Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Fitting baju
Entah kenapa hari ini aku benar-benar tidak memiliki semangat untuk menjalani hari, padahal siang ini aku dan Mas Javar memiliki rencana untuk fitting baju seperti yang dikatakan olehnya kemarin, tapi sampai saat ini aku masih tergeletak malas di atas kasur, malas untuk beranjak. Sedangkan Mas Javar, dia masih tertidur pulas disamping ku.
Dengan memaksakan diri aku pun bangkit dari tempat tidur, berjalan ke arah jendela untuk membuka gorden agar cahaya matahari pagi bisa masuk ke dalam kamar.
Keluar dari kamar dan berjalan ke arah dapur, karena aku merasa tenggorokan ku sangat kering, ingin meminum air putih. Setelah meminum segelas air putih, niat hati yang akan kembali masuk ke dalam kamar aku urungkan, aku lebih memilih untuk membuat sandwich yang nantinya untuk makan sarapan aku dan Mas Javar.
Disaat aku tengah sibuk membuat sandwich, terdengar suara pintu kamar yang terbuka, nampak lah seorang pria dengan rambut acak-acakan khas bangun tidurnya.
"Kamu lagi ngapain?" Tanya nya dengan suara serak.
"Ini aku lagi bikin sandwich buat kita sarapan."
"Oh gitu, jangan lupa hari ini kita jadi buat fitting baju ya."
"Iya aku inget, ini sarapan dulu." Karena sandwich yang aku buat tadi sudah selesai, aku pun langsung menghidangkannya di atas meja.
"Sebentar, saya cuci muka dulu." Dia pun melengos pergi ke dalam kamar mandi.
Tidak lama dari itu, dia sudah keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di kursi yang ada di meja makan untuk menikmati sarapan.
"Mas, gimana soal les memasak aku?" Daripada sesi sarapan kali ini dipenuhi keheningan, lebih baik aku memulainya terlebih dahulu.
"Saya belum dapat info dari sekretaris saya, katanya dia baru nemu tempat senam ibu hamil nya."
"Ya udah kalo gitu nanti aku coba cari referensi di internet."
Kami pun kembali fokus dengan sarapan masing-masing setelah percakapan tadi. Karena memang sandwich ukurannya tidak terlalu besar, sandwich itu pun dapat dihabiskan dalam waktu yang singkat. Setelah selesai sarapan, aku pun langsung mandi karena harus fitting baju pengantin hari ini.
Kini aku sudah ada di depan cermin di dalam kamar untuk memoleskan sedikit make up di wajahku ini, sedangkan Mas Javar sedang mandi di dalam kamar mandi sana. Setelah dirasa dandanan ku sudah cukup, aku pun keluar dari kamar dan berniat menunggu Mas Javar di ruang televisi sambil melihat beberapa channel televisi.
Sekitar setengah jam aku menonton televisi, akhirnya Mas Javar pun keluar dari kamar dengan setelannya yang sudah rapih. Tanpa mengulur waktu, kami berdua pun langsung keluar dari unit apartemen menuju basemen tempat dimana mobil miliknya berada.
Ternyata tempat fitting baju pengantin nya tidak terlalu jauh dari kawasan apartemen milik Mas Javar, hanya memerlukan beberapa menit saja untuk sampai di tempatnya.
Bangunan yang sangat cantik benar-benar menggambarkan sebuah butik yang mewah, sejak pertama kali datang aku sudah dibuat terkagum-kagum oleh rancangan gaun-gaun yang berjejeran, saking mewahnya aku sampai merasa tidak pantas jika harus memakai salah satu koleksi di butik ini.
"Selamat siang Pak Javar, silahkan masuk, sudah ditunggu di dalam oleh Bu Krystal." Ucap salah satu pegawai di butik ini.
Kami pun melangkahkan kaki ke dalam sebuah ruangan sesuai petunjuk dari pegawai tadi. Saat sampai di dalam ruangan tersebut, kami langsung disambut oleh seorang wanita yang tidak aku kenal, tapi sepertinya dia cukup dekat dengan Mas Javar.
"Hei, udah lama kita gak ketemu Jav. Oh jadi ini calon istri kamu?" Tanya wanita itu dengan antusias.
Aku pun hanya membalas dengan sebuah senyuman, biarkan Mas Javar saja yang menjawab.
"Iya, ini calon istrinya saya Amira. Amira, kenalin ini Krystal teman saya."
"Amira." Aku pun menjulurkan tangan bermaksud untuk berjabatan dengan dia, dia pun melakukan hal yang sama dengan Krystal.
"Saya Krystal, teman Javar sekaligus pemilik butik ini." Ah ternyata dia pemilik dari butik mewah ini.
Tanpa perlu basa-basi lagi, aku dan Mas Javar pun langsung mencoba beberapa baju yang direkomendasikan oleh Krystal sampai akhirnya menemukan yang cocok untuk kamu berdua.
Setelah selesai dengan urusan fitting baju pengantin, aku dan Mas Javar pun langsung kembali pulang ke apartemen, tapi di tengah perjalanan aku melihat seorang penjual rujak buah dan saat itu juga aku ingin makan rujak buah di siang hari begini pasti rasanya sangat segar.
"Mas mas mas! Berhenti dulu."
"Ada apa Amira?" Tanya nya sambil memberhentikan mobilnya di tepi jalan.
"Itu ada penjual rujak buah."
"Terus?"
"Ya aku pengen, masa gitu aja gak paham." Ujar ku kesal.
"Ck, ya udah kamu tunggu disini."
"Udah deh gak usah kalo gak ikhlas."
"Saya ikhlas, udah kamu tunggu disini aja, biar saya yang keluar."
"Oke! Cabainya yang banyak ya!" Ucapku penuh semangat.
"Gak, kamu gak boleh makan yang pedas-pedas."
"Tapi ini anak kamu yang mau loh Mas."
"Jangan bohong, anak saya gak suka pedas."
"Ish, ya udah deh. Bilang sama si abang yang jualnya, bikin rujaknya yang enak."
"Iya." Dia pun keluar dari dalam mobil, berjalan ke arah penjual rujak tersebut berada.
Terlihat dia sedang memesan rujak tersebut kepada si penjual dan mengajak ngobrol si penjual tersebut, aku dapat melihat itu dari gerakan pada mulutnya, memang dasarnya pria itu ramah kepada siapa saja. Setelah menunggu beberapa menit akhirnya rujak yang aku pesan pun datang, aku sudah tidak sabar untuk memakannya. Maka dari itu aku langsung membukanya dan juga memakannya di dalam mobil, sedangkan Mas Javar sedang fokus menyetir mobil.
"Mas mau gak?" Tanya ku sambil menyodorkan satu sendok rujak ke arahnya.
"Gak, udah kamu aja yang makan."
"Cobain dulu deh ini enak, aaaa." Aku pun menyuapkan dengan paksa rujak tersebut kedalam mulutnya, mau tidak mau dia harus menerima suapan tersebut.
"Gimana? Enak gak?" Tanya ku penasaran.
"Iya enak, tapi saya kurang suka sama rujak. Udah kamu aja yang makan, abisin."
Aku pun hanya mengangguk paham dan kembali melanjutkan memakan rujak tersebut, hanya tinggal tersisa beberapa sendok rujak lagi, mobil milik Mas Javar sudah memasuki kawasan apartemen elit miliknya.
Setelah memarkirkan mobil miliknya di basemen, kami pun langsung naik ke lantai dimana unit apartemen milik Mas Javar berada, daripada di perjalanan menuju unit apartemen diisi oleh kekosongan aku pun memulai sebuah percakapan.
"Nanti malem mau makan sama apa, Mas?"
"Saya ikut mau kamu aja."
"Eumm aku lagi pengen soto Betawi deh."
"Kayaknya itu bukan ide yang buruk, nanti kita pesen lewat aplikasi aja ya badan saya pegal-pegal pengen istirahat."
"Iya, kalo pegal-pegal nanti di kamar aku pijitin mau?"
"Gak usah Amira, saya tau kamu juga capek kayak saya. Mending langsung istirahat aja."
"Gak apa-apa, pokoknya sampai di kamar nanti tetep bakalan aku pijitin."
"Hm, terserah kamu."
Sampailah kami di depan pintu unit apartemen miliknya dan langsung masuk begitu saja kedalamnya.
Saat baru saja aku mendudukkan diri di sofa yang ada di ruang televisi dan Mas Javar berjalan ke arah dapur untuk mengambil minum, tiba-tiba handphone miliknya yang tadi ada di tas ku berbunyi.
"Mas! Handphone nya bunyi!" Teriak ku karena memang jarak kami yang lumayan jauh.
"Siapa?" Tanya nya sambil berjalan ke arahku dengan membawa segelas air putih di tangannya.
"Gak tau, nih kamu lihat sendiri." Aku pun menyodorkan handphone miliknya kepadanya.
Dia pun langsung menerima handphone tersebut dan mengangkat panggilan tersebut.
"Halo? Kenapa Re?"
".............."
"Yang ada dimana?"
".............."
"Oh yang disitu, saya tau. Lumayan dekat juga, kamu udah urus pendaftaran sama administrasinya?"
"............."
"Baiklah, terimakasih."
Dapat aku lihat panggilan itu telah terputus dan dia menatap ke arahku.
"Ada apa?" Tanya ku bingung.
"Tadi sekertaris saya ngasih tau kalo dia udah nemu les memasak yang dekat dari sini."
"Beneran? Kapan aku bisa mulai ikutan?" Tanya ku dengan semangat.
"Besok jam dua siang, nanti saya antar."
"Akhirnya aku punya kegiatan lain."
"Tapi kalo kamu ngerasa capek jangan terlalu dipaksa ya Mir? Inget juga sama anak kita."
"Iya, belum apa-apa masa udah capek aja."
"Saya kan wanti-wanti dari sekarang."
"Iya-iya Mas, aku pasti bilang sama kamu kalo aku ngerasa kecapekan."
Dia hanya berdeham menanggapi ku dan mulai memejamkan matanya sambil menyenderkan kepalanya pada bahu ku.
"Mas? Kalo mau istirahat di kamar aja."
____________________________________
Jangan lupa kasih ulasan buat bab kali ini ya!