"Ternyata, orang yang aku kira menyayangi ku, adalah orang yang mengharapkan kematian ku, " ujar jiwa Ciara lurus di atas salju yang dingin.
"Tuhan... jika aku di beri kesempatan untuk hidup kembali, aku mohon Tuhan, ijinkan aku untuk membalas semua rasa sakit ini.. " ujar Ciara kembali.
Cetasss..
Jleederrr..
jleedeerrr..
"Aku tau Tuhan, kau mendengar semua ucapan ku, ".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Makmisshalu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-31. Kebencian Yang Terdalam
Dinding ini dulu tempat tawa bergema riang,
Kau datang membawa badai, merobek tanpa berperang.
Bukan hanya hati, tapi akar yang kau cabut paksa,
Menjadikan rumah ini hanya tumpukan puing, tanpa sisa.
Kau hancurkan kami! Kata-kata itu berbisik di malam sunyi,
Mengapa kau tega merusak, pondasi yang kami jaga mati-matian?
Setiap sudut kenangan kini berlumur air mata pahit,
Karena ulah tanganmu, kasih sayang kami terhimpit.
Goresan Luka Abadi
Rasa sakit ini, bukan milikku seorang diri,
Ia menjalar, membelah senyum Ayahanda, merenggut damai Ibunda.
Melihat mereka terluka, adalah siksaan yang tak bertepi,
Dan di sanalah, kebencian tumbuh, kuat dan membiru.
Aku benci cara kau menatap, penuh dengan kepalsuan,
Saat di belakang layar, kau tebar benih perpecahan.
Kau curi tawa kami, kau rampas keutuhan yang suci,
Demi nafsu sesaatmu, yang kini harus kami bayar mahal.
Aku benci pada dirimu, si pemecah cermin kebersamaan,
Yang mengubah pelukan hangat menjadi dinginnya ketakutan.
Bara ini tak akan padam, ia adalah api dendam yang ku pelihara,
Menjadi pengingat atas kehancuran yang tak bisa terobati segera.
Setiap air mata keluarga, adalah sumpah yang ku ukir dalam jiwa,
Bahwa kau tak pantas bahagia, setelah merenggut semua suka.
Kau telah merusak bukan hanya ikatan, tapi masa depan kami,
Menciptakan jurang yang tak akan pernah bisa kami lompati.
Pergilah! Dan bawa serta racun kebusukanmu,
Sebab di sini, di puing-puing ini, hanya ada rasa sakit dan kebencian untukmu.
Kini Pangeran Jordan menatap penuh kebencian pada Pangeran Yasha.
Pangeran Jordan tau jika Pangeran Yasha juga tersiksa dalam luka nya sendiri.
Tapi luka Pangeran Jordan sendiri menganga tak bisa di obati.
Gara-gara Selir agung Permaisuri harus tiada dengan cara tak terduga.
Mungkin orang menganggap Permaisuri sakit.
Tapi Pangeran Jordan mengetahui semuanya.
Dinding dingin istana megah itu, telah menjadi saksi bisu di mana sang Permaisuri menangis terisak menahan semua rasa sakit nya.
Hubungan Pangeran Jordan dan Kaisar pun hancur.
Mereka seperti tak saling mengenal.
Mereka seperti orang asing.
Tak saling menyapa, tak saling menegur.
Bungkam, bibir mereka bungkam di saat bertemu.
Istana kokoh megah dan indah itu tak seindah yang terlihat.
Di dalam nya.. penuh intrik, penuh aura hitam dari semua penghuninya.
Tak ada orang berhati bersih.
Tak ada kasih murni di berikan.
Mereka hanya terus berlomba-lomba untuk saling memusnahkan.
"Kakak aku tau kau membenci Ibu ku, tapi bisakah jangan libatkan aku dalam kebencian mu itu??".
Setelah sekian lama senyap tak ada suara, pangeran Yasha memberanikan diri untuk berbicara.
"Pergi lah.. jangan pernah mengganggu ku, aku yakin kau pasti tau, jika aku ini bukan lah Kakak mu" kata-kata itu begitu menusuk hati Pangeran Yasha paling dalam.
Deg, semuanya berakhir.
Pasrah, hanya kepasrahan tanpa perlawanan.
Pangeran Yasha sudah tak mempunyai wajah untuk melawan Pangeran Jordan.
Karna Pangeran Yasha sadar akan siapa dirinya.
Benar apa kata Pangeran Jordan.
Jika dia ingin di sama kan dengan Ayahanda Kaisar, sedikit pun dia tidak akan pantas.
Karna dirinya memang bukan siapapun di istana ini.
Pangeran Yasha hanyalah anak hasil kegilaan Ibu beserta ayah nya, pastinya ayah Pangeran Yasha bukan lah Kaisar.
…………………………………………………
"Ciara apa Paman boleh masuk?" secara tiba-tiba Abra mengunjungi Ciara di kediaman nya.
"Paman.. masuk Paman.. " Meski kaget Ciara tetap memasang wajah manis bodoh nya untuk menyambut Abra .
"Ini Paman bawakan kamu pakaian baru untuk di pakai" satu pakaian indah Abra berikan kepada Ciara.
"Wah.. bagus sekali Paman, apa benar ini untuk ku??" dengan mata berbinar ceria Ciara mengambil pakaian tersebut.
"Tentu saja sayang" Abra tak pandai berbicara manis, jadi dia terlihat agak kaku.
Ciara membiarkan Abra tak enak seorang diri, karna Ciara asyik bermain lumpur, padahal Ciara juga sedang asyik berbicara dengan Ciko melalui pikiran nya.
"Nona seperti nya dia ingin mengatakan sesuatu" Ciko mengamati Abra seperti orang kebingungan.
"Biarkan saja Ciko, siapa suruh dia kesini" Ciara ingin melihat sejauh mana sang Paman bisa bertahan.
Ciara terus asik sendiri, tanpa menoleh pada Abra.
Sementara Abra sendiri kini sangat ke bingungan.
Dia harus menyampaikan pesan dari Pangeran Jordan.
Tapi dia tidak tau cara menyampaikan nya pada Ciara.
"Ciara ada yang ingin Paman bicarakan" Abra akhirnya berbicara pada Ciara.
Pekerjaan Abra juga masih banyak, jadi dia tak mau membuang waktunya bersama Ciara.
"Ada apa Paman?? apa Paman butuh sesuatu?" Ciara menatap polos Abra.
"Begini sayang, Paman kesini untuk menyampaikan pesan untuk mu".
"Pesan apa itu Paman" Ciara berhenti memainkan lumpur nya.
"Paman berikan pakaian itu padamu karna kamu harus bertemu dengan Pangeran Jordan, dia meminta pada Paman agar kamu bertemu dengan nya" tersampaikan sudah pesan dari Pangeran Jordan.
Sebenarnya Abra malas menyampaikan pesan itu.
Abra juga tak ingin Pangeran Jordan mempunyai hubungan khusus dengan Ciara.
Tapi dia bisa apa, posisi nya sama sekali tak punya kendali untuk menolak semua keinginan Pangeran Jordan.
"Pangeran Jordan!! apa yang Paman maksud itu adalah penolong ku?" Ciara mendekati Abra.
"Kamu benar sayang, dia penolong mu.. dan hari ini dia ingin bertemu dengan mu" Abra merasa bicara dengan Ciara sangatlah sulit juga lama.
"Tapi aku takut.. " Ciara tetap memerankan sebagai orang bodoh.
"Takut kenapa sayang? dia hanya ingin makan bersamamu.. datang lah kalau tidak kita bisa celaka" berurusan dengan Pangeran Jordan bukan saat tepat jika saat ini.
"Nanti ada penjahat lagi Paman.. " Ciara kembali mengungkit para berandalan pasar.
"Jangan takut.. selama kamu keluar rumah, mulai sekarang kamu akan di kawal dengan ketat" Abra bisa apa semuanya telah di atur oleh Pangeran Jordan.
"Paman baik sekali.. " senyum Ciara merekah, bukan sih senyum lebih tepat nya tawa.
Ciara menertawakan wajah panik Abra.
Sudah di pastikan jika Pangeran Jordan telah menekan nya selama beberapa hari ini.
"Apapun demi kebaikan kamu sayang" Abra tak jauh beda dari Mariana juga Sania, sama-sama pandai bersandiwara.
Meski Abra agak kaku, tapi dia tetap menjalankan kebohongan nya dengan baik.
"Segera lah bersiap, nangi kamu akan di antarkan ke tempat Pangeran Jordan" Abra meminta Ciara untuk bersiap.
Abra takut Pangeran Jordan lama menunggu kedatangan Ciara.
Yang pada akhirnya dia kembali mendapatkan teguran.
"Baik Paman.. aku akan segera bersiap" sudah puas juga Ciara melihat kelakuan Abra jadi Ciara tak akan bermain-main lagi dengen Abra.
"Sayang ini pakaian nya.. " Ciara sebenarnya sengaja meninggalkan pakaian itu, karna Ciara ingin melihat reaksi Abra akan seperti apa.
Dan semua nya seperti dugaan Ciara.
Abra di hantui rasa ketakutan karna pasti Pangeran Jordan telah menekan nya.
Yah.. bersambung.
lanjut thorr
lanjut up lagi thor💪💪💪💪