"Dimana ini? kenapa semuanya sangat bobrok? uuhh.. badan ku sakit sekali, " lirih Sherina yang mendapati tubuh nya berbaring di atas jerami.
"Kakak lihat, wanita kejam itu bangun kembali, apakah dia akan memukul kita lagi? " suara bisikan seorang anak kecil itu terdengar oleh Sherina, mereka mengenakan pakaian lusuh compang-camping, dengan tambalan di sekeliling nya.
"Mahkluk apa itu? kenapa mereka tampak seperti Monyet, " gumam lirih Sherina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-31. Selalu Sherina Yang Di Salahkan
Cetass
Cetass
Cetass..
Suara cambukan itu memenuhi lorong penjara bawah tanah yang sunyi.
Namun semakin keras cambukan di pukul kan, maka semakin bungkam juga orang yang di cambuk.
"Katakan.. katakan kemana kau menjual Putri ku?" pertanyaan itu keluar dengan nada tajam nan dingin, jika kalimat itu suatu senjata.
Mungkin dia akan nampak seperti belati, yang siap menikam kapan saja.
"Hehe.. sampai kapan pun aku tak akan pernah memberitahukan keberadaan nya padamu"
"Kau harus merasakan rasa sakit yang sama seperti ku, kau harus menanggung semua perlakuan orang tua mu terhadap keluarga ku"
"Karna kau harus merasakan pembalasan atas apa yang telah orang tua mu lakukan" dalam keadaan lemah, badan penuh dengan darah serta goresan luka menganga.
Orang itu masih sanggup mengutarakan isi hatinya, mengungkapkan rasa bencinya, mengungkapkan dendam dalam hati nya.
"Dia tidak bersalah, begitu pun dengan ku" kata pembelaan terlontar kan, karna memang mereka tak ada sangkut pautnya dengan semua kejadian masa lalu.
"Hahahaha.. kalian memang tak ada kaitan nya, tapi kalian adalah anak serta cucu nya.. maka kalian harus merasakan balasan nya" baginya ini setimpal.
Rasa sakit harus di bayar rasa sakit juga.
kehilangan harus di balas dengan kehilangan juga.
Maka dengan begitu, semua dendam nya terbalaskan.
"Kau gila" putri nya kini entah dimana keberadaan, selama tujuh bulan terakhir dia mencari-cari secara gila-gilaan.
Segala upaya dia lakukan, segala kekuatan dia kerahkan.
Tapi semua tak menampakkan hasil.
Yang ada sang Putri semakin menghilang jejak nya.
Dan orang yang bersangkutan semakin bungkam.
Siksaan tak membuatnya buka mulut, dia tetap bungkam walau dalam kesakitan.
…………………………………………………
"Suami ku aku ingin pisah rumah dengan Ibu mu!!" Dania mengungkapkan keinginan nya.
"Bagaimana mungkin sayang.. kamu tau sendiri bukan, jika aku hidup selama ini selalu bersama-sama dengan Ibu ku"
Jelas Dias akan menolak, karna selama ini dia sudah merasa enak hidup selalu di tanggung oleh sang ibu.
"Suami ku, apa aku tak berarti untuk mu?" kecewa, tentu Dania kecewa dengan jawaban sang suami.
"Aku menyayangi mu sayang.. tapi aku mohon jangan meminta satu hal ini.. karna permintaan ini sangat sulit untuk ku"
Mana mungkin Dias bisa hidup tanpa sang ibu, yang ada nanti dia akan kesusahan mencari nafkah untuk istri dan anak nya.
"Kenapa jawaban mu selalu seperti ini??" bukan ini yang Dania harapkan, karna selama ini Dania sudah merasa muak dengar tingkah Nenek Sarah yang selalu seenak nya.
"Karna memang aku tak bisa jauh dari Ibu.. ayolah sayang kamu minta hal lain saja" selalu kata itu terulang di ucapkan oleh Dias.
"Kalau begitu aku mau rumah seperti rumah Sherina" tanpa beban, tanpa berpikir panjang Dania langsung mengatakan keinginan nya.
"Jangan gila kamu sayang.. " Dias ter lonjat kaget mendengar keinginan sang istri.
"Kamu mengatai aku gila!! Suami ku, kamu bilang aku boleh meminta apapun asalkan jangan meminta berpisah dari Ibumu.. lalu kamu bilang aku boleh meminta apapun!! tapi ini.. ini apa? kamu mengatai ku gila karna aku menginginkan rumah seperti rumah Sherina"
Lagi dan lagi Dias kembali membuat Dania merasa kecewa.
Dias mengusap wajah nya kasar.
Entah jawaban apa yang harus dia berikan.
Jika terus berdebat seperti ini, pasti akan berujung pertengkaran di antra dirinya dan istrinya.
Brak.. pintu kamar Dias dan Dania di buka paksa dari luar.
Terlihat Nenek Sarah menatap penuh kebencian pada Dania.
"Kau jangan banyak tingkah Dania.. ingat.. kau hanya menantu di rumah ku ini, orang tua mu sendiri menyodorkan dirimu sebagai menantu di rumah ini, bahkan orang tua mu itu juga tak segan-segan meminta uang dariku sebagai tanda mereka menjual mu.. jadi kau jangan bertingkah"
Nenek Sarah menendang pintu kamar Dias, karna Nenek Sarah tak sengaja mendengar obrolan mereka.
Semua menantu Nenek Sarah hasil jual beli.
Jadi karna itu lah Nenek Sarah merasa berkuasa atas segala nya.
"Ibu.. jangan marah.. dia hanya tak ingin Sherina kehidupannya melebihi kita" seketika Sherina di jadikan alasan oleh Dias.
Dania pun segera mengangguk agar Nenek Sarah percaya pada ucapan Dias.
"Wanita sialan.. wanita kurang ajar.. dia benar-benar kelewatan, lihat saja.. aku akan membuat nya menyesal, karna sudah berani menyaingi kedudukan ku"
Kebencian Nenek Sarah semakin bertambah pada Sherina, segala sesuatu mereka selalu menyalahkan nya pada Sherina.
………………………………………………
Selamadiua hari terlahir Sherina secara rutin pergi berburu ke gunung.
Dia bersama tiga anak nya memetik dan memburu apa saja yang bisa di makan serta di jual.
Sherina berburu secara terpisah dengan anak-anak nya, hingga dengan leluasa Sherina bisa menjual hasil buruan nya pada sistem.
Hanya buruan kecil yang Sherina sisakan, semua ini di lakukan agar anak-anak nya tak terlalu curiga.
Dia mengatakan semuanya pada anak-anak nya, tapi dia tak membicarakan tentang sistem yang bisa melakukan jual beli.
"Ibu.. ini.. kenapa tanah nya bergetar?" Alina memegang tangan Sherina dengan kuat.
"Kalian cepat naik ke atas pohon sana.. " bukan harapan Sherina jika anak-anak nya celaka.
"Ada apa Ibu?? kenapa kamu meminta Kita naik ke atas pohon??" Zivan belum mengerti dengan maksud Sherina.
"Cepatlah naik.. mereka semakin mendekat" dengan gerakan cepat, Sherina segera menaikan Alina juga Alena ke atas pohon.
Zivan tak bertanya lagi, dia juga segera menyusul.
Begitu juga Sherina, dia pun ikut naik ke atas pohon.
Mereka semakin dekat, hingga ranting-ranting pohon berderit, daun-daun kering bergesekan dan getaran halus semakin terasa hingga menggucang pepohonan.
Ngok
Ngok
Ngok..
Segerombolan babi butan lari tak beraturan.
Mereka menabrak, menerjang, menyerang apa saja yang menghalangi jalan mereka.
"Bab bab babi hut hutan.. " baru kali ini anak-anak Sherina melihat gerombolan babi hutan Zivan berbicara hingga terbata-bata.
Jangan kan mereka, karna ini juga adalah pengalaman pertama melihat babi hutan untuk Sherina.
"Sssttt kalian jangan bersuara.. " jangan sampai babi-babi itu melihat keberadaan mereka.
Telat.. tiga babi terakhir menyadari keberadaan mereka.
Babi-babi itu terus menyundul pohon persembunyian Sherina dan anak-anak nya.
"Aaahhh.. Ibu aku takut.. " Alina memeluk erat-erat batang pohon karna tak mau terjatuh.
"Jangan panik.. jangan takut.. Ibu akan menghadapi mereka"
Brukk.. Sherina segera turun dari atas pohon, dan segera mengalihkan perhatian para babi tersebut.
"Sistem aku beli tembakan suntikan pelumpuh untuk hewan yang paling kuat, karma aku yakin kulit mereka pasti lah keras" babi-babi itu tak akan bisa di lawan dengan mudah.
Maka dengan cepat Sherina segera mengambil tindakan.
Siiuuuttt
Bruk..
Siiuuuttt
Bruk..
Siiuuuttt
Bruk..
Tiga babi tumbang dalam waktu singkat.
Tidak sampai satu menit tiga babi itu tumbang seketika.
"Bagaimana cara dia melakukan nya.. ??"
Ternyata, sedari tadi ada yang terus mengawasi Sherina juga anak-anak nya.
Jika Sherina tak bisa melawan mereka berniat untuk membantu.
Namun apa ini?? mereka malah di kejutkan dengan kecepatan Sherina dalam menghabisi babi-babi tersebut.
"Kita kembali sekarang.. " satu di antara tiga orang itu langsung mengajak mereka segera pergi.
"Ibu... " Zivan, Alena dan Alina segera menghampiri Sherina.
"Ibu tak apa-apa.. Zivan, segera panggil Paman Sem kesini, minta Paman Sem untuk membawa beberapa lelaki kuat".
Bersambung.. semoga kita bertemu lagi di ban selanjutnya 👋👋.