NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32 | Dia dan rasa

Gala terbaring di ranjang rumah sakit, orang tuanya berdiri di kanan kiri, mengamati putra semata wayangnya yang masih belum sadar.

Berita itu segera sampai pada teman-teman gengnya. Rio, Juna dan Adit bergegas menjenguk, termasuk Sisi dan Vio yang turut serta.

Belum ada yang tahu, siapa yang membuat Gala seperti ini, sedangkan ponsel dan dompetnya masih utuh tanpa ada tanda-tanda direbut paksa.

"Siapa kira-kira? Kalau bukan begal atau jambret, berarti ini sengaja. Apa mungkin Gala udah diincer?"

Rio dan yang lain saling berunding di ruang tunggu, suaranya pelan takut orang tua Gala mendengar.

Selepas isya', dari dalam terdengar ucapan syukur yang berulang. Mereka hendak masuk, namun ditahan oleh seorang dokter.

Sisi segera menghubungi Alana dan memberi tahukan apa yang terjadi.

"Gue besok balik, Si. Dia dirawat di mana?"

Suara Alana sedikit panik di seberang sana. Setelah Sisi menyebutkan sebuah nama rumah sakit, sambungan terputus.

"Kalian boleh masuk," ucap seorang wanita anggun yang berdiri di depan pintu.

"Baik, Tante. Terima kasih."

Satu per satu masuk dengan tenang, meski rasanya ingin sekali mengorek keterangan dari wajah lemah di ranjang, detik itu juga.

Mereka ngobrol dan bercanda, tanpa ada yang berani membuka suara tentang kejadian itu. Hingga tiba-tiba, "Si, Alana belom pulang?"

Seketika, semua terdiam. Mereka saling melirik tanpa suara.

"Lo semua bud3k ya? Gue nanya serius, Alana udah pulang belom?" Suara Gala kembali ke setelan awal. Rio menahan tawa, begitu juga yang lain.

"Dia balik besok, kenapa emang?" Sisi menatap Gala dengan mata menyelidik.

"Lo sebenernya kenapa?"

Akhirnya, Sisi yang melepaskan rasa penasaran itu. Meski setelahnya, dia merasa bersalah karena Gala langsung terdiam dan memegangi kepalanya.

Rio dengan sigap membantu temannya berbaring, namun Gala menolak dan meminta untuk menambahkan bantal di belakang tubuhnya.

"Gue nggak kenal mereka, tapi mereka bilang kalau gue nggak boleh deket-deket Alana."

Semua terdiam, coba menerka siapa gerangan pelakunya. Rio juga Adit menanyakan ciri-ciri orang itu, begitu juga Juna yang bertanya jenis kendaraan yang dipakai.

"Mereka dua orang, pake topi item, masker item juga. Keliatannya seumuran kita, tapi gue bener-bener nggak tahu mereka siapa." Gala menghela napas dan menatap langit-langit yang terlihat putih bersih.

Keesokan harinya, Alana sudah berada dalam perjalanan pulang. Berulang kali dia melirik jam tangan, seakan tengah berpacu dengan waktu. Melihat itu, Hanna merasa heran dan menanyakan apa yang terjadi. Namun putrinya hanya menggeleng dan tersenyum.

Sesampainya di rumah, Alana segera meminta ijin untuk ke rumah sakit menjenguk temannya.

"Biar diantar Pak Joko aja." Hanna memanggil sopirnya dan menatap Alana yang terlihat gelisah dengan wajah lelah.

Saat itu pukul 9 pagi, waktu di mana jalanan tak seramai jam-jam sebelumnya. Alana berharap tak terjadi sesuatu yang serius pada cowok itu.

Cie, lo khawatir bener sama dia. Lo beneran naksir ya?

Nggak mungkin kan, kalo cuma temen doang?

Alana kesal sendiri saat batinnya berkata demikian. Dia tak menggubris dan segera berlari saat mobil berhenti di pelataran parkir rumah sakit.

"Non, Non." Pak Joko berteriak memanggil, namun gadis itu sudah hilang di balik pintu kaca.

"Ini ditunggu apa ditinggal?" Pak Joko menghembuskan napas kasar, lalu kembali ke dalam mobil.

Tepat saat Alana membuka pintu ruang rawat, tatapannya bertemu dengan manik hitam yang dinaungi alis tebal milik Gala. Dia tengah duduk di atas ranjang sambil mengunyah sesuatu.

Setelah mengucap salam, Alana masuk dan bertatap muka dengan orang tua Gala, tepatnya sang ibu.

"Maaf, Tante. Saya baru bisa jenguk sekarang."

"Lho, kamu nggak sekolah?" Wanita itu tersenyum manis ke arah Alana, lalu mengalihkan pandang pada wajah sang putra yang terlihat salah tingkah.

"Ya udah, kalian ngobrol dulu. Tante mau keluar ngurus administrasi, kebetulan Gala sudah boleh pulang hari ini karena lukanya tak begitu parah." Wanita itu keluar dengan anggun, meninggalkan Gala dan Alana yang sama-sama canggung.

"Lo balik kapan, Na? Katanya ke Jogja?" Gala lebih dulu membuka suara, dia meletakkan potongan buah di tangan ke sebuah wadah kecil.

Alana segera membantunya menyimpan di atas nakas, lalu duduk di kursi samping ranjang.

"Gue baru sampai tadi, trus ke sini. Lo kenapa bisa pingsan di jalan? Lo mab0k?"

Alana menatap tajam pada wajah di hadapannya yang kini terpingkal dengan satu tangan menyentuh kepala.

"Gue? Mab0k? Gila apa gimana? Orang waktu itu aja masih sore, baru balik sekolah." Gala menggeleng lalu kembali tertawa.

"Ya trus lo kenapa bisa rebahan di jalan? Mau uji nyali? Kenapa nggak di rel kereta aja? Nanggung amat cuma di jalan, mana sepi lagi." Suara Alana terdengar ketus dengan raut wajah tak bersahabat.

Gala menghirup napas, lalu menghembuskan perlahan. Dia menceritakan apa yang terjadi, hingga ucapan dari dua orang tersebut.

"Secret admirer lo udah kelewatan, mengancam nyawa dan kehidupan manusia. Lo tahu mereka siapa, Na?"

Alana terdiam, mulai menebak siapa dalang di balik ini semua, namun tak satu pun nama dia dapat.

Gadis itu menggeleng kesal, "gue juga nggak tahu. Sekarang gimana keadaan lo? Kepala masih sakit?"

Mendengar itu, Gala mendapat ide cemerlang. Dengan cepat, dia pasang wajah memelas dan merintih sambil memegang kepalanya.

Namun, Alana tetap cuek dan sibuk memainkan ponselnya.

Ealah, dasar cewek gila, nggak peka, batu, singa betina!

Gala memaki dalam hati, suaranya tak sengaja keluar di bibirnya.

"Lo kenapa?"

Alana menatap Gala, ponselnya disimpan dalam tas, lalu berdiri di dekat ranjang.

Yess, akhirnya. Emang ni cewek rada bud3k kali ya, gue merintih kagak denger. Sekalinya nambah volume, gue baru dinotice. Emang singa bud3k ni cewek.

Gala terdiam, masih dengan ekspresi awal, namun batinnya tertawa.

Ruangan itu hening, dingin tanpa suara mereka. Gala tetap memegangi kepalanya dengan kedua tangan.

"Gala, lo kenapa? Jangan bikin gue takut."

Raut Alana seketika berubah. Ada rasa khawatir dan ketakutan yang terlihat jelas di sana.

Dia menyentuh kepala Gala dan perlahan mengusapnya lembut.

"Gue panggilin dokter ya," ucap Alana yang bersiap menekan tombol di samping ranjang.

Gala menahannya. Tangan mereka saling bersentuhan, keringat dingin mengucur deras di punggung Alana.

"Makasih, Na. Akhirnya lo nyebut nama gue."

Gala tersenyum sambil tetap memandangi wajah Alana yang kini bersemu merah.

"Na, lo nggak usah khawatir sendirian. Gue ada di sini buat lindungi lo, nemenin lo. Gue nggak akan bikin lo ketakutan lagi, Na. Lo jangan pernah kecil hati lagi ya, kita lewatin sama-sama. Gue percaya lo cewek kuat, tangguh ... kayak singa."

Alana yang terharu mendengar kalimat itu, kalimat yang mampu membuat hatinya bergetar, namun seketika buyar oleh dua kata terakhir.

Dia memukul Gala dengan kedua tangannya, Alana sendiri merasa ingin menangis, namun bukan karena sedih.

"Nangis mah nangis aja, nggak usah ditahan. Idung lo udah mekar tuh kayak moncong sapi."

Gala tertawa lepas saat Alana mendelik ke arahnya.

"DASAR SETAAAN!!!"

*

1
Dwalkii
Wah, keren banget, Kak! Aku yang biasanya nggak baca genre seperti ini justru menikmati banget novel Kakak. Kata-katanya rapi, alurnya mengalir natural, nggak terasa buru-buru. Pokoknya aku bener-bener menikmati baca Bab 1 ini! 😊

seperti nya alana dan gala ini, yang jadi pusat cerita/Proud/
Bulanbintang: Terima kasih dukungannya. Silakan lanjut Bab berikutnya ya, Kak.😉
total 1 replies
Dwalkii
sebotol minuman, mungkin?
Bulanbintang: Iya juga ya, 😄
total 1 replies
Drezzlle
alasan 😡
Drezzlle
kwkwkwk 😅
iqbal nasution
terima kasih
iqbal nasution
cerita bagus cuma alur cerita masih datar.
Bulanbintang: Jika berkenan, lanjut baca ya, Kak. 😉
total 1 replies
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
dari permulaan ok.
bahkan jauh lebih baik dari saat aku menulis pertama kali.
semangat. pembaca akan berdatangan pada akhirnya
Bulanbintang: Aamiin. Makasih bgt, Mak. ☺😊
total 1 replies
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
lebih baik menggunakan kata "tiga" bukan angka "3"
Bulanbintang: Siaapp.
total 1 replies
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
tangannya terkepal erat. bukan menggenggam
Bulanbintang: Ok, mak. makasih masukannya ya.😉
total 1 replies
Lounyx
ekhem ekhem
Bulanbintang: Minum, Kak. Minum, keselek ya? 🥂
total 1 replies
Drezzlle
ceritanya bagus, semakin lama baca semakin penasaran
Bulanbintang: Terima kasih banyak. Sukses selalu. 😉
total 1 replies
Drezzlle
bunga untukmu
Drezzlle
bisikan buruk 😡
iqbal nasution
keren...
Anisa Febriana272
Hih...... alana akhir nya bisa tersenyum dan tertawa bahagia
Bulanbintang: Yang galak juga butuh kasih sayang. 😂😂
total 1 replies
Anisa Febriana272
Wah gala dan alana udh dekat aja tuh
iqbal nasution
lanjutkan
Drezzlle
penasaran nih
Drezzlle
bunga untukmu, semoga semakin semangat
Bulanbintang: Makasih, Kak Mawar.
total 1 replies
Zirah Naga
nice. 🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!