Sila, seorang gadis karier dari dunia modern yang tajam lidah tapi berhati lembut, terbangun suatu pagi bukan di apartemennya, melainkan di sebuah istana mewah penuh hiasan emas dan para pelayan bersujud di depannya—eh, bukan karena hormat, tapi karena mereka kira dia sudah gila!
Ternyata, Sila telah transmigrasi ke tubuh seorang selir rendahan bernama Mei Lian, yang posisinya di istana begitu... tak dianggap, sampai-sampai namanya pun tidak pernah disebut dalam daftar selir resmi. Parahnya lagi, istana tempat ia tinggal terletak di sudut belakang yang lebih mirip gudang istana daripada paviliun selir.
Namun, Sila bukan wanita yang mudah menyerah. Dengan modal logika zaman modern, kepintarannya, serta lidah tajamnya yang bisa menusuk tanpa harus bicara kasar, ia mulai menata ulang hidup Mei Lian dengan gaya “CEO ala selir buangan”.
Dari membuat masker lumpur untuk para selir berjerawat, membuka jasa konsultasi percintaan rahasia untuk para kasim.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Kelahiran si kembar membuat berita besar ke seluruh negeri dan kerajaan tetangga. Utusan dari Kekaisaran Bai Xu, Kerajaan Timur, hingga Suku Utara mengirim hadiah.
Masalahnya... semua ingin melihat bayi-bayi itu langsung.
Kaisar Liang Xu sempat menolak, tapi Mei Lin dengan cerdas berkata, “Ini kesempatan mengalihkan perhatian dari masalah ekonomi dan pasukan bayangan. Biarkan mereka sibuk memuji pipi tembam anak-anak kita.”
Hasilnya? Aula istana dipenuhi tamu dari segala penjuru. Mereka membawa hadiah mewah, namun pulang dengan pipi digigit oleh Putri Liang Lang Yue.
“Putri ini... galak sekali,” ujar salah satu permaisuri tamu sambil menahan tangis.
“Dia menjaga kakaknya,” jawab Mei Lin bangga. “Sifat pelindung.”
“Dia barusan melempar buah plum ke duta besar kami.”
“Ah, itu... latihan diplomasi.”
Malam Tenang yang Jarang Ada
Malam itu, setelah para bayi tidur, Mei Lin dan Kaisar duduk di serambi.
“Hidup kita jungkir balik,” gumam Liang Xu.
Mei Lin menyandarkan kepala ke bahunya. “Tapi hatiku penuh. Lelah, tapi bahagia.”
Liang Xu mencium ubun-ubunnya. “Dan mereka... membuatku tak bisa lagi membayangkan dunia tanpa kalian.”
Tiba-tiba dari kamar bayi terdengar suara tawa kecil... lalu suara piring pecah.
Keduanya saling berpandangan, dan dalam hitungan detik berlari ke kamar, hanya untuk mendapati Liang Rui Feng duduk tenang... sementara adiknya berdiri di atas bantal, menggenggam sendok seperti pedang.
“Putri Lang Yue...” bisik Kaisar. “Akan jadi legenda.”
Dan malam pun kembali gaduh. Dengan tawa, teriakan, dan cinta yang tak pernah selesai dibagikan.
----
Hari-hari di istana semakin padat. Setelah kelahiran dua anak kekaisaran, semua orang mengira kehidupan akan kembali tenang. Tapi justru sebaliknya.
“Yang Mulia,” lapor kepala pelayan dengan wajah pucat. “Pangeran Rui Feng menolak menyusu... kecuali dari tangan Kaisar sendiri.”
Dan Putri Lang Yue? Sedang memeluk leher ayahnya tidak mau lepas
Mei Lin mendengarnya sambil menopang kepala. “Sumpah, dua bayi ini lebih menguasai istana daripada Kaisar…”
Si Tang di sudut ruangan mengangguk mantap. “Benar. Saya pikir mulai besok kita perlu buat struktur militer khusus: Pasukan Pelindung Kembar Kekaisaran.”
Taktik 'Ngidam' yang Tertunda
Mei Lin sebenarnya belum sepenuhnya pulih. Tapi naluri pemimpinnya tetap bekerja. Saat mendengar laporan adanya ketegangan politik di perbatasan barat akibat persediaan beras yang dikurangi oleh seorang pejabat istana, ia langsung pasang siaga.
“Aku mau ke sana,” ucapnya pada Kaisar sambil menyusui Lang Yue.
Liang Xu menoleh tajam. “Tidak. Kau belum pulih.”
“Tapi rakyat juga belum kenyang.”
“Kau punya dua bayi.”
Mei Lin tersenyum tenang. “Maka kita pergi bertiga.”
Dan begitulah... untuk pertama kalinya dalam sejarah kekaisaran, seorang permaisuri membawa dua bayi dalam kereta khusus sambil melakukan inspeksi diam-diam ke desa pinggiran.
Para rakyat menyambutnya dengan mata berbinar. Mereka bukan hanya melihat pemimpin, tapi juga ibu sejati.
Namun tak semuanya damai.
Kepala kasim lama, yang bernama Yu Zhen, tampak mulai gelisah. Dialah dalang dibalik manipulasi logistik di perbatasan. Ia berpikir, selama Kaisar sibuk dengan anak, dan Permaisuri masih menyusui, ia bisa perlahan memperbesar pengaruh.
Tapi ia salah besar.
Satu malam, saat hendak mengadakan pertemuan rahasia dengan sekutunya di paviliun belakang... ia terjatuh akibat terpeleset bubur bayi.
“Maaf, ini sisa makan Putri Lang Yue,” kata seorang pelayan polos sambil memungut bubur tumpah.
Tepat saat itu, Mo dan Si Tang menyergap dari dua sisi.
“Kau benar-benar kalah... oleh bubur bayi,” ujar Mo sambil menyeringai.
Malam itu, setelah keadaan mulai tenang kembali, Mei Lin duduk menatap langit.
“Kukira jadi ibu akan membuatku kehilangan kekuatanku. Tapi justru... aku merasa lebih kuat sekarang.”
Liang Xu duduk di sampingnya, menggendong kedua anak mereka yang mulai tertidur.
“Kau kuat bukan karena kau Permaisuri. Tapi karena kau... Mei Lin.”
Mereka diam, menikmati malam.
Lalu terdengar suara... BLUGK!
Rupanya, Putri Lang Yue memuntahkan susu ke pakaian ayahnya.
Liang Xu menarik napas panjang. “Baiklah. Malam yang damai berakhir.”
Mei Lin tertawa. “Selamat datang di dunia nyata, Kaisar.”
Bersambung