Luna Alexandra, gadis cantik berumur 20 tahun, seorang Mahasiswi semester 5 di Universitas XX.
Putri dari Wyman Alexander seorang pengusaha restoran yang sukses.
Ia tidak menyangka ayahnya meminta izin untuk menikah lagi setelah 10 tahun hidup menyendiri sepenigggal ibunya.
Apakah Luna mengizinkan Ayahnya untuk menikah lagi? Lalu siapa wanita yang ingin dinikahinya? bagaimana pula dengan kehidupan cinta Luna?
ikuti kisahnya.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syauqi Namaria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32
Satu jam kemudian mereka sampai di klub malam Primary House, saat turun dari mobil orang-orang yang berada di sekitar klub berdecak kagum melihat dua gadis cantik nan seksi berjalan beriringan masuk ke dalam klub.
“Luna, Cheryl” sapa Dita sang pemilik pesta saat melihat mereka berjalan masuk.
“Ck…Ck…gue kira cupu ternyata suhu” begitulah kata yang terlontar dari mulut Dita saat melihat penampilan Luna dan Cheryl yang terlihat berbeda.
Luna dan Cheryl yang mendengarnya hanya tersenyum mendapat pujian dari Dita, kemudian mereka berjalan ke meja bar yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri, Luna memesan Wine sedangkan Cheryl memilih Cocktail.
Saat mereka sedang menikmati minuman yang di pesan terdengar suara lelaki menyapa mereka.
“Ternyata kalian di sini?” tutur laki-laki itu yang tidak lain adalah Adrian.
Luna dan Cheryl menengok serempak dan menyunggingkan senyum kepada Adrian.
“Ka Adrian juga di undang” tanya Luna. Adrian menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaaan Luna.
Sementara Saga dalam perjalanan pulang setelah bekerja tak henti-hentinya memikirkan Luna, saat mobil yang di kendarai Tommy hampir sampai di apartemennya, ia meminta asistennya memutar balikkan mobilnya menuju Primary House.
***
Suara dentuman musik menggema keseluruh ruangan klub malam dengan lampu yang berkelap-kelip, semua orang yang berada di dalamnya menggoyang-goyangkan badannya mengikuti alunan musik, tak terkecuali Luna dan Cheryl mereka pun menggoyangkan badannya bergerak lincah ke sana kemari, Adrian juga ikut bergabung dengan mereka.
Saat Saga tiba di klub Primary House, ia melihat Luna yang sedang berjoget dengan Adrian dengan jarak yang begitu dekat, wajahnya berubah merah padam dan tangannya terkepal kuat lalu berjalan menghampiri mereka. Tiba-tiba Saga mencengkeram tangan Luna dan menariknya, membuat gadis cantik itu terkejut.
“Aww! Mas Saga!” desis Luna memekik kesakitan karena cengkeraman tangan Saga.
“Itu kan Saga Ganendra “celetuk salah satu teman kampus Luna yang berada di sana.
“Lepasin” pinta Luna yang berusaha melepaskan tangannya dari cengkeraman Saga. Saga yang tersulut emosi tak mengindahkan permintaan adiknya itu, ia tetap mencengkeram tangan Luna dan berjalan keluar dari klub, Adrian yang melihatnya lalu menghentikkan langkah Saga.
“Lepasin tangan Luna” bentak Adrian marah.
Saga diam ia hanya menatap Adrian dengan tatapan menyeramkan lalu kembali berjalan membawa Luna keluar, diikuti Cheryl dan Tommy di belakangnya.
“Sebenarnya apa hubungan Luna sama Saga Ganendra?” Pikiran Adrian berkecamuk tidak karuan, seperti teman-teman kampusnya yang lain mereka juga berpikiran sama dengan Adrian.
Setelah sampai di parkiran Saga menghempaskan tubuh Luna ke dalam mobil, lalu menyuruh Tommy mengantarkan Cheryl pulang ke rumahnya, kemudian Saga melajukan mobilnya dengan kecepatan lebih dari 100 km/jam membuat Luna ketakutan.
Tak butuh waktu lama bagi Saga untuk sampai di apartemenya. Luna diam ia tak lagi berusaha melepaskan tangannya yang di genggam Saga hingga sampai masuk ke dalam apartemen kakaknya.
Saga membawa Luna masuk ke kamarnya, ia mendorong tubuh Luna hingga menabrak dinding belakang, lalu Saga menarik leher Luna dan menciumnya secara paksa. Dia tak peduli dengan adiknya yang berusaha memberontak, dia terus mencuim bibir Luna tanpa henti.
Kemudian Luna mendorong tubuh Saga dengan sekuat tenaga dan “plak” sebuah tamparan mendarat di pipi Saga membuatnya terdiam, Saga melihat bibir Luna bergetar, pipinya juga memerah hingga setetas air mata jatuh di pipi mulusnya.
“Maaf” kata itu yang terlontar dari mulut Saga lalu ia mencium kening adiknya.
“Kamu kenapa Mas?” tanya Luna yang melihat Saga berjalan dan duduk di tepi ranjang.
“Aku nggak suka lihat kamu dekat dengan laki-laki yang bernama Adrian, melihatnya saja membuat hatiku sakit seperti tertusuk beribu-ribu jarum” papar Saga dengan menundukkan kepalanya.
“Kamu sendiri tahu gimana perasaanku ke kamu” imbuhnya lagi.
Luna mendekati Saga dan duduk di sampingnya “tapi Mas nggak nggak pernah ungkapin ke aku”
Saga menengadahkan kepalanya menatap wajah Luna “aku bukan tipe laki-laki yang suka berkata manis kepada perempuan, aku lebih suka menujukkannya dengan tindakan”.
“Kamu pikir aku akan mencium perempuan manapun, aku nggak akan ngelakuin itu kalau aku nggak suka sama perempuan yang aku cium, aku yakin kamu sendiri juga suka sama aku kan?” sambung Saga lagi.
Luna terdiam, matanya berkaca-kaca dan bibirnya bergetar menahan tangisan “gimana dengan ayah dan Tante Sonya?” ucapnya lirih.
Saga memegang kepala Luna dan mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka bersentuhan “kamu hanya perlu mikirin aku, nggak usah mikirin yang lain”.
Kemudian Saga memeluk erat tubuh Luna hinnga membuat tangisan Luna pecah. Saga melepaskan pelukanya lalu mencium air mata yang mengalir di pipi Luna.
“Aku cinta sama kamu Lun” lalu Saga mencium bibir Luna dan perlahan mendorong tubuh Luna hingga terjatuh ke ranjang.