Lian shen ,seorang pemuda yatim yang mendapat kn sebuah pedang naga kuno
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rahasia Kota Aeryon
Udara dingin menyelimuti saat Shen dan Lin Feng menapakkan kaki pertama kali di atas tanah Kota Aeryon. Kota itu berdiri di atas tebing-tebing putih yang seakan mengapung, dihubungkan oleh jembatan-jembatan batu melengkung yang berkilau saat terkena cahaya bulan. Dari kejauhan, Aeryon tampak seperti kota surgawi yang terpisah dari dunia fana. Namun semakin dekat, semakin terasa aura asing yang menyelubunginya—campuran antara kedamaian dan ancaman yang tak terlihat.
“Tempat ini… indah sekali, tapi entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang menekan dadaku,” kata Lin Feng, matanya menelusuri menara kristal yang menjulang di pusat kota.
Shen mengangguk pelan. “Itu karena kota ini dibangun di atas lapisan ilusi. Jangan percaya sepenuhnya dengan apa yang kau lihat.”
Saat mereka melangkah masuk melalui gerbang batu berukir naga, penduduk Aeryon menyambut mereka dengan senyum hangat. Namun Shen menyadari ada kilatan aneh di mata mereka—seperti kosong, seakan mereka tersenyum hanya karena diperintah oleh sesuatu.
Seorang wanita tua dengan rambut perak panjang menghampiri mereka. “Selamat datang, para pengembara. Kalian pasti datang mencari cahaya naga, bukan?” suaranya lembut, tetapi menimbulkan getaran aneh di hati.
Lin Feng menelan ludah. “Bagaimana… kau tahu?”
Wanita itu tersenyum samar. “Tak ada orang yang sampai di kota ini tanpa tujuan besar. Namun berhati-hatilah, Aeryon bukan sekadar tempat singgah. Kota ini adalah cermin. Apa yang kalian sembunyikan dalam hati, akan terpantul di sini.”
Shen mengerutkan kening, tetapi sebelum ia sempat bertanya, wanita itu sudah berjalan pergi, meninggalkan jejak cahaya yang memudar perlahan.
---
Malam itu mereka mendapatkan penginapan di sebuah rumah batu sederhana. Dari jendela, mereka melihat pemandangan kota: menara kristal yang berdenyut seakan bernapas, cahaya biru yang merayap di jalan-jalan, dan patung naga yang menatap tajam ke arah bulan.
“Shen… apa menurutmu kota ini benar-benar nyata?” tanya Lin Feng sambil berbaring gelisah.
“Nyata atau ilusi, tak ada bedanya jika kita tak mampu keluar darinya,” jawab Shen, matanya tetap menatap ke luar. “Yang jelas, rahasia cahaya naga bersembunyi di tempat ini. Kita harus menemukannya.”
Tiba-tiba, terdengar suara denting seperti lonceng dari menara pusat. Getarannya begitu kuat, membuat jendela bergetar dan lantai terasa berdenyut. Lin Feng menutup telinganya. “Apa itu?”
Shen berdiri, meraih pedangnya. “Panggilan. Sesuatu di pusat kota memanggil kita.”
---
Keesokan harinya, mereka menuju menara kristal yang menjulang. Semakin dekat, semakin terasa bahwa bangunan itu bukan sekadar menara, melainkan semacam organ hidup yang tumbuh dari tanah. Dindingnya bening, memperlihatkan aliran energi yang mengalir seperti darah di dalamnya.
Di hadapan menara, seorang penjaga berpakaian jubah biru berdiri dengan tatapan dingin. “Tak sembarang orang bisa masuk ke Ruang Cermin. Jika ingin melangkah, kalian harus siap berhadapan dengan diri kalian sendiri.”
Shen melangkah maju. “Kami siap.”
Penjaga itu mengangkat tongkatnya, lalu mengetuk tanah. Seketika pintu menara terbuka, memancarkan cahaya menyilaukan. Shen dan Lin Feng masuk, dan pintu tertutup rapat di belakang mereka.
---
Di dalam menara, dinding kristal memantulkan bayangan mereka, bukan sekali, melainkan ratusan kali. Ribuan wajah Shen dan Lin Feng menatap balik dari segala arah.
Lin Feng menelan ludah. “Aku… aku tak suka tempat ini.”
Bayangan mereka mulai bergerak sendiri. Beberapa tersenyum sinis, beberapa menangis, dan sebagian bahkan menunjukkan wajah penuh kebencian.
Shen menghunus pedangnya. “Ilusi. Jangan biarkan dirimu terpancing.”
Namun tiba-tiba, salah satu bayangan Shen keluar dari dinding. Wajahnya sama persis, tetapi matanya dipenuhi amarah.
“Kau pikir kau bisa memikul semua beban sendirian? Kau hanya pengecut yang pura-pura kuat!” teriak bayangan itu sambil menghunus pedang kembarannya.
Pedang beradu. Shen merasakan kekuatan yang sama persis dengan dirinya. Setiap tebasan, setiap gerakan, seperti melawan cermin hidup.
Di sisi lain, Lin Feng juga berteriak saat bayangannya sendiri keluar. “Kau pengecut! Kau selalu berlindung di balik Shen, padahal kau ingin diakui! Kau takut sendirian!”
Lin Feng gemetar, tetapi kali ini ia tak mundur. Ia mengangkat tombaknya, menahan serangan bayangan dirinya.
Pertempuran berlangsung sengit. Dinding kristal bergetar, memantulkan cahaya merah dari pertarungan mereka.
Shen terdorong mundur, napasnya terengah. Bayangan itu menatapnya dengan tatapan menghina. “Kau hanya akan membawa kehancuran pada orang-orang di sekitarmu. Seperti saat itu… ketika kau gagal melindungi mereka!”
Kata-kata itu menusuk jantung Shen. Sebentar ia terdiam, luka lama menyeruak kembali. Namun ia menggertakkan gigi. “Aku mungkin gagal di masa lalu. Tapi aku tak akan berhenti. Luka itu adalah alasan aku berdiri di sini!”
Dengan teriakan, Shen menyalurkan energi ke pedangnya, menebas bayangan dirinya. Cermin retak, dan sosok itu pecah menjadi serpihan cahaya.
Sementara itu, Lin Feng jatuh berlutut, hampir kalah oleh bayangannya sendiri. Namun Shen berlari, menahan serangan bayangan itu, memberi waktu bagi Lin Feng untuk bangkit kembali.
Lin Feng menggenggam tombaknya erat, air mata mengalir. “Aku… aku memang takut. Tapi aku tidak akan lagi hanya bergantung padamu, Shen. Aku akan melindungi jalan kita bersama!”
Dengan teriakan penuh tekad, Lin Feng menusuk bayangannya. Sosok itu hancur menjadi kabut, lenyap.
---
Saat bayangan terakhir hilang, dinding menara bergetar keras. Dari puncak, cahaya biru turun menyelimuti mereka. Suara bergema memenuhi ruang:
“Ujian diri telah dilewati. Satu rahasia Aeryon kini terbuka.”
Kristal di tengah ruangan terbuka, memperlihatkan inti cahaya berbentuk naga kecil yang terbuat dari energi murni. Naga itu berputar di udara, lalu menatap Shen dan Lin Feng.
“Pencari cahaya… perjalanan kalian baru dimulai. Tapi ingat, setiap ilusi menyimpan kebenaran, dan setiap kebenaran bisa menjadi ilusi.”
Naga itu berputar sekali lagi sebelum menyatu dengan menara, meninggalkan mereka dalam keheningan.
Shen menunduk, napasnya berat. “Ini baru awal. Kota Aeryon menyimpan lebih banyak rahasia daripada yang bisa kita bayangkan.”
Lin Feng mengangguk, wajahnya penuh tekad. “Apa pun yang menunggu, aku tak akan mundur lagi.”
Dan dengan itu, mereka melangkah keluar dari menara, menatap ke arah jalan panjang yang masih terbentang di depan.