam pernikahannya. Bagaimana suami tersebut akan menghadapi situasi ini? Dan apa yang akan terjadi jika rahasia sahabat masa kecilnya dan perasaannya terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Rendy memandang Riko dengan rasa kecewa, "Riko, aku tidak percaya kamu melakukan ini. Apa yang membuat kamu melakukan kesalahan seperti ini?" Rendy bertanya dengan suara yang serius.
Lidya masih terus berteriak, "Dia tidak punya alasan yang masuk akal, Rendy! Dia hanya melakukan kesalahan karena dia tidak bertanggung jawab!" Lidya berbicara dengan suara yang keras dan penuh emosi.
Riko memperhatikan Lidya dengan seksama, dan dia menangkap kode mata Lidya yang menyuruhnya pergi. Riko paham bahwa situasi sudah terlalu dramatis dan takut membuat Rendy curiga. "Aku... aku perlu pergi sebentar," Riko berkata dengan suara yang lembut.
Lidya langsung menangkap kesempatan, "Ya, pergilah! Kamu tidak perlu ada di sini lagi!" Lidya berbicara dengan suara yang keras dan penuh kemarahan.
Rendy memandang Riko dengan rasa curiga, "Riko, tunggu. Apa yang kamu lakukan? Kamu tidak bisa pergi begitu saja." Rendy berkata dengan suara yang serius.
Riko tersenyum lembut, "Aku hanya perlu mengambil sesuatu dari mobilku. Aku akan kembali." Riko berbicara dengan suara yang santai dan pergi meninggalkan tempat itu.
Riko berjalan cepat ke arah mobilnya, sambil mengeluarkan kunci mobil dari saku celananya. Dia membuka pintu mobil dan langsung masuk ke dalamnya. Riko memulai mesin mobil dan memasukkan gigi mobil, siap untuk pergi.
Rendy yang masih berdiri di tempat, tiba-tiba menyadari bahwa Riko tidak hanya pergi sebentar, tapi benar-benar akan meninggalkan tempat itu. "Riko, tunggu!" Rendy berteriak dengan suara yang keras, sambil berlari ke arah mobil Riko.
Rendy berusaha mengejar Riko, tapi mobil Riko sudah mulai bergerak. Rendy berlari secepat mungkin, tapi mobil Riko semakin jauh. "Rendy, apa yang terjadi?" Lidya berteriak dengan suara yang khawatir, sambil memperhatikan Rendy yang berlari mengejar Riko.
Rendy tidak menjawab, dia hanya terus berlari mengejar Riko. Mobil Riko semakin jauh, dan Rendy mulai kehabisan napas. Dia tidak bisa mengejar Riko lagi, dan mobil Riko menghilang di kejauhan. Rendy berhenti berlari dan memandang ke arah mobil Riko yang sudah tidak terlihat lagi. "Apa yang Riko lakukan?" Rendy berpikir dengan rasa curiga.
Lidya diam-diam mengambil ponselnya dari saku celananya dan membuka layar ponsel. Dia mengetik pesan singkat dengan jari-jarinya yang gesit, dan kemudian mengirimkan pesan itu ke nomor Riko.
Pesan itu singkat saja, "Bagus." Lidya tersenyum sendiri, puas dengan hasilnya. Dia memasukkan ponselnya kembali ke saku celananya dan memandang Rendy yang masih berdiri di tempat, terlihat kecewa dan bingung.
Lidya berusaha menenangkan Rendy, "Rendy, apa yang terjadi? Kenapa kamu mengejar Riko?" Lidya bertanya dengan suara yang lembut, sambil mendekati Rendy. Tapi di dalam hatinya, Lidya merasa puas dengan keberhasilan rencana mereka.
Lidya mendekati Rendy dan meletakkan tangannya di bahu Rendy. "Rendy, ayo kita pulang. Kamu terlihat lelah dan kecewa," Lidya berkata dengan suara yang lembut dan penuh perhatian.
Rendy memandang Lidya dengan mata yang masih kecewa, tapi dia tidak menolak ajakan Lidya. "Ya, mungkin kita harus pulang," Rendy berkata dengan suara yang berat.
Lidya tersenyum dan memegang tangan Rendy. "Ayo, aku akan menemanimu pulang. Kita bisa berbicara lebih lanjut tentang apa yang terjadi dengan Riko nanti," Lidya berkata dengan suara yang menenangkan.
Rendy tidak menolak, dan dia membiarkan Lidya menuntunnya pulang. Lidya berusaha menenangkan Rendy dan mencuri simpati dengan caranya yang lembut dan perhatian. Dia tidak ingin Rendy curiga tentang rencana mereka, dan dia berusaha untuk menjaga situasi tetap terkendali.
Rendy menjawab panggilan telepon dengan wajah lega setelah mendengar kabar baik tentang anak Sarah. "Alhamdulillah, syukurlah anaknya ditemukan dalam keadaan baik-baik saja," Rendy berkata dengan nada suara yang penuh kelegaan.
Namun, Rendy juga merasa sedikit khawatir karena anak Sarah sedikit trauma. "Semoga anaknya cepat pulih dari trauma," Rendy berharap.
Lidya tersenyum dan mengucapkan syukur di depan Rendy, tapi di dalam hatinya, dia merasa benci dan kesal. Dia tidak bisa memahami mengapa Rendy begitu peduli dengan anak Sarah, padahal Rendy tidak tahu apa-apa tentang rencana mereka.
Lidya merasa bahwa Rendy terlalu naif dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia berpikir bahwa Rendy hanya menjadi penghalang bagi rencana mereka. Lidya berusaha untuk menahan perasaannya dan tidak membiarkannya terlihat di depan Rendy.
Dia terus tersenyum dan berbicara dengan Rendy, tapi di dalam hatinya, dia merasa marah dan kesal. Lidya berpikir bahwa dia harus lebih berhati-hati dan tidak membiarkan Rendy curiga tentang rencana mereka.
Lidya tersenyum dan mengucapkan syukur di depan Rendy, tapi di dalam hatinya, dia merasa benci dan kesal. Dia tidak bisa memahami mengapa Rendy begitu peduli dengan anak Sarah, padahal Rendy tidak tahu apa-apa tentang rencana mereka.
Lidya merasa bahwa Rendy terlalu naif dan tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dia berpikir bahwa Rendy hanya menjadi penghalang bagi rencana mereka. Lidya berusaha untuk menahan perasaannya dan tidak membiarkannya terlihat di depan Rendy.
Dia terus tersenyum dan berbicara dengan Rendy, tapi di dalam hatinya, dia merasa marah dan kesal. Lidya berpikir bahwa dia harus lebih berhati-hati dan tidak membiarkan Rendy curiga tentang rencana mereka.
Rendy tersenyum lega setelah mendengar kabar baik tentang anak Sarah. Sementara itu, Lidya berpamitan untuk pulang dengan menaiki taksi, menyembunyikan kekesalannya di balik senyum manisnya.
Setelah tiba di rumah, Lidya langsung menuju kamarnya dan menutup pintu dengan keras. Dia mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada Riko. "Rendy semakin dekat, kita harus lebih waspada."
Riko membalas pesan Lidya dengan cepat. "Aku siap, kita akan hadapi bersama."
Lidya merasa sedikit lebih tenang setelah membaca pesan Riko. Dia percaya bahwa Riko bisa diandalkan untuk mencapai tujuan mereka.
Lidya mengirimkan pesan lain kepada Riko. "Amankan Revan, jangan sampai Rendy tahu." Riko membalas dengan cepat. "Sudah diurus, dia aman." Lidya merasa lebih tenang setelah tahu Revan dalam pengawasan Riko.
Tiba-tiba, mobil taksi Lidya diberhentikan oleh polisi. Lidya merasa sedikit panik dan khawatir, "Apa yang terjadi?" Polisi mendekati jendela taksi dan meminta Lidya menunjukkan SIM dan STNK.
Lidya mencoba tetap tenang dan memberikan dokumen yang diminta. Sementara itu, di dalam hatinya, dia berharap Riko sudah mengamankan Revan dengan baik dan tidak ada masalah lain yang timbul.
Polisi memeriksa dokumen Lidya dan tak lama kemudian, dia meminta Lidya untuk turun dari taksi. "Saya perlu memeriksa barang bawaan Anda," kata polisi. Lidya merasa sedikit gugup dan turun dari taksi.
Sementara itu, Riko memantau situasi dari jauh, "Lidya, ada masalah?" dia mengirimkan pesan singkat. Lidya membalas, "Polisi menghentikan taksi, saya tidak tahu apa yang terjadi." Riko langsung waspada, "Tetap tenang, aku akan pantau situasi."