[Di sarankan membaca Transmigrasi Istri Pemburu Season 1 terlebih dahulu]
↓↓
Sesama Reinkarnasi yang mencari misteri kisah kehidupan masa lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mellisa Gottardo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kewalahan
Malam harinya sebelum tidur, Yue dan Yuwen lembur membuat nugget. Yuwen tidak ikut campur dalam pembuatan nugget, dia di tugaskan merebus tulang dan membuat adonan bakpao untuk besok pagi.
Dari jam 8 malam sampai jam setengah dua belas malam Yue membuat 530 nugget daging. Yuwen membuat adonan bakpao tepung satu kuali besar, tulang juga sudah selesai di rebus. Setelah semua dagangan di masukan ke dalam peti pendingin, Yuwen menggembok dengan rapat semua pintu dan jendela, lalu naik ke lantai atas untuk tidur.
Kali ini Yue Tidak perlu bangun terlalu pagi lagi, Yue dan Yuwen bangun pukul 5 pagi dan siap membuat bakpao dan sup tulang. Menyiapkan meja dagangan dan membersihkan segalanya yang kotor.
Pukul 7 kios siap buka, suara berisik sudah terdengar bahkan sudah ada yang mengetuk pintu. Yuwen kini akan membantu dari awal karena semua cucian piring sudah di cuci semalam, Yue lagi-lagi berdebar tak karuan.
Yue menata nugget diatas meja besar, Yuwen meletakan tempat kukusan bakpao di sebelahnya. Bakpao hari ini ada 180 buah, sedangkan sup tulangnya sama seperti kemarin.
Yue menarik nafas dalam-dalam, lalu membuka jendela kios. Para pelanggan yang sudah menunggu langsung berdiri rapih, mereka bahkan sudah berbaris sesuai siapa yang datang lebih dulu.
"Selamat pagi!!." Yue reflek ceria.
Akhirnya buka juga
Ayo cepat goreng
Hari ini aku harus dapat
Aku datang sejak pagi buta
Anakku sampai menangis
Wah dagangannya terlihat lebih banyak
Yue hanya tersenyum hangat, dia mulai memanaskan minyak dan bersiap menggoreng nugget. Sambil menunggu Yue menggoreng nugget, Yuwen melayani mereka yang ingin membeli bakpao saja.
"Aku membawa mangkuk sendiri hari ini, aku harus buru-buru pulang karena anakku belum sarapan." Ucap seorang Ibu paruh baya.
"Tentu saja, tapi takaran tetap sama ya." Yue menjawab dengan senyuman.
Yuwen yang melayani bagian bakpao dan sup, dia terlihat santai tapi cekatan. Keduanya terlihat gesit dan rapih, bahkan tidak ada tepung atau apapun yang berserakan di meja. Benar-benar bersih dan menggugah selera.
Antrian mulai merenggang saat memasuki jam 9 pagi, tapi meskipun sudah menambah porsi tetap saja masih ada yang tidak kebagian. Yue hanya meminta maaf, pukul 10 siang Yue menutup kedainya di bantu Yuwen.
"P-permisi." Suara lirih membuat Yue dan Yuwen menoleh.
Keduanya melihat ada perempuan lusuh membawa bakul dan menggendong seorang anak. Usianya sudah paruh baya, di belakangnya ada seorang pemuda yang menggendong sebuah gentong besar.
"Maaf sudah habis, anda bisa datang lagi besok." Yue menolak dengan berat hati.
"A-anu nona, apa saya boleh membeli bakpao sisa?." Lirih Ibu itu.
"Tapi ini barang rusak dan tidak bisa di jual." Yue merasa sungkan.
"Tidak masalah, rusak pun masih bisa di makan." Ucap Ibu itu melambaikan tangannya.
Yue tau, Ibu itu lapar tapi uangnya hanya sedikit. Yue merasa trenyuh, dia tidak bisa tega pada seorang Ibu tapi dia tidak mau memberi cuma-cuma karena bisa menjadi kebiasaan.
"Baiklah, bayar 1 koin tembaga saja." Ucap Yue mengangguk.
"S-saya memiliki minyak kelapa, apa saya bisa menukarnya dengan itu?." Ibu itu nampak malu.
"Minyak? apa itu minyak buatan tangan? boleh saya melihatnya?." Yue berbinar cerah, dia memang memerlukan banyak minyak.
Pemuda yang berada di belakang Ibu tadi maju, menurunkan gentong dari gendongannya. Setelah gentong di buka, Yue bisa melihat ada minyak berwarna bening dengan harum khas kelapa, bukan kelapa sawit tapi ini benar-benar kelapa santan.
"Wah ini bagus, tapi aku tidak melihatnya di toko. Dimana anda biasa menjualnya?." Tanya Yue penasaran.
"Hanya orang kalangan bawah yang mau membeli, karena harganya sangat murah dan tidak sebagus minyak di toko." Ucap Ibu itu.
"Berapa harga satu gentong?." Tanya Yue.
"30 koin tembaga." Jawab Ibu itu.
Deg.
"Apa? murah banget, pas sekolah gue pernah diajarin cara bikin minyak dari santan kelapa. Pembuatannya ribet dan memakan banyak waktu, tapi harganya semurah ini?." Syok Yue.
"Aku akan membelinya, Yuwen tolong bungkuskan bakpao yang masih bagus untuk mereka." Ucap Yue tersenyum.
Yuwen mengangguk, mengambil bakpao di dapur belakang. Yuwen juga memberikan satu mangkuk sup tulang, karena Yue yang memintanya.
Ibu itu dengan senyum cerah dan penuh rasa terimakasih menerima bakpao dan sup tulang, saat hendak pergi Yue menahan mereka. Ibu dan anak-anak nya merasa terkejut, mereka berpikir Yue meminta bayaran uang.
"Astaga kenapa kalian langsung pergi? aku belum membayar minyak nya." Yue ngos-ngosan.
"I-ini sudah terlalu banyak, anda ambil saja tanpa membayar." Ibu itu terkejut.
"Tidak-tidak, ambil ini dan tolong jual minyak padaku mulai sekarang. Aku suka minyak yang bagus, jadi buatlah dengan hati senang." Ucap Yue menyerahkan 50 koin tembaga.
"A-apa anda serius?." Ibu tadi berkaca-kaca.
"Tentu saja, tapi jangan lupa membeli daganganku juga ya." Yue tersenyum ramah.
"Tentu nona, terimakasih banyak." Ibu itu terus mengucapkan terimakasih dan membungkuk bersama anak-anaknya.
Yue hanya bisa tersenyum simpul, merasa prihatin tapi hidup memang kejam. Yuwen membawa gentong minyak masuk, Yue mulai mencoba memasak tumis sayuran dengan minyak itu.
Aromanya memang lebih wangi, rasa masakan juga jadi lebih manis dan gurih. Yue sangat menyukainya, selain harganya lebih murah ini juga sangat bermanfaat.
Mulai hari itu pelanggan Yue semakin bertambah banyak dari hari ke hari, Yue dan Yuwen mulai kewalahan dan membutuhkan tenaga tambahan. Yuwen bahkan merasa berdagang jauh lebih melelahkan daripada berburu, dia sampai encok dan sakit pinggang.
"Penjualan kita terus bertambah, tapi tenaga kita kurang. Aku ingin mencari pekerja, tapi takut mereka bekerja dengan asal-asalan." Ucap Yue mengutarakan pendapatnya, setelah makan siang.
"Kan kita akan terus mengawasi, lagipula pekerja hanya datang untuk melayani pembeli kan? apa mereka juga yang akan membuat bakpao dan nugget?." Tanya Yuwen.
"Ehh benar juga, aku hanya perlu mengajari cara menggoreng yang benar dan senyum ramah. Dimana kita bisa mendapatkan pekerja?." Tanya Yue.
"Kesetiaan terbaik adalah dengan balas budi." Ucap Yuwen.
"Maksudmu?." Heran Yue.
"Kita menolong mereka dan mereka akan bekerja keras untuk kita. Ada banyak orang kelaparan di beberapa tempat kumuh, sebagian dari mereka pasti sangat membutuhkan pekerjaan. Tapi jika salah pilih bisa saja mereka jadi pencuri." Ucap Yuwen.
"Bagaimana jika kau yang mencarinya? sepertinya kau bisa tau mana orang yang bisa dipercaya dan tidak." Ucap Yue.
"Yahh aku hanya menebak dengan gelagat tubuh dan arah mata." Jujur Yuwen.
"Baiklah aku percayakan padamu." Yue mengangguk puas.
"Kau tunggu saja di sini, aku akan pergi mencari pekerja. Apa ada curi-curi khusus?." Tanya Yuwen.
"Jika perempuan cari yang sudah berusia senja, jika laki-laki cari yang jujur dan menghormati wanita. Jika mereka lusuh, belikan pakaian baru untuk mereka." Ucap Yue.
"Baiklah, aku pergi." Yuwen pamit.
Yue mengangguk dan tersenyum, dia merasa Yuwen memang sangat bisa diandalkan. Minusnya tidak punya uang, tapi untuk sementara hidupnya ini memang harus di syukuri. Menabung untuk membeli rumah di pusat kota, memiliki usaha yang laris manis dan terkenal.
"Di ingatan Serena Halim, Yuwen itu misterius dan diam-diam menyimpan rahasia. Apa Yuwen yang saat ini juga begitu? tapi dia terlihat masih lugu." Batin Yue.
yang pasti aku suka dengan cerita dan cara menulismu 😁