NovelToon NovelToon
Beautifully Painful

Beautifully Painful

Status: tamat
Genre:Sudah Terbit / Tamat
Popularitas:24.9M
Nilai: 5
Nama Author: Sephinasera

SUDAH TERBIT CETAK

Cinta bertepuk sebelah tangan Anja mempertemukannya dengan Cakra, siswa paling berandal di sekolah.

Hati yang terluka bertemu dengan apatis masa depan akhirnya berujung pada satu kesalahan besar.

Namun masalah sesungguhnya bukanlah hamil di usia 18 tahun. Tetapi kenyataan bahwa Cakra adalah anak panglima gerakan separatis bersenjata yang hampir membuat papa Anja terbunuh dalam operasi penumpasan gabungan ABRI/Polri belasan tahun silam.

Beautifully Painful.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sephinasera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Cinta Selalu Ada (5)

Anja

"Enak banget basonya," gumamnya sungguh-sungguh. Kuahnya bening, gurihnya pas tak terlalu asin, baso uratnya halus dan lembut dengan kematangan yang sempurna, bihunnya enak dan aldente juga, ditambah cincangan daun seledri yang segar, dan taburan bawang goreng yang renyah, membuat cita rasa baso semakin nikmat.

Cakra hanya me ngulum senyum sambil memperhatikannya makan, "Mau nambah boleh kok. Atau mau dibungkus?"

Namun ia mencibir, "Yang ini juga belum habis udah mikirin mau nambah aja!"

Cakra tersenyum sambil menunjuk isi mangkoknya, "Kamu emang begini kalau makan baso?"

"Kenapa emang?"

"Beningan gini doang?" tanya Cakra sambil menggelengkan kepala.

"Emang kenapa kalau beningan? Nggak boleh?!" cibirnya sambil terus menikmati baso.

Cakra terkekeh, "Ya aneh aja gitu. Biasanya, cewek-cewek kalau makan baso kan mesti nambahin segala macam biar rasanya pas di lidah."

"Nambah cuka lah, garam, kecap, belum saos sama sambal. Bisa sampai merahhhh tuh kuah," lanjut Cakra masih terkekeh.

"Heran, itu makan baso apa makan kuah sambal," tambah Cakra kali ini sambil tertawa.

"Eh, sekarang ada yang lebih aneh lagi, malah beningan nggak pakai apa-apa. Serasa makan sop nggak sih?" pungkas Cakra sambil tersenyum.

Membuatnya merengut sebal, "Suka suka gue lah mo makan baso kayak gimana! Lagian ya, gue tuh beda sama cewek-cewek -ia menekankan suara saat mengatakan cewek-cewek- yang biasa makan baso sama lo!!"

"Iya sih," Cakra mengangguk setuju. "Kamu memang beda. Lain daripada yang lain," gumam Cakra sambil tersenyum menatapnya.

"Dan lagi nih ya," ia yang sebenarnya mulai grogi ditatap sedemikian rupa oleh Cakra, buru-buru mengalihkan fokus.

"Makan baso original nggak pakai tambahan apa-apa kayak gini enak lagi. Kita jadi bisa ngerasain cita rasa kuah baso yang asli, rasa kaldunya, perpaduan racikan bumbunya. Tanpa campuran bahan-bahan lain yang bisa mendistrak rasa sesungguhnya."

"Kita juga bisa langsung tahu, semangkok baso enak atau enggak, ya dari cara makan yang begini," lanjutnya sambil pura-pura sibuk memotong baso urat yang paling besar agar tak harus bersitatap dengan Cakra.

Sejenak Cakra terdiam, meski ia tahu masih terus menatapnya karena mangkok milik Cakra telah kosong sejak beberapa menit yang lalu. Telah menghabiskan semangkok baso terlebih dahulu dibanding dirinya yang memang mempunyai kebiasaan makan dalam waktu yang lumayan lama. Harus dikunyah sempurna sebanyak 32 kali kunyahan, begitu ledekan Hanum dan Bening seringkali padanya.

Ia masih berpura-pura asyik sendiri menyantap baso ketika Cakra berkata sambil tersenyum, "Jadi..ini dating pertama kita?"

Ucapan Cakra sontak membuatnya mendongak, alhasil mata mereka kembali saling bertemu.

"Maaf," Cakra tersenyum sambil mengulurkan tangan meraih anak rambutnya yang jatuh menutupi kening, untuk kemudian menyimpannya di belakang telinga.

"Ngedate nya di tempat seperti ini," lanjut Cakra masih tetap tersenyum. "Bukan di Cafe keren atau tempat mewah yang biasa kamu datangi."

"Eh," ia langsung meletakkan sendok yang sedang dipegangnya ke dalam mangkok dengan kesal. "Sekali aja lo nggak ngeledek gue bisa nggak sih?!"

"Ini kenyataan kan?" namun Cakra tak menghiraukan protesnya. Cakra bahkan semakin berani, karena kini kembali mengulurkan tangan untuk mengusap lembut pipinya.

"Kita jauh berbeda. Bumi tempat kita berdiri bahkan mungkin bukan planet yang sama."

Membuatnya kembali mendecak kesal, "Jangan berlebihan deh!"

Cakra masih tersenyum namun sambil menunduk, meraih tangan kirinya yang tadi sempat terluka dan kini telah berbalut plester. Kemudian Cakra mulai mengusapkan jarinya lembut tepat di atas plester luka.

5 detik, 10 detik.

Usapan Cakra tak juga berhenti. Yang lama kelamaan membuatnya jengah karena usapan lembut Cakra berakibat fatal bagi jantungnya yang kini berdegup lebih kencang dibandingkan saat keadaan normal. Sialan! Membuatnya berinisiatif untuk menarik tangannya terlebih dahulu.

"Salma itu cewek lo?" Ah, sialan! Mulut dan pikirannya bahkan tak terkoordinasi dengan baik karena memecah keheningan dengan pertanyaan bo doh.

Cakra menggeleng, "Bukan....cuma teman...."

Namun koordinasi keseluruhan tubuhnya yang benar-benar tak terkontrol dengan baik sedang menunjukkan bukti nyata, karena kini ia justru tertawa mendengar jawaban -jujur- Cakra, "Alaaah...nggak usah malu. Ngaku aja. Salma cantik banget sumpah. Tipe wajahnya mirip-mirip Lakesya nggak sih? Imut manis gitu...."

Cakra tak menjawab, terus menunduk menekuri mangkok baso yang telah kosong.

"Lo cocok banget sama dia lagi. Serasi," ia mengacungkan jempol dengan bangga. Benar-benar tak bisa menghentikan semua kekonyolan ini. Oh, no!

Cakra masih tetap terdiam, meski kali ini tak lagi menunduk, beralih menatap matanya dalam-dalam.

Ah, sialan! Kenapa mesti ada awkward time seperti ini sih?! gerutunya sebal. Mana banyak bangku yang mulai kosong ditinggalkan pembeli lagi. Otomatis suasana menjadi lebih lengang dibanding saat mereka datang pertama kali tadi.

"Berarti kita sama dong," otak impulsifnya dengan sigap kembali mengambil alih keadaan. Berusaha memecah keheningan namun dengan cara yang keliru. Sangat keliru.

"Elo punya Salma," ujarnya semakin melewati batas. "Gue punya Dipa," lanjutnya dengan sangat tak meyakinkan.

"Kita masing-masing punya orang lain yang worth to fight for," pungkasnya dengan nada bicara yang terdengar sangat menyebalkan, bahkan di telinganya sendiri.

Ucapannya kali ini berhasil memancing Cakra untuk bersuara, "Kamu masih suka sama Dipa?"

"Hah?" ia pura-pura membelalakkan mata sambil merengut. "Ya iyalah," lanjutnya dengan gaya paling menyebalkan. Oh, come on Anja!

"Dipa kan first love gue, forever crush gue," lanjutnya sudah diluar nalar dan kesadaran diri.

"Sampai kapanpun juga gue bakalan tetep suka sama dia, sayang sama dia, cinta sama di....," kalimatnya menggantung di udara karena Cakra mendadak bangkit dari duduk, kemudian berjalan menuju gerobak baso.

Idih! gerutunya kesal. Sopan banget jadi orang ya. Ada yang masih ngomong malah main pergi begitu aja. Dasar!

"Sori, aku haus banget," ujar Cakra mencoba memasang senyum meski kaku ketika kembali mendudukkan diri di hadapannya. Tangan kanannya meletakkan segelas teh tawar hangat ke atas meja.

"Sampai mana tadi?" tanya Cakra yang membuatnya semakin kesal.

"Tahu ah!" sungutnya sebal. "Elo tuh ya kalau kita lagi ngobrol serius aja langsung ngeles kayak bajaj!" dan lebih memilih untuk menghabiskan baso yang tinggal beberapa suap.

"Oh iya," Cakra menjentikkan jari tanda teringat sesuatu. "Sampai Dipa. Jadi gimana, kamu ba....."

"Udah ah!" potongnya cepat. "Basi tahu nggak sih?!" sungutnya kesal sambil melahap baso terakhir di mangkoknya.

"Akhirnya habis juga," seloroh Cakra sambil tersenyum menatap mangkok kosong dan matanya secara bergantian. "Gimana, mau nambah lagi?"

Ia menggeleng, "Makasih. Udah kenyang."

Dari tenda baso Cakra mengajaknya kembali berjalan menyusuri Pasar Malam yang masih saja ramai pengunjung. Alunan musik dangdut yang sedang hits terdengar menggema dari salah satu kios.

"Udah jam delapan nih," Cakra melihat pergelangan tangan kanannya. "Kamu mau sampai jam berapa di sini?"

"Jam sembilan deh," jawabnya sambil memperhatikan keramaian di salah satu kios yang berjarak beberapa meter dari tempat mereka berdiri saat ini.

"Biar puas jalannya. Ntar sampai hotel langsung tidur deh," lanjutnya sambil menunjuk kios yang ramai pengunjung. "Itu ramai-ramai apaan?"

Cakra meraih tangannya kemudian mengajaknya berjalan menuju kios yang ramai tersebut.

"Oh," ia tertawa sendiri ketika melihat orang-orang yang ramai tersebut ternyata sedang mengerumuni sebuah claw machine (mesin capit boneka) yang dipenuhi oleh tumpukan boneka lucu.

Dan kini, seorang bapak muda sedang berusaha keras meraih boneka impian anak perempuannya yang menanti dengan harap-harap cemas sambil melonjak-lonjak kegirangan di samping mesin.

"Yaaaa.....," teriak penonton yang merasa kecewa saat bapak muda itu gagal meraih boneka incarannya karena capitan yang lemah membuat boneka kembali terjatuh sebelum mencapai lubang.

"Lagi! Lagi! Lagi!" pekik anak perempuannya tak sabaran. "Mau lagi!"

Cakra tersenyum menatapnya, "Kamu mau? Tunggu sebentar," lanjut Cakra yang tiba-tiba berlalu dari hadapannya. Namun tak sampai lima menit kemudian telah kembali sambil menunjukkan lima buah koin padanya.

"Banyak amat?" kernyitnya heran.

"Iya dong," jawab Cakra bangga. "Dua pertama buat latihan. Dua selanjutnya buat the real battle. Satu lagi cadangan."

"Ngambil boneka doang pakai latihan segala," cibirnya tak percaya.

"Practice make perfect," jawab Cakra lagi sambil tersenyum lebar.

Selang beberapa menit kemudian, bapak muda yang belum juga berhasil mengambil boneka impian anak perempuannya undur diri dari depan mesin.

"Kita istirahat dulu ya nak," ujar bapak tersebut. "Nanti kita lanjut lagi habis ini."

Diikuti anggukan setuju dari anak perempuannya.

Dan karena mesin telah kosong, Cakra pun maju, "Kosong kan? Kosong?" tanya Cakra pada semua yang mengerumuni claw machine.

"Gas pol, Gam!" teriak penjaga claw machine dari arah dalam kios.

"Oke," Cakra menggosokkan kedua tangan seperti lifter (atlet angkat besi) sekelas Olimpiade yang akan tampil di nomor clean and jerk.

Menyebalkan, batinnya namun sambil tertawa.

"Kamu mau yang mana?" tanya Cakra terlebih dahulu sebelum memasukkan koin. Namun ia hanya mengangkat bahu benar-benar tak memiliki ide boneka yang mana yang diinginkannya.

"Yang itu tuh," tunjuk Cakra kearah Teddy bear warna putih yang terlihat paling mencolok. "Paling bagus, paling besar. Suka nggak?"

Ia kembali mengangkat bahu sambil terus tersenyum.

"Oke, go Cakra go Cakra go!" Cakra mengepalkan tangan keatas seperti atlet yang sedang menyemangati diri sendiri ketika hendak bertanding. Sontak membuat senyumnya berubah menjadi ledakan tawa.

"Gaje banget ih!" gerutunya sambil tertawa.

Namun Cakra terus saja mengepalkan tangan keatas, "Go Cakra go Cakra go!"

Membuatnya spontan memukul lengan Cakra sebal meski sambil tertawa geli, "Buru ih!"

Ronde pertama, Cakra langsung mengincar Teddy bear putih yang terletak di paling sudut. Mencapitnya dengan baik.....oke....berusaha memindahkan ke dekat lubang. Ah, sayang, jatuh di tengah jalan.

Ronde kedua, Teddy bear yang telah berpindah posisi lebih ke tengah kembali dicapit oleh Cakra. Namun sayang, posisi capit yang kurang baik membuat detik krusial lewat begitu saja. Teeet, waktu habis.

"Dua ronde pertama untuk latihan," gumam Cakra sambil mengerling kearahnya. "Sekarang....the real battle!" lanjut Cakra dengan penuh percaya diri.

Ia hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum geli.

Ronde ketiga, Cakra sudah lebih ahli dalam menjapit. Ditambah posisi Teddy bear yang semakin mendekati lubang, membuat usaha Cakra tak sia-sia.

Yeayyyyy, Teddy bear putih incaran berhasil masuk lubang. Membuat semua orang yang sedang berdiri mengelilingi claw machine bersorak kegirangan menyambut keberhasilan Cakra.

"Yeeeee! Wohooooo!" teriak Cakra penuh kepuasan sambil mengepalkan tangan keatas kepala. Membuatnya tersenyum lebar.

Dengan sigap Cakra mengambil Teddy bear putih dari dalam kotak keluar, "For the one and only....," bisik Cakra hampir tak terdengar karena ramainya sorakan para penonton yang mengelilingi claw machine.

Sambil tersipu malu ia pun menerima Teddy bear dari tangan Cakra, namun sebelum sempat berterima kasih, seseorang tiba-tiba menyeruak diantara mereka, "Maaf, bonekanya boleh saya beli nggak?"

Ternyata bapak muda yang tadi berkali-kali gagal menjapit boneka untuk anak perempuannya.

"Itu boneka incaran anak saya," sambil menunjuk anak perempuannya yang kini sedang terisak. "Saya beli berapapun harganya."

Dengan tanpa berpikir ia menyerahkan Teddy bear putih yang sedang dipeluknya pada bapak muda tersebut, "Nggak usah beli Pak. Ini ambil aja buat anak bapak."

"Wah, jangan," bapak muda itu menggeleng. "Saya beli aja. Susah-susah dapatnya, saya aja tadi sepuluh kali gagal."

Namun ia menggeleng, "Enggak Pak, nggak usah beli. Buat anak bapak aja," ucapnya sungguh-sungguh sambil tersenyum berusaha meyakinkan.

"Nanti pacar saya bakalan ambilin lagi kok buat saya," lanjutnya seperti sedang bicara di alam mimpi.

"Beneran ini gratis?!" bapak muda itu membelalakkan mata tak percaya.

Ia mengangguk.

"Makasih banyak ya adek adek," ujar bapak muda itu sungguh-sungguh. "Semoga sehat dan bahagia selalu. Langgeng sampai akhir hayat."

Ia kembali mengangguk-angguk, "Sama sama Pak."

"Makasih Kakak," ujar anak perempuan yang tak lagi menangis pada mereka berdua.

"Sama sama," jawabnya sambil tersenyum. "Dadaaaah!" ia melambai-lambaikan tangan hingga anak perempuan yang dituntun bapak muda itu menghilang diantara kerumunan pengunjung pasar malam.

Ketika ia beralih kearah Cakra, cowok jangkung itu sedang tersenyum simpul sambil menatapnya.

"Apa senyum senyum?!" bentaknya -pura-pura- sebal sambil menahan tawa malu.

Cakra masih tersenyum simpul ketika mulai meraih tangannya, "Kita jadian nih sekarang?"

"Ja....apa?!" tanyanya bingung.

"Itu tadi, kamu bilang.....'nanti pacar saya bakalan ambilin lagi kok buat saya'," jawab Cakra yang terus saja tersenyum simpul sembari menautkan jari mereka berdua.

"Apa lo bilang?!" ia buru-buru menghentakkan tangan agar terlepas dari genggaman Cakra.

"Enak aja!" lanjutnya sambil bersungut-sungut untuk menutupi rasa malu. "Tadi tuh salah ngomong! Keseleo lidah tahu nggak?!"

Namun Cakra tetap tersenyum simpul.

"Namanya juga manusia, pasti bisa salah kan?! Nah gue juga begitu, salah ngomong doang sih biasa. Semua orang juga pasti pernah salah ngomong! Elo juga kan pasti pernah salah ngomong!" gerutunya panjang lebar dengan wajah yang semakin memanas karena malu.

Cakra yang masih mengu lum senyum justru berkata lain, "Sekarang kamu mau boneka yang mana?"

Koin keempat milik Cakra, "Yang mana aja deh, terserah lo!" jawabnya sambil lalu karena masih merasa malu dengan kejadian salah ucap barusan.

Cakra sepertinya mengincar boneka Teddy bear lain yang tak kalah mencolok meski tak sebesar yang pertama tadi. Ah, namun karena kurang perhitungan dan tergesa-gesa, capitan lepas di tengah jalan.

"The last," ujar Cakra yang tersenyum miring sambil mengacungkan koin terakhir.

"Nggak dapat juga nggak papa," sungutnya sambil membuang pandangan kearah lain. "Cuma game ini. Lagian tadi kamu kan ud...."

GLODAK!

Sebuah suara keras mengejutkannya. Disusul dengan Cakra yang membungkuk untuk mengambil sesuatu dari kotak keluar.

"Tadaaaaa," kini Cakra tengah melambai-lambaikan boneka ikan Nemo berwarna oranye dengan garis putih tepat di depan matanya.

"Dapatnya ini nggak papa kan?" tanya Cakra sambil mengangsurkan boneka Nemo padanya.

Ia mengangguk sambil tersenyum senang menerima boneka Nemo yang seolah juga sedang tersenyum dari tangan Cakra, "Aku suka Nemo kok. Makasih...."

Kini mereka tengah berjalan menyusuri ujung pasar malam yang mengarah ke Jalan Daan Mogot. Dengan tangan kiri Cakra yang melingkari bahunya, sementara tangan kanan memegang kresek berisi ayam tangkap oleh-oleh dari Mamak dan sekotak kue cucur, carabikang, juga pukis yang masih tersisa.

Ia sendiri berjalan sambil memeluk boneka Nemo pemberian Cakra yang bulunya terasa halus dan lembut di kulit. Sembari merasakan aura kehangatan dan ketentraman yang tercipta akibat rengkuhan lengan Cakra di sekeliling bahunya.

Suasana jalan mulai lengang, tak seramai ketika di pusat pasar malam tadi. Penerangan jalan juga tak seterang di pasar malam, terasa lebih remang-remang sebab sebagian toko yang mereka lewati mulai menutup dagangannya. Hanya menyisakan lampu bohlam kecil berwarna kuning atau oranye di depan terasnya.

"Kamu cape nggak?" suara Cakra memecah kesunyian.

Ia menggeleng, "Nggak terasa cape kok. Malah seneng. Seru," jawabnya jujur.

"Aku lupa kalau kamu lagi hamil," bisik Cakra lirih. "Biasanya orang hamil gampang cape nggak sih? Aku malah ngajak kamu jalan sejauh ini."

Lagi-lagi ia menggeleng, "Enggak cape kok beneran."

Kalimat yang diucapkannya membuat Cakra semakin mengeratkan rengkuhan di atas bahunya.

"Seru juga ya ternyata Pasar Malam di tempat kamu tadi," lanjutnya sungguh-sungguh. "Makin malam malah makin rame. Mana basonya enak lagi."

Cakra tersenyum, "Kamu suka?"

Ia balas tersenyum, "Suka banget. Makasih ya udah ngajak jalan kesini."

"Kamu mau nggak kalau sering kuajak jalan ke tempat-tempat yang biasa banget kayak tadi?"

Membuatnya merengut, "Udah deh, nggak ngeledek kenapa sih?"

Cakra terkekeh sambil mengusap bahunya lembut, "Besok besok, kalau aku udah gajian, kuajak jalan ke Mall."

Namun ia mencibir, "Bosen Mall terus."

"Kalau gitu ke Cafe yang keren-keren yang biasa kamu datangi."

"Males ah!"

"Terus kemana? Nggak mungkin ke pasar malam lagi kan?" seloroh Cakra sambil mengerling.

"Ke tempat tempat yang worth it dong, yang habis kita datang kesana dapat 'sesuatu'," jawabnya sambil menerawang. "Yang bikin kita jadi punya semangat baru, yang bikin pikiran kita jadi lebih fresh for something new, yang bikin...."

"Ke museum mau nggak?" potong Cakra sambil menatapnya lamat-lamat.

"Atau Perpusnas (perpustakaan nasional)? Atau....."

"Planetarium seru kayaknya," potongnya cepat. "Kamu udah pernah kesana berapa kali? Aku udah puluhan kali tetep nggak pernah bosen. Seru abis apalagi pas sesi...."

"Oke," potong Cakra tak kalah cepat. "Next destination....planetarium," lanjut Cakra sambil tersenyum menatapnya lembut.

Ia sempat terpana dan hampir terhanyut saat Cakra mulai menundukkan diri mendekati wajahnya hingga hampir bersentuhan, ketika tiba-tiba sebuah klakson memekakkan telinga mengagetkan mereka berdua.

DIN! DIN!

"Mas Cakra ya? Yang pesan Taxi online?" sapa seseorang yang sedang tersenyum lebar dari balik kemudi dengan kaca yang terbuka tak kalah lebarnya.

Otomatis membuatnya menutup mulut dengan kedua tangan guna menahan tawa yang hampir meledak. Sementara Cakra memasang wajah kesal sambil menjawab sekenanya, "Iya Pak, benar."

"Ah elah, datangnya kayak jelangkung aja sih Pak, tiba-tiba," sungut Cakra sambil membukakan pintu samping untuknya.

"Ganggu momen orang aja," gerutuan Cakra masih sempat terdengar oleh telinganya meski diucapkan dengan pelan. Membuatnya tak kuasa menahan tawa.

"Seneng ya ngetawain orang," sungut Cakra kearahnya yang masih menutup mulut dengan tangan guna menahan tawa agar tak kembali meledak.

Namun sedetik kemudian Cakra tersenyum sambil meraih bahunya lembut, "Kalau cape atau ngantuk tidur aja. Ntar aku bangunin kalau udah sampai."

***

Keterangan :

Clean and jerk. : salah satu jenis angkatan yang menjadi bagian pertandingan, dengan tujuan mengangkat barbel melalui dua gerakan yang disebut clean dan jerk. Dalam gerakan clean, barbel diangkat dari lantai ke bahu atlet dalam posisi jongkok.

1
Yuliaya
suatu hari nanti, Aran akan tahu jika ada perbedaan dengan saudara-saudaranya... semoga kamu berlapang hati ya Nak, dan adik-adiknya juga berlapang hati.
Matahari
🤣🤣🤣🤣🤣
Nuy Nerazzurri Masihsetia
samaan 4 Juli😍😍😍
Azka Alfadilla
entah yg ke berapa kali baca ini,. tolong dong,rekomendasi bacaan lain yg mrnarik apa?
mrs.andriIndra
Mengkerut krna neng anja seumur umur gak pernah mikirin harga wahai abang cakra tersyang🤗
mrs.andriIndra
senang krna bisa ngobrol,setelah bertahun tahun cuma bisa merhatiin anja dlm diam dan bentangan jarak yg berasa jauuuuuuuhhhhh banget ya cak🥰
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘMarwah
🥰🥰🥰
⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘMarwah
cabar cakra
Devi Safitri
kog sebel SMA si anjay ini 😒
mrs.andriIndra
baca ulang ttp deg²an😁
mas sadaaaa,anja nakal nih mancing² buat adegan punggung seputih susu part 2😂
mrs.andriIndra
pas cakra-anja nikah ulang dirimu ketemu ka'pocut lgsg SKSD wahai mas tama😜😂
mrs.andriIndra
teh daraaaa,nih mas sada hoyong d takol😂
mrs.andriIndra
apalagi klw udah ketemu ka pocut lbh manis lg mas tama,biar dikasih restu😅
mrs.andriIndra
pasangam klop,cakra yg tenang ketemu anja yg sumbu pendek😁
mrs.andriIndra
ini yg kesekian x,tp nyeseknya msh sama.biar dipa puas meluk tp neng aja ttp milikmu ya cak😍
Kinara (Hiatus)
20 Agustus 2025
Sweet Girl
Adoh adoh... wes pakar ternyata.
Sweet Girl
Cakra, berarti kamu udah perna ngelakuin atau malah sering ya...???
Sweet Girl
Lu senyum senyum Cakra... Anja mewek...
Sweet Girl
Kao sempat melupakan kejadian semalam Cakra...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!