"KALIAN BERBUAT TIDAK PANTAS DI SINI?"
Kesalahpahaman membuat status keduanya berubah.
Gaby berusia 17 tahun sementara Madava berusia 25 tahun merupakan bodyguard Gaby sendiri.
Keduanya di nikahkan oleh para warga karena kesalahpahaman.
"Kalian harus di nikahkan."
"A-apa, di nikahan?"
......
"Sudah aku bilang kan om, di antara kita tidak ada ikatan apapun atau setatus yang tidak jelas itu. Kejadian satu Minggu lalu lebih baik kita lupakan, dan anggap saja tidak terjadi apapun." Tegas Gaby dengan mata merah menahan amarah dan air mata.
...
Bagaimana Madava dan Gaby menjalankan pernikahan itu? Pernikahan yang tidak mereka inginkan, bahkan ditutupi dari orang tua mereka.
Madava sudah bertunangan sementara Gaby memiliki kekasih yang ternyata sepupu Madava.
.....
AYOOO!! ikuti cerita MY POSESIF BODYGUARD
jangan lupa like komen dan ikuti akun author ☺️
terimakasih🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tatatu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
meratapi nasib
Flashback on.
"Nak Laras, apa ibu bisa minta tolong?"
Laras yang sedang membersihkan meja makan, seketika menghentikan pekerjaannya dan menoleh, melihat Bi Lastri yang berjalan menghampirinya.
"Iya Bu ada apa?" Tanya Laras.
"Itu loh, ibu lupa angkat jemuran, apa kamu bisa ambil jemurannya? Sementara ibu mau siapin makan malam buat nona Gaby." Jelas Bi Lastri.
Laras mengangguk seraya tersenyum.
"Baik Bu, biar Laras ambil jemurannya."
Bi Lastri tersenyum. "Makasih ya nak."
Laras terkekeh pelan. "Kenapa harus berterimakasih? Itu juga pekerjaan Laras Bu. Yaudah Laras ambil jemurannya ya!!"
"Iya nak!!"
Kini Laras berjalan meninggalkan Bi Lastri.
Gadis itu masuk ke salah satu ruangan yang ada di dapur, ruangan itu khusus untuk menyetrika dan menyimpan baju kotor yang akan di cuci.
Laras mengambil keranjang baju di sana, setelah itu keluar, berjala ke pintu belakang untuk mengambil jemuran, tepatnya di bawah kamar Gaby dan ada kolam renang juga.
......
Langkah Laras tiba-tiba terhenti, matanya sedikit memicing menatap ke arah tanaman.
"Loh, mbak Kumala ngapain?"
Ya, Laras melihat Kumala mengendap-endap menuju tanaman
Entah apa yang wanita itu lakukan.
Karena penasaran Laras pun berniat menghampiri Kumala dan ingin mempertanyakan apa yang sedang wanita itu lakukan.
Pyarr...
"AAAKH!!"
Degh.
Langkah Laras kembali terhenti, wajahnya nampak begitu terkejut.
"Ya ampun, apa yang mbak Kumala lempar ke arah kamar nona Gaby?"
Ya, dibalik tanaman-tanaman itu Laras melihat Kumala melempar sesuatu ke arah kamar Gaby
Kumala tersenyum puas sambil menatap ke arah kamar Gaby, perempuan itu menepuk-nepuk tangannya seolah membersihkan kotoran di sana.
"Sedikit memberi pelajaran untuk Nona muda dirumah ini, setelah itu aku akan memberitahu Bu Diandra!!" Gumam Kumala dengan wajah berseri senang.
Lalu wanita itu melihat ke sekeliling memastikan, apakah perbuatannya tidak ada yang melihat.
Setelah merasa aman, Kumala pun keluar dari semak-semak, sebisa mungkin menghindari cctv.
Jangan sampai dirinya tertangkap cctv bisa gawat urusannya.
Kumala berjalan santai dengan senyumnya yang tidak luntur.
"Aku harap gadis itu terluka."
Tidak sabar ingin tau apa yang terjadi di kamar Gaby setelah dirinya melempar batu dan membuat kaca jendela pecah.
"Mbak Kumala!!"
Degh.
Langkah Kumala langsung terhenti, matanya membulat terkejut ketika dengan tiba-tiba Laras muncul dari balik tembok, berdiri di hadapannya.
"La-laras, apa yang kamu lakukan di sini?" Tanya Kumala dengan wajah berubah khawatir.
'Apa Laras melihat aku melempar batu ke kamar Nona Gaby.' Batin Kumala merasa gelisah.
Bagaimana jika Laras melihat perbuatannya? Jika benar, maka gawat sekali.
Mata Laras memicing, menatap lekat Kumala yang kentara gelisah.
"Apa yang mbak lakukan di sana." Tanya Laras sambil menunjuk tempat di mana Kumala tadi bersembunyi.
"Dan---apa yang mbak lempar ke kamar nona Gaby?"
Kumala terhenyak wajahnya langsung memucat.
Benar dugaannya, Laras melihat perbuatannya.
'Sial, ternyata manusia tidak berguna ini melihatnya.' Batin Kumala merasa gram, kenapa juga Laras melihat perbuatannya.
Tangan Kumala terkepal kuat, melihat ke sekeliling lalu mengamati cctv. Syukurlah mereka tidak tersorot cctv.
Setelah memastikan aman, Kumala menatap Laras tajam penuh kebencian.
Mata Laras mengerjap terkejut melihat tatapan Kumala. Baru kali ini dirinya melihat tatapan penuh amarah dari Kumala.
"Laras dengarkan saya."
Kumala mencekal pergelangan tangan Laras lalu di tarik ke balik tembok.
Bruk.
"Akkh." Laras meringis kesakitan saat punggungnya terbentur tembok.
"Mbak lepasin, tangan saya sakit." Kumala mencengkram tangan Laras dengan kuat.
Kumala menghela nafas jengah, lalu dengan kasar melepaskan cengkeramannya dari tangan Laras, menatap gadis itu penuh peringatan.
"Kamu liat saya melempar sesuatu ke kamarnya nona Gaby?" Tanya Kumala.
Dengan kaku dan merasa terintimidasi Laras pun mengangguk jujur.
"I-iya, saya liat mbak Kumala lempar sesuatu ke kamar Nona Gaby, setelah itu saya dengan Nona menjerit. A-apa yang Mbak lempar?" Tanya Laras terbata-bata karena merasa takut.
Kumala menaikan sebelah alisnya, lalu menyeringai.
'Gadis ini bisa berbahaya.'
Menghela nafas sambil memalingkan wajah. Lalu kembali menatap Laras.
"Tidak, saya tidak melakukan apapun, kamu---hanya salah lihat."
Berusaha mengelak, apa kah gadis ini bodoh dan akan mempercayainya?
Kening Laras mengerut, tentu dirinya tidak salah melihat, jelas sekali Kumala melempar sesuatu, karena dari Laras berdiri bisa melihat aksi Kumala walaupun wanita itu bersembunyi dibalik tanaman.
"Saya tidak salah melihat, apa yang mbak lempar? Itu bisa membahayakan Nona Gaby."
Laras merasa khawatir dengan Gaby karena menjerit kencang, dan apa Nona-nya terluka?
Kumala tersenyum miring. Ternyata gadis ini tidak bisa di bodohi.
"Karena itu yang saya inginkan, gadis menyebalkan seperti Gaby terluka!!" Ucapnya dengan santai.
Laras melotot terkejut
"A-apa."
Menggeleng tak menyangka. Selama ini Kumala sangat baik kepada siapapun, tapi ternyata itu semua hanya kedok? Kumala perempuan Jahat.
"A-apa maksud mbak Kumala? Kenapa ingin lukai nona Gaby?"
Kumala berdecak.
"Jangan terlalu banyak tanya Laras. Saya mau kamu tutup mulut."
Tidak ingin basa basi lagi takut ada orang yang melihat mereka.
Laras menggeleng. Setelah melihat perbuatan Kumala dan perempuan ini ingin melukai Gaby, tentu, Laras tidak akan diam saja. Gaby dalam bahaya.
"Tidak. Saya akan memberitahu Bu Lastri tentang perbuatan mbak Kumala." Tegas Laras.
Ingin pergi namun Kumala langsung menahan tangannya.
"Lepasin mbak."
"Berani kamu memberitahu Bu Lastri. Nyawa adik kamu di rumah sakit, melayang saat ini juga!!"
Degh.
Tubuh Laras langsung menegang, wajahnya berubah memucat.
Ya, adiknya memang ada di rumah sakit untuk menjalankan perawatan dan hanya adiknya lah yang Laras punya di dunia ini.
Laras bekerja di rumah Frederick karena bantuan David sepupu jauhnya, gajih di rumah Frederick lumayan bisa membantu biaya rumah sakit.
Bagaimana jika Kumala berbuat sesuatu kepada adiknya?
"T-tidak, ja-jangan lukai adik saya mbak." Mohon Laras panik dan khawatir.
Kumala melepas kasar cekelannya di tangan Laras, perempuan itu mangut-mangut sambil melipat tangan di depan dada. Menatap Laras remeh.
"Ya tentu, saya tidak akan melukai adik tersayang kamu, Laras. Tapi---" Kumala menjeda ucapannya, tersenyum penuh arti.
"Kamu harus mengakui, jika yang melempar sesuatu ke kamar Nona Gaby, itu---adalah kamu Laras!!"
Karena Kumala yakin, Madava tidak akan diam saja. Pria itu pasti akan mencari orang yang sudah melempar batu ke kamarnya Gaby. Jadi, Kumala akan mengorbankan Laras dan setelah ini dirinya aman.
Laras menggeleng cepat. Kenapa dirinya yang harus mengaku? Jelas-jelas itu bukan perbuatannya.
"Ke-kenapa harus saya mbak, sa-saya janji tidak akan memberi tahu siapapun jika mbak yang melakukannya."
Tidak ada pilihan lain selain tutup mulut. Laras tidak mau Kumala melukai adiknya. Ini memang salah, tapi bagaimana dengan nyawa adiknya jika membuka mulut?
"Ya, bisa saja seperti itu Laras, kamu tutup mulut dan mereka tidak akan mengetahuinya!!"
Laras mengangguk. Syukurlah Kumala menyetujuinya.
"Tapi, saya tidak percaya dengan kamu, bisa saja kamu memberitahu yang sebenarnya kepada mereka semua."
Mata Laras membulat langsung menggeleng.
"Saya tidak akan memberi tahu siapapun mbak, saya janji."
Laras menunjukan dua jarinya, berusaha meyakinkan bahwa dirinya tidak akan memberi tahu siapapun.
Kumala mangut-mangut mengerti. Tapi mengingat bagaimana gigihnya Madava, membuat Kumala takut pria itu akan mengetahuinya.
"Ya ya saya percaya!! Tapi saya tetap ingin kamu yang mengakuinya, jika tidak---"
Kumala menatap Laras tajam, melangkah maju makin mendekati wanita itu.
"Sekarang juga adik kamu akan kehilangan nyawanya!!" Bisik Kumala tepat di telinga Laras.
Flashback off.
Kumala mengancam Laras, dan dengan terpaksa Laras mengakui kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.
Sampai saat ini Laras tidak menyangka, ternyata Kumala sejahat itu.
Dan bagaimana Laras memberitahu Madava jika Kumala sangat berbahaya, karena tidak mungkin Laras terus diam membiarkan Kumala berkeliaran di rumah Frederick untuk mencelakai Gaby.
Tapi di sisi lain, Laras takut perempuan itu akan melukai adiknya.
"Ya Tuhan apa yang harus aku lakukan" Batinnya gelisah.
Hidupnya sudah susah, serab kekurangan, tapi sekarang ada masalah besar yang ia hadapi.
Dan setelah ini kemana Laras mencari pekerjaan? Biaya rumah sakit tidak murah. Uang gaji di rumah Frederick sangat cukup untuk biaya adiknya, tapi dirinya tidak bisa bekerja di sana lagi
Laras mengusap pipinya yang basah. Perempuan itu menangis, meratapi nasibnya.
Viaa ....
Kalau setelah Di adalah kata kerja, maka disambung, ya, contohnya: dipanggil, dinikahkan, dan didengar.
Sedangkan kalau setelah Di adalah kata benda atau tempat, maka dipisah, contohnya: di meja, di sekolah dan di dapur.
Semangat! Semoga membantu🤗