NovelToon NovelToon
UNLUCKY

UNLUCKY

Status: tamat
Genre:Horor / Action / Fantasi / Supernatural / Contest / Romansa Fantasi / Tamat
Popularitas:575.5k
Nilai: 5
Nama Author: ittiiiy

Harap bijak dalam membaca!

Felix yang merupakan anak yatim piatu dengan kepribadian yang cuek dan kasar tinggal di Panti Asuhan Helianthus tapi setelah berumur 10 tahun Panti Asuhan tersebut kebakaran dan yang selamat hanya dia seorang dan 2 petugas dapur.

Akhirnya Felix tinggal di Panti Asuhan Arbor bertemu dengan empat orang anak yang seumuran dengannya dan untuk pertama kalinya membuka diri untuk menjalin persahabatan.

Di sekolah barunya 'Gallagher' ada yang menganggap ia adalah pelaku dari kebakaran tersebut, ada juga yang menganggap ia adalah pembawa sial karena hanya dia anak yang berhasil selamat dan membuat orang di dekatnya menderita.

Saat Felix dipenuhi rasa bersalah untung saja ada sahabatnya Cain dan si Kembar 3 yang selalu menemani dan mereka melakukan banyak petualangan bersama.

Tapi tetap saja ia menganggap dirinya tidak beruntung hingga sebuah kekuatan aneh dalam dirinya muncul dan rambut hitamnya mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi hijau.

Apakah benar Felix termasuk orang yang tidak beruntung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch.29 - Gelang Safir Cain yang Tak kasat Mata

Seluruh sekolah jadi lautan warna merah muda mulai dari mesin sampai berkas-berkas penting juga ikut basah semua dan tentu saja ruangan komputer yang tak tahu bagaimana nasibnya.

"Oh tidak! Bagaimana buku di perpustakaan???" Cain langsung mencoba lari tapi terpeleset membuat Felix dan Mertie tertawa.

"Kau ini ... yang kau pikirkan hanya perpustakaan ...." Felix membantunya berdiri.

"Tentu saja, sebagian nyawaku ada disana ...." Cain menolak untuk berdiri.

Kini seluruh murid diperintahkan membersihkan sekolah disaat sedang dilakukan pendaftaran murid baru dengan kejadian yang terjadi ini membuat mereka yang mendaftar bukannya mundur malah makin bersemangat dan ikut juga membersihkan.

"Apa maksudmu tadi yang berlima?" tanya Mertie sambil mengepel lantai.

"Felix, Aku, Tan, Teo dan Tom," jawab Cain.

"Kalian memberitahu mereka?"

"Memangnya tidak boleh?" Cain sambil mengelap kaca.

"Mereka bisa dipercaya? bagaimana kalau ...."

"Tenang saja, kau akan berterimakasih juga nantinya," kata Cain memotong kalimat Mertie.

"Lagipula kami ini seperti paket makanan yang ingin kau beli secara terpisah kan tidak akan sama rasanya nanti ...."

"Kenapa kau jadi mengibaratkannya dengan makanan?" Felix heran.

"Terimakasih ...." walau merasa malu, Mertie merasa harus mengatakan itu.

"Terlalu awal kau mengatakan itu, padahal kami belum melakukan apa-apa," balas Cain.

"Kau juga jangan terlalu berharap banyak ... dan kami melakukan ini semata-mata bukan untukmu saja," Felix meluruskan.

"Tentu saja, dia akan mengatakan itu ...." kata Mertie.

"Tentu saja!" Cain menyetujui.

Melibatkan seluruh murid tentunya tidak membuat pekerjaan membersihkan menjadi lebih mudah dan lebih cepat ditambah lagi gedung baru SMP dan SMA sampai sore mereka bekerja keras tapi tidak juga selesai-selesai.

Tidak semua murid juga rela bekerja, ada yang langsung pulang diam-diam tanpa pamit.

"Apa pelakunya tidak tertangkap kamera cctv?" tanya Bu Farrin.

"Cctv semuanya telah dimatikan," jawab Pak Egan setengah hati karena melihat berkas yang ada dimejanya semua basah.

"Tapi bukankah ini menunjukkan kalau fire sprinkler berfungsi dengan baik," kata Bu Janet.

Semua guru tanpa sadar langsung menjatuhkan alat yang dipakai membersihka karena mendengar Bu Janet yang positif thinking.

***

Mereka bereempat memakai baju basah pulang ke panti dan sialnya lagi banyak penumpang didalam bus membuat mereka harus berdiri semua.

Ada yang mengeluh tak sengaja menyentuh pakaian mereka yang basah membuat Teo dan Tom sudah tidak tahu berapa kali meminta maaf. Sedangkan Cain hanya bersandar di bahu Felix dan sepertinya tertidur.

"Bisa-bisanya dia tidur disaat seperti ini?" kata Teo menaik-turunkan tangannya di depan wajah Cain.

Sesampainya mereka di halte bus ada Tan yang duduk disana bersama Luna membawa jaket dan handuk serta minuman hangat didalam botol.

"Daripada ini, kenapa bukan mencari kendaraan supaya bisa cepat sampai panti," Tom mengeluh tapi udara dingin menerpa membuat ia langsung berterimakasih.

Perjalanan mereka masih panjang menuju panti dan mereka sudah menggigil kedinginan kecuali Cain yang terlihat biasa-biasa saja.

"Kau tidak kedinginan?" tanya Tan.

"Dingin, tapi masih bisa ditahan," jawab Cain snatai.

"Ma ... sih ... b ... isssa di ... ta ... han?" Tom dengan bibirnya yang gemetaran.

Sementara Felix sibuk menyembunyikan tangannya takut jika kukunya yang bersinar kelihatan.

Tiba-tiba ada angin kencang yang datang membuat mereka langsung mendempetkan badan agar tidak terkena angin itu tapi nyatanya angin itu begitu hangat. Saking hangatnya Teo dan Tom berhenti gemetaran.

"Apakah ini yang namanya keajaiban?" Teo dan Tom berteriak membuat Luna tertawa kecil.

Cain memandangi Felix seperti bertanya apakah dia yang melakukannya tapi Felix menggelengkan kepalanya.

***

Bu Corliss yang sudah menyiapkan air hangat untuk mereka membersihkan diri tapi tidak berhenti mengomel tentang hantu merah muda.

"Ibu kalau mau marah-marah bisa ditunda nanti saja tidak? bikinin coklat hangat dong ...." Teo memelas.

Coklat hangat langsung menyapa ketika mereka selesai mandi. Bu Corliss membantu mengeringkan rambut mereka satu persatu dan mulai lagi memaki-maki hantu merah muda.

Esok pagi, Teo dan Tom demam dan flu berat. Akhirnya hanya mereka berdua lagi saja yang berangkat sekolah.

"Apa aku harus senang karena punya pertahanan tubuh yang kuat?" Cain menendang batu kecil di jalan.

"Nanti temani aku membeli kacamata untuk Demelza sehabis pulang sekolah!"

"Untuk apa? Memangnya dia ulang tahun?" Cain menjawab kesal, "Kau juga baru tahu nama dia," tambahnya lagi.

"Apa masalahmu?" tanya Felix.

"Kau yang bermasalah, jelas-jelas dia itu mengataimu begitu ... Kalau aku yang dengar aku juga akan melakukan hal yang sama seperti Dea."

"Kau?" Felix menyeringai.

"Tentu saja!"

"Seorang Cain kasar kepada orang lain? Menendang batu saja kau langsung mengarahkan ketempat lain kalau melihat semut."

Cain langsung berhenti menendang batu dan berjalan cepat meninggalkan Felix.

***

Turun dari halte bus Cain melihat rambut Felix tambah banyak yang berwarna hijau hingga Felix memakai topi hitam dan langsung tertutupi, "Bagaimana nanti kalau rambutmu jadi berubah hijau semua?"

"Yah diwarnai."

"Bagaimana kalau setelah diwarnai tapi langsung berubah lagi?" tanya Cain lagi.

"Belum juga dicoba."

"Iya, kan harus memikirkannya dari awal ...." kata Cain.

"Kita cari cara lain."

"Bagaimana kala ...."

"Cain!" Felix sudah kesal dengan kekhawatiran yang terlalu dini dari Cain.

"Ah, maaf aku hanya ingin membantu saja tapi tidak tahu harus membantu bagaimana ... karena ini menyangkut hal yang tidak bisa di pikirkan oleh akal sehat."

"Semua hal didunia ini berdasarkan logika, walau itu menyangkut hal yang tidak normal sekalipun pasti akan ada solusinya ...." kata Felix.

Bersama dengan Felix memang membuat Cain merasa bisa melakukan apa saja dan menyelesaikan segala sesuatu tapi jika Felix terpuruk seakan dunia juga ikut terpuruk.

Cain mendatangi perpustakaan yang kemarin sukarela ingin dia sendiri yang membersihkan tapi terkunci dan setelah masuk kedalam ternyata buku yang ada didalam terlihat baik-baik saja, "Bagaiamana bisa?"

"Rak buku perpustakaan punya sistem untuk menutup seperti lemari jika kebakaran, gempa dan semacamnya untuk menjaga buku tetap aman," kata Penjaga Perpustakaan.

"Sekolahku memang yang terbaik, sepeduli ini mereka terhadap buku ...." Cain mendramatisir membuat murid lain yang sedang membaca tertawa kecil.

Felix melihat kursi Dea kosong dan Demelza yang masuk ke kelas langsung dijauhi oleh anak-anak yang lain.

Cain datang dengan membawa buku yang ia pinjam dari perpustakaan membuat mejanya bergetar saat menaruh buku yang banyak itu.

"Bagaimana caranya kau bisa membaca semua ini?" Felix menatap tajam.

"Aku punya bakat cepat membaca!" Cain tidak mau kalah.

***

Felix yang tidak memberitahu Cain tentang alamat Alvauden yang diberikan oleh Alexavier Lia karena ia tidak ingin melibatkan Cain dengan hal mistis lagi. Cukup dia yang aneh karena bisa melihat hantu.

"Apa itu?" tanya Felix memandang pergelangan tangan Cain.

"Apa?" menunjukkan pergelangan tangan kanannya.

"Gelang dengan batu berwarna biru ... Safir?"

"Gelang apa? aku tidak memakai gelang sama seka ... kau melihat ada gelang dipergelangan tanganku?" tanya Cain kaget.

...-BERSAMBUNG-...

1
gatauu
jejakk
Fidia K.R ✨
Aku juga udah hadir ya ka thor 😉 suka sm cerita yang ini, nice ka thor
~H∆LUsinN∆SI~
cerita ini bakal lanjut kan thor?
endingnya nanggung banget, belum ada cerita setelah felix jadi caelvita loh >⁠.⁠<
ittiiiy: Ada infonya kok di chapter terakhir☺️
total 3 replies
~H∆LUsinN∆SI~
istilahnya belibet susah bacanya and sering lupa juga😭. btw ijin baca ulang seru soal nya, semangat berkarya thor
@Kristin
Semangat up nya akan baca Nyicil aja
@Kristin
Komentar like dan Subscribed di sini juga o
@Kristin
Komentar like dan Subscribed di sini juga
💯Fhashyafira✅
lanjut aku datang lagi thor
💯Fhashyafira✅
halo kk aku datang membawa like lagi
◌⑅⃝●ᏒᎬᏁ●⑅⃝◌
baru sadar kalau gw baca di tahun 2023 dan ini novel udh munculnya lama sekali kenapa baru ketemu sih aihh
◌⑅⃝●ᏒᎬᏁ●⑅⃝◌
keren Cok fantasi horor
◌⑅⃝●ᏒᎬᏁ●⑅⃝◌
kok gw terharu ya Ama omongan nya cain
💯Fhashyafira✅
Aku datang lagi membawa like thor
💯Fhashyafira✅
halo thor aku datang lagi membawa like 😘
~H∆LUsinN∆SI~
inilah yang ku tunggu😻
selamat felix
@Risa Virgo Always Beautiful
ceritanya menarik semangat
💯Fhashyafira✅
Hai aka aku datang lagi
Gemi Sapoetri
menarik tidak membosankan...👏👏👏👍🏻👍🏻👍🏻💪
ittiiiy: Terimakasih banyak🤗🙏
total 1 replies
💯Fhashyafira✅
Hai aka aku membawa like aka 👍
💯Fhashyafira✅
Hai aka aku datang membawa like lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!