Sebuah tragedi penyekapan membuat Maharaya bertemu dengan seseorang yang berhasil merenggut kesuciannya.
Seorang pria dingin dan kejam, pimpinan mafia bawah tanah yang sangat ditakuti.
Dia juga dibawa masuk ke dalam kehidupan pria itu yang ternyata bukanlah orang biasa, laki-laki kejam itu adalah seorang putra mahkota dan calon raja masa depan.
Sejak itulah perjalanan hidup Maharaya berubah drastis. Dia dipaksa masuk ke dalam kehidupan yang diluar bayangannya, dipenuhi oleh kekerasan, ketakutan, kesedihan sekaligus kesakitan, sampai akhirnya dia mengenali dirinya sendiri.
Mampukah Maharaya bertahan dengan kehidupan kerasnya dan mendapatkan cinta sejati dari pria dingin itu yang nyata-nyatanya masih dibayangi oleh cinta masa lalunya?
Yuuk... kita ikuti saja kisah selengkapnya di sini..!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Janggal
❤️❤️❤️
Aaron melangkah tenang dan tegas dengan
raut wajah datar dan tatapan lurus ke depan
menuju kursi yang sudah di siapkan untuknya
tepat di sebelah lady Catharina. Wanita elegan
itu tampak masih berdiri menyambut Aaron
dengan tatapan lembut dan senyum manis
yang terulas dari bibir seksinya.
Raya memundurkan kursi sedikit agar Aaron
lebih leluasa untuk duduk, sekilas keduanya
saling pandang sampai akhirnya Aaron mulai
duduk dengan tenang dan gaya yang sangat
elegan di kursinya, sementara Raya berdiri
dengan posisi sedikit di belakangnya.
"Baiklah..karena Putra Mahkota sudah hadir
di sini, kita mulai saja acara sarapan pagi ini."
Raja Williams membuka suara di sambut
anggukan kepala semua orang. Para pelayan
kini mulai bergerak melakukan tugasnya
melayani setiap orang dengan sangat rapi
dan cekatan di sertai gestur tubuh penuh
dengan rasa hormat. Namun Aaron tampak mengangkat tangannya saat satu pelayan
bersiap melayaninya. Pelayan itu mematung,
tegang dan sedikit bingung, apakah dirinya
melakukan kesalahan.?
"Mohon maaf Yang Mulya, adakah sesuatu
yang anda inginkan.?"
Asisten pribadi Raja Williams, Robert tampak
mendekat sambil membungkuk di hadapan
Aaron yang masih terdiam.
"Biarkan sekretaris pribadi ku yang melakukan
semua ini, suruh mereka mundur.!"
Titah Aaron tegas. Raya terkejut atas semua
perintah dan keinginan Aaron, begitupun
dengan semua orang. Apa-apaan pria ini.?
"Baik Yang Mulya, sesuai perintah anda."
Robert memberi isyarat pada pelayan untuk
mundur. Semua orang tertegun, menatap Sang
Pangeran yang terkenal keras kepala dan tidak
bisa di atur itu. Dengan wajah yang terlihat pias
Raya maju ke samping Aaron, menatap sekilas
wajah datar itu dengan perasaan aneh, dongkol
campur tegang. Kenapa pria ini harus melakukan semua ini, tahu apa dirinya dengan semua tata
cara dan peraturan di negara ini ?
"Lakukan tugasmu dengan baik dan benar.!"
Aaron berkata tanpa melihat kearah Raya. Ya
Tuhan..jadi dia harus berperan sebagai pelayan
pribadi pria ini juga.? keterlaluan..!! Dengan
menguatkan dirinya Raya mulai bergerak maju
menuangkan minuman ke gelas yang ada di
hadapan pria itu. Tapi makanan apa yang harus
dia siapkan untuknya ? Dirinya bahkan belum mengenal pria ini, apa yang dia sukai atau tidak,
lalu bagaimana dirinya akan bisa melayani nya
dengan benar. Dengan mencoba menebak dia
mulai memilih makanan yang sekiranya bisa
di santap oleh Aaron dan menyajikannya.
Aaron tampak terdiam, ada sedikit reaksi di
wajah tampan nya saat Raya mengambilkan
satu makanan yang tidak di sukai nya tapi dia
tetap diam dan membiarkannya. Namun kini
Catharina yang bereaksi, dia menatap Raya
dengan sorot mata kompleks, ada senyum
geli yang terulas di bibirnya.
"Miss Raya..sepertinya anda belum mengenal
Pangeran dengan baik. !"
Catharina berucap sambil menatap Raya yang
terlihat terkejut, raut wajahnya berubah sedikit
tegang dan gusar. Dengan halus Catharina kini
bergerak lebih dekat pada Aaron kemudian dia
meraih makanan yang tidak di sukai Aaron.
Memindahkan dan menggantinya dengan yang
lain. Wanita itu juga melanjutkan menyiapkan
makanan lain yang biasa di santap oleh Aaron
di pagi hari. Semua hal tentang Aaron telah di
pelajari dan di dalami oleh Catharina sebagai
calon istri Putra Mahkota. Semuanya sudah
sangat di kuasai nya . Raya terdiam, menatap
wanita terhormat nan elegan itu yang selalu
menebar senyum manis di hadapan Aaron.
Dia terlihat sangat lembut dan mempesona.
"Maafkan kecerobohan saya Yang Mulya."
Raya menundukkan kepalanya sedikit. Aaron
meliriknya sekilas, wajahnya tetap datar dan
tanpa ekspresi. Raja dan Ratu menatap diam
interaksi antara ketiga orang itu. Ada senyum
kepuasan di bibir Sang Ratu melihat Catharina
melayani Aaron dengan begitu sempurna.
"Kau bisa mundur Nona sekretaris.. Biarkan
Lady Catharina yang mengambil alih.!"
Titah Sang Ratu pada Raya yang terlihat ragu,
dia melirik kearah Aaron yang terdiam tanpa
reaksi apapun.
"Baik Yang Mulya.."
Raya membungkuk kemudian mundur dan
kembali berdiri di posisi semula. Wajah Aaron
tampak mulai mengeras, namun ekspresi nya
tetap sama. Catharina kembali pada posisinya,
duduk anggun dan elegan di samping Aaron.
Namun apa yang terjadi kemudian membuat
semua orang tak percaya. Tanpa minat Aaron
malah menyingkirkan piring itu dari hadapan
nya, karuan saja Catharina terkejut melihat hal
itu, wajahnya berubah memerah tidak terima.
"Yang Mulya..apakah ada yang salah dengan.."
"Jangan pernah ikut campur urusanku lady..!"
Desis Aaron sambil mulai meneguk minuman
yang ada di hadapannya. Catharina terhenyak
dengan perasaan tidak terima. Hal itu memantik
emosi dalam jiwa Lucas dan perdana menteri
Alfred yang langsung mengepalkan tangannya
kuat. Ini mungkin hal sepele, namun tetap saja
merupakan penghinaan bagi keluarga mereka.
"Pangeran.. hargailah apa yang telah di lakukan
oleh calon istrimu.! Kau adalah seseorang yang
memiliki kehormatan diatas segalanya.!"
Raja Williams mengetatkan rahang, menatap
tajam wajah Aaron penuh intimidasi. Namun
ekspresi di wajah putranya itu tetap sama,
datar dan dingin.
"Aku tidak suka seseorang ikut campur dalam
urusanku.!"
"Pangeran..! Cukup..! Kau benar-benar sudah
sangat keterlaluan.! Lady Catharina adalah
calon istrimu, dia punya hak untuk melayani
dan melakukan sesuatu untuk mu.!"
Ratu Virginia ikut berbicara dengan wajah yang
terlihat memerah. Dia melihat saat ini Catharina
tampak menundukkan kepala, memejamkan
mata, mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Yang Mulya Raja dan Ratu.. saya yang salah."
Lirih Catharina dengan suara yang sangat pelan
dan sedikit bergetar di telan kekecewaan. Kali
ini Lucas tidak bisa menahan luapan emosi nya
melihat sang adik kesayangan di permalukan
seperti itu. Kilatan hebat melesat keluar dari
matanya yang langsung menyebar ke seluruh
ruangan menguarkan hawa dingin. Dan detik
berikutnya semua orang tersentak kaget ketika
tiba-tiba lampu kristal besar yang ada di ujung
ruangan meledak hebat menimbulkan bunyi
mencekam dan menyemburkan pecahan kecil
ke udara yang membuat semua orang berdiri
membulatkan mata kemudian merunduk dan
berteriak histeris.
"Lindungi semua orang..!!"
Perintah Kepala pengawal membahana sambil
berlari ke arah Raja dan Ratu. Semua penjaga
bergerak melindungi Raja dan Ratu serta semua
orang yang ada di meja. Sedang Aaron bergerak
cepat menarik Raya dan melindungi tubuh nya
karena pecahan itu menyembur hebat ke arahnya. Tanpa sadar Raya memeluk erat tubuh Aaron menyusupkan wajah ke dalam rengkuhan dada
bidang nya di tengah teriakan histerisnya. Alex
dan Griz serta para pengawal tampak bergerak
cepat melingkari kedua majikannya itu. Suara
pecahan itu masih terdengar memenuhi seluruh
ruangan membuat suasana semakin mencekam.
"Bergerak keluar.. amankan semua nya..!"
Kepala pengawal kembali memberi perintah.
Puluhan penjaga berlarian masuk melindungi
dan mengamankan semua orang langsung di
evakuasi keluar ruangan. Mereka semua kini
berlarian keluar dengan merunduk di bawah
perlindungan para penjaga yang membuat
barikade rapat agar semua orang tidak terkena
pecahan lampu. Lucas menatap tajam kearah
Aaron sebelum dia keluar dari ruangan itu.
Ada seringai tipis di bibirnya, tapi matanya
kembali berkilat hebat saat melihat tubuh
Raya ada dalam perlindungan Aaron.
Akhirnya setelah lama suara pecahan berhenti.
Raya masih berada dalam pelukan erat Aaron
yang terlihat masih mengamati suasana.
Entah sudah sedingin apa wajahnya saat ini.
"Periksa semuanya..! Pastikan tidak ada yang
terlewat. !"
Aaron memberi perintah dengan nada suara
yang terdengar di penuhi angkara murka.
"Baik Yang Mulya..!"
Kepala pengawal membungkuk hormat lalu
bergerak cepat memberi perintah pada semua bawahannya.
"Siapkan kapal layar kecil, kita pergi sekarang.!"
Aaron berbicara di telepon dengan seseorang.
Raya mengangkat wajahnya, melihat ke sekitar
ruangan. Kemudian menatap Aaron yang masih
berbicara. Dia menarik tubuh nya dari pelukan
Aaron, tapi tangan kokoh pria itu malah kembali
menarik tubuh nya dan kini mata mereka saling
menatap kuat. Aaron menelisik keadaan Raya
secara keseluruhan, tidak ada luka apapun.
"Aaron.. apa yang terjadi sebenarnya..?"
Bibir Raya tampak bergetar, ketakutan masih
menguasai dirinya saat ini.
"Kita akan mengetahui nya nanti.!"
Aaron berucap seraya melepaskan pelukannya
kemudian mengambil mantel yang baru saja
di bawakan oleh Griz dan Alex. Dengan cepat
tanpa kata dia memakaikan mantel itu ke tubuh
Raya yang terdiam, tak kuasa untuk melakukan penolakan seperti biasanya. Dia hanya menatap
wajah pria itu yang terlihat kelam, tubuhnya
saat ini masih di landa ketegangan.
"Kau..kau terluka Aaron...!"
Tangan Raya bergerak meraba rahang Aaron
yang terlihat mengeluarkan darah membuat
tubuh Aaron membeku sejenak, mata mereka
kembali saling menatap kuat.
"Ini bukanlah apa-apa untukku, pikirkan saja
dirimu sendiri.!"
Dengus Aaron sambil mengetatkan ikatan tali
di pinggang ramping Raya membuat tubuhnya
otomatis tertarik dan merapat ke tubuh Aaron, tangannya kini berada di dada pria itu berusaha menekan nya agar tetap berjarak.
"Kau berurusan dengan ku, maka harus siap
dengan semua ketakutan seperti ini.!"
Wajah Raya langsung memucat, benarkah
semua itu, apakah pria ini banyak musuhnya?
Ya tentu saja, karena dia laki-laki kejam, pasti
musuhnya ada di mana-mana. Tapi kenapa
dirinya kini harus terlibat juga di dalamnya.
"Tuan.. apa kita akan pergi ke kota sekarang.?"
Alex bertanya sembari memakaikan mantel ke
tubuh Aaron yang terlihat kembali mengamati
keadaan di dalam ruangan.
" Hemm..kita pulang lewat laut saja !"
"Baik Tuan.."
Aaron melangkah ke arah ruangan tepat di
bawah lampu kristal yang meledak tadi. Alisnya
tampak terangkat sedikit melihat semua
kejanggalan yang terjadi. Matanya memindai
kondisi yang kini tercipta setelah peristiwa tadi.
"Aku tunggu laporannya nanti. Hubungi team
investigasi.! Pastikan semuanya akurat.!"
Tegas Aaron sambil mencolek debu di atas
meja dan menatapnya dengan seksama. Ini
memang sesuatu yang aneh.
"Baik Yang Mulya, kami akan melakukan
semuanya secepatnya."
Sahut kepala pengawal sambil berdiri di
hadapan Aaron seraya menundukkan kepala.
"Aku akan pulang lewat laut, kau bawa pulang
semuanya lewat udara.!"
"Baik, laksanakan Yang Mulya..!"
Kepala pengawal memberi hormat prajurit di
hadapan Aaron. Raya hanya bisa melihatnya
dari jauh, saat ini hatinya berkecamuk, masih
di liputi oleh kecemasan dan ketakutan. Aaron
berjalan kearah Raya, tanpa kata dia menarik
dan menggengam tangan wanita itu kemudian
melangkah pergi keluar dari ruangan itu.
***
Waktu sudah merangkak naik semakin sore.
Saat ini Aaron dan Raya serta seluruh anak
buahnya sudah ada di kapal layar berukuran
sedang yang akan membawanya kembali ke
kota. Sejak menaiki kapal ini Raya langsung
beristirahat di dalam kamar yang tersedia di
dalam kapal tersebut. Sementara Aaron sibuk
melakukan komunikasi jarak jauh dengan
semua jaringan keamanan nya.
"Tuan..ada pergerakan yang terdeteksi.!"
Alex menunjukkan titik khusus di monitor
yang menunjukkan warna merah.
"Telusuri apa itu, kapal layar lain atau musuh.
Hubungi Hiu Putih agar bersiaga.!"
"Baik Tuan..!"
Alex segera melakukan komunikasi rahasia
dengan satu jaringan keamanan di bawah air.
Sementara Aaron tampak keluar dari ruang
komunikasi tersebut. Dia ingin melihat kondisi
Raya saat ini karena sudah dari tadi tidak di
lihatnya lagi.
Aaron naik ke geladak atas, namun sesaat
kemudian matanya terpaku, menatap sosok
bidadari cantik yang sedang berdiri di ujung
geladak dengan merentangkan kedua tangan
mencoba menghalau angin yang menerpa.
Griz berdiri di belakang nya, sedang menatap
diam penuh kekaguman kearah Nona nya
karena saat ini wanita itu tampak memukau
dengan balutan dress cantik di bawah lutut
berwarna cerah, rambutnya di biarkan jatuh
tergerai bebas tertiup angin kencang.
Keindahan tubuhnya terpampang nyata di
depan mata karena gaun itu pas di badan
hingga semuanya tercetak jelas tertiup angin
yang datang menerjang dengan lepas.
Aaron menepiskan tangan pada Griz begitu
dia tiba di belakang Raya. Griz membungkuk
kemudian berlalu pergi. Pria itu mendekati
Raya dengan tatapan mengunci sosok indah
itu, tubuhnya kini mulai memanas melihat
bagaimana indahnya bentuk tubuh wanita
yang sudah sah menjadi milik nya itu.
Perlahan dia berdiri di belakang Raya, kemudian
mengulurkan tangannya menggenggam kedua
jemari tangan Raya yang masih mengudara
dengan mata terpejam kuat, lalu merapatkan
tubuhnya membuat Raya tersentak dan reflek
membalikkan badannya, namun wajahnya
langsung bersentuhan dengan wajah Aaron
yang sedang menatapnya dalam dan lekat.
Raya terkesiap, wajahnya memerah seketika
ketika wajah mereka kini benar-benar dekat.
"Aaron..kau di sini..!"
Raya berucap pelan, dia mencoba keluar dari
kurungan Aaron yang kini sudah melingkarkan
kedua tangannya di pinggangnya dengan kuat
menguasai tubuhnya sepenuhnya, hingga kini
tubuh mereka menempel ketat. Mata mereka
saling mengunci satu sama lain. Ini benar-benar
aneh, ketakutan berlebih itu sekarang ini sudah
tidak di rasakan lagi oleh Raya, yang ada hanya
ketegangan karena sentuhan laki-laki itu.
"Kenapa kau selalu menggodaku..!"
Suara Aaron terdengar berat karena kini aliran
darahnya mulai kacau, napasnya juga mulai
berat terdesak oleh dorongan hasrat yang kini
sudah menguasai seluruh tubuhnya. Raya
masih mencoba meronta, mendorong keras
tubuh Aaron walaupun itu sia-sia saja.
"A-apa yang kau katakan ? A-aku tidak pernah melakukan nya..!"
"Kau tidak sadar melakukannya. Kau selalu
membuatku tidak bisa menahan diri.!"
"A-Aaron..biarkan aku turun. Hari sudah mulai
gelap, sebentar lagi malam tiba."
"Sebentar lagi..masih ada waktu untuk kita.!"
"Tapi aku sudah terlalu lama di sini.!"
"Biarkan aku menikmati semua ini sebentar
saja, jangan membantahku lagi.!"
Bisik Aaron sambil kemudian mendekatkan
wajahnya membuat Raya tegang seketika,
dia menjuhkan wajahnya sebisa mungkin dari
jangkauan Aaron yang semakin mendesak
maju. Namun dalam keadaan itu tiba-tiba saja
di udara terdengar gemuruh suara pesawat di
susul dengan bunyi tembakan yang langsung
di berondongkan ke arah kapal layar itu. Raya
menjerit histeris ketika hujan peluru berjatuhan
keatas geladak menyisakan kobaran api di
mana-mana.
Secepat kilat Aaron menarik tangan Raya lari
menjauh dari tempat itu sambil mengokang
senjata dan melancarkan tembakan ke udara
ke arah kedatangan 4 helikopter yang saat ini
sudah berputar-putar di udara, mengurung dan
tiada henti melancarkan serangan..
***
Happy Reading....
pasti lebih seru