Mengisahkan Keyla Ayunda seorang janda yang baru saja kehilangan saja kehilangan suaminya namun harus menghadapi kenyataan bahwa sang adik ipar rupanya menyimpan perasaan padanya. Drama pun terjadi dengan penuh air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekacauan Di Dapur
Bandung. Zehra Magnolia melihat buku pembukuan dengan tatapan cemas. Angka minus di kolom pendapatan, akibat teror beruntun Tatik, adalah ancaman nyata bagi keberlangsungan Dapur Magnolia. Ia tidak bisa mengandalkan polisi untuk menangkap Tatik yang kini menjadi buronan yang sangat licin. Zehra harus mengambil tindakan segera sebelum semuanya terlambat.
Zehra memanggil Nunik dan semua manajernya untuk pertemuan darurat.
“Kita tidak bisa menunggu sampai Tatik tertangkap. Kita tidak bisa membiarkan terornya menghancurkan bisnis kita,” kata Zehra, suaranya tajam dan penuh solusi. “Masalahnya bukan pada rasa masakan kita, tapi pada rasa aman pelanggan.”
Zehra meluncurkan strategi baru: Kampanye Dapur Magnolia Bebas Ancaman.
“Kita akan membawa Dapur Magnolia keluar dari warung!” seru Zehra.
Ia segera melancarkan kampanye pemasaran besar-besaran di media sosial, menekankan citra rasa masakannya yang lezat dan otentik. Inti dari kampanyenya adalah: Pesan Sekarang, Aman di Rumah Anda.
Zehra menawarkan Gratis Ongkos Kirim untuk semua pelanggan yang memesan makanannya lewat layanan online dan delivery. Ia menggunakan jasa kurir pihak ketiga yang terpercaya dan mengalokasikan stafnya yang loyal sebagai tim pengemas dan pengiriman khusus.
“Kita alihkan fokus dari makan di tempat, menjadi pesan dari rumah. Kita harus buktikan bahwa Dapur Magnolia masih eksis dan lezat, meskipun Tatik mencoba membungkam kita!” jelas Zehra.
Manuver cerdas ini terbukti efektif. Masyarakat, yang sudah merindukan cita rasa Daging Asap Bumbu Rempah Zehra, menyambut baik layanan baru ini. Mereka memang takut datang ke lokasi warung karena alasan keselamatan, tetapi mereka tidak keberatan jika makanan lezat itu diantar langsung ke pintu rumah mereka.
Pesanan daring membludak. Telepon Zehra dan server aplikasi pesan antar terus berdering. Para karyawan yang tadinya cemas karena penurunan pengunjung, kini disibukkan dengan proses pengemasan dan dispatch pesanan.
“Mbak Zehra, kita kewalahan! Tapi omzet kita naik! Kita kembali ke jalur positif!” seru Nunik gembira, sambil menghitung tumpukan pesanan.
Zehra tersenyum lega. “Benar, Nun. Tatik memang membuat warung kita sepi pengunjung, tetapi dia tidak bisa menghancurkan semangat dan rasa masakan kita.”
Walaupun warung fisiknya sepi dengan alasan keselamatan, Zehra bisa kembali berjaya dan membukukan laba berkat layanan online. Ia telah menemukan cara untuk menangkis teror Tatik dan mempertahankan bisnisnya.
****
Sementara Zehra menemukan stabilitas baru, di Jakarta, Keyla Ayunda dan Rezi Deja sedang menikmati makan malam bersama di sebuah restoran mewah yang sepi.
Suasana terasa akrab, namun tegang. Rezi telah berusaha keras untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi Keyla, dan malam ini adalah puncaknya. Ia tidak lagi bicara tentang Nazlian atau Ardito; ia bicara tentang musik, seni, dan rencana masa depan yang tenang.
Keyla menatap Rezi, yang kini tampak lebih lembut dan tenang. Kehadirannya tidak lagi terasa mencekik, melainkan menghangatkan. Rezi telah membuktikan, melalui tindakan, bahwa ia bisa menjadi pelabuhan yang stabil.
Perasaan Keyla pada Rezi bergejolak. Di satu sisi, ia teringat kebohongan Rezi dan kekacauan yang diciptakannya. Di sisi lain, ia tidak bisa mengabaikan betapa amannya ia saat berada di dekat Rezi, betapa tulusnya perhatian Rezi setelah semua yang mereka lalui.
“Kau terlihat tenang malam ini, Keyla,” kata Rezi, tersenyum kecil.
Keyla membalas senyuman itu. “Aku mulai merasa aman. Terima kasih, Rezi.”
“Aku melakukan apa yang seharusnya kulakukan sejak awal,” jawab Rezi. “Memberimu keamanan dan kejujuran. Aku akan selalu melakukan itu, Keyla. Aku tidak peduli dengan uang atau kekuasaan lagi. Aku hanya ingin menjadi pria yang bisa kau percayai.”
Kata-kata Rezi menusuk hati Keyla. Ia melihat penyesalan yang tulus di mata pria itu. Keyla tahu, jika ia menerima Rezi, ia akan memiliki keamanan finansial dan fisik yang tak tertandingi.
****
Bandung. Zehra Magnolia, meskipun warung fisiknya sepi karena teror Tatik, telah berhasil membawa Dapur Magnolia kembali berjaya melalui pesanan daring. Hari itu, dapur pusat pengolahan makanan mereka yang baru—sebuah gudang yang diubah menjadi fasilitas higienis—beroperasi pada kapasitas penuh. Panci-panci besar mendidih, aroma rempah memenuhi udara, dan para karyawan sibuk mengemas pesanan Daging Asap Bumbu Rempah untuk ratusan pelanggan.
Zehra mengawasi dari sudut, merasa lega. Strateginya berhasil; Tatik tidak bisa menyerang kurir atau setiap rumah pelanggan. Zehra telah menemukan celah kelemahan Tatik.
“Pastikan semua pengiriman hari ini lancar, Nun!” seru Zehra kepada Nunik. “Kita tidak boleh mengecewakan pelanggan yang sudah percaya pada kita!”
“Siap, Mbak Zehra!” jawab Nunik, cekatan mengawasi proses pengemasan.
Tiba-tiba, kedamaian itu pecah. Suara dentuman yang jauh lebih keras daripada petasan biasa—seperti ledakan mini—membuat kaca-kaca jendela dapur bergetar hebat.
DENTUMAN!
Asap tebal, berbau sulfur dan bubuk mesiu, segera menyusup masuk melalui ventilasi. Itu bukan hanya petasan biasa; Tatik pasti menggunakan peledak yang lebih besar yang ia dapatkan entah dari mana. Ia telah menyerang jantung operasional Zehra: dapur pengolahan makanan.
Kekacauan pecah seketika. Ledakan yang tepat mengenai dinding luar dekat area memasak membuat salah satu panci besar berisi kuah rempah terbalik. Panci dan kuali jatuh berhamburan, minyak panas dan jelaga menyebar ke mana-mana.
Para karyawan berhamburan panik dan histeris. Mereka berlarian mencari tempat berlindung, beberapa terpeleset di lantai yang licin karena tumpahan masakan. Jelaga hitam, sisa ledakan, menyelimuti udara, menempel di wajah, baju, dan dinding. Pesanan yang sudah dikemas kini tercemar asap dan debu.
“Tutup semua jendela! Keluar! Semuanya keluar!” teriak Zehra, mencoba menguasai keadaan sambil menarik seorang karyawan yang panik.
Zehra melirik ke luar jendela. Tatik berdiri di seberang jalan, wajahnya penuh kegilaan dan kemenangan. Tatik tertawa histeris, tawa brutal itu bergema melampaui suara sirine yang mulai terdengar dari kejauhan.
Tawa Tatik adalah suara kekalahan Zehra. Tatik telah menemukan cara baru untuk menyerang Zehra: serangan yang merusak kualitas dan rantai pasokan. Zehra kini tidak hanya rugi karena kerusakan fisik, tetapi ia harus membatalkan semua pesanan hari itu karena khawatir kontaminasi jelaga. Ia kehilangan pendapatan dan reputasi kepercayaan pelanggan.
“Dia tidak akan berhenti, Nun,” bisik Zehra, melihat dapur yang tadinya bersih kini luluh lantak. “Dia akan terus menyerang sampai aku menyerah.”
Zehra merasakan ancaman nyata. Tatik kini bukan lagi hanya buronan, melainkan teroris lokal yang didorong oleh obsesi gila ibunya.
****
Sementara Zehra menghadapi teror yang mengancam mata pencahariannya, di Jakarta, Keyla Ayunda berada dalam perenungan yang sunyi. Setelah makan malam dengan Rezi, Keyla tidak bisa berhenti memikirkan ketulusan yang ditunjukkan pria itu.
Ia duduk di tepi ranjangnya, memegang ponsel Rezi yang kini selalu dipenuhi pesan suportif. Rezi telah berhenti mengganggu, berhenti mengontrol, dan mulai mendukung tanpa pamrih.
Keyla memikirkan Azriel. Azriel menawarkan kepolosan dan kejujuran, tetapi ia tidak menawarkan perlindungan. Azriel tidak akan bisa melindunginya dari bom, deepfake, atau ancaman teror lain yang mungkin dilancarkan antek Nazlian yang tersisa.
Rezi, sebaliknya, menawarkan keamanan mutlak. Kehadirannya yang kuat, uangnya yang tak terbatas, dan koneksinya yang mendunia adalah perisai yang Keyla butuhkan untuk melawan dunia yang brutal ini.
Keyla ingat kata-kata sederhana Azriel: Mbak hanya perlu percaya pada apa yang hati Mbak rasakan.