Bagaimana jadinya seorang anak pelakor harus tinggal bersama dengan ibu tiri yang merupakan istri pertama dari ayahnya.
Alma selalu mengalami perbuatan yang tidak mengenakkan baik dalam fisik maupun mental, sedari kecil anak itu hidup di bawah tekanan dari ibu tirinya.
Akan tetapi Alma yang sudah remaja mulai memahami perbuatan ibu tirinya itu, mungkin dengan cara ini dia bisa puas melampiaskan kekesalannya terhadap ibunya yang sudah meninggal sedari Alma berusia 4 tahu.
Akankah Alma bisa meluluhkan dan menyadarkan hati ibu tirinya itu??
temukan jawabannya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui Karina
Aldi langsung tersentak hebat matanya mulai melotot ke arah wanita yang sempat menjadi istri atasannya itu.
"Oh tidak Nona, anda tahu sendiri bagaimana setiaku terhadap Tuan Ameer?" seringai Aldi.
"Lalu sampai kapan kamu seperti ini menjadi anjingnya Ameer," celetuk Karina dengan ekspresi meremehkan.
"Anjing lebih mulia dari pada iblis betina seperti anda, dan maaf, tawaran anda tidak mempan untuk diriku," sahut Aldi tak kalah pedasnya.
Aldi mulai membawa tubuh Karina untuk di bawanya keluar dari persembunyiannya, meskipun mendapatkan penolakan dari tubuh Karina akan tetapi lelaki itu mencoba untuk menahannya, hingga pada akhirnya ia mulai mengancam wanita itu.
"Karina bisa diam gak? Atau mau aku ceburkan di dalam jebakan yang kau buat sendiri!" ancam Aldi.
Karina membelakangi mata, ia tahu jebakan itu memang sengaja di buat untuk menjebak lawan bahkan ia tahu kedalamannya yang bisa membuat tubuhnya bertahun-tahun membusuk tanpa ada yang tahu.
"Kau mengancamku?" tanya Karina.
"Ini lebih dari sekedar ancaman," sahut Aldi yang membuat Karina terdiam.
Aldi dan orang-orangnya mulai melewati lorong gelap itu dengan pencahayaan yang sederhana, dengan langkah yang penuh dengan kehati-hatian, akhirnya mereka sampai ke puncak pintu yang membawa mereka ke ruangan awal.
Di sepanjang perjalanan Karina hanya bisa mendiamkan dirinya, untuk berpikir bagaimana agar bisa terlepas dari hukuman yang nantinya akan Ameer buat untuk dirinya.
Akan tetapi sulit untuk berusaha kabur sementara tangannya langsung di borgol menggunakan rantai yang cukup besar dan kuat.
"Sial ... Ini benar-benar sakit sialan!" gertak Karina yang tidak terima dengan semua ini.
"Diam, ayo kita masuk ke mobil," sahut Aksi lalu mulai menyeret tubuh Karina di dalam mobil.
Mobil segera membawa rombongan Aldi menuju ke suatu tempat yang mungkin tiga kali lebih menyeramkan dari tempat persembunyian Karina.
☘️☘️☘️☘️☘️
Sementara itu di kediaman Ameer, pria itu hanya memantau kabar dari Karina yang sudah di temukan dari tim Aldi.
Sementara itu di sini lain Alma sedang bermain bersama Zaidan penuh dengan kebahagiaan antara Ibu dan anak, setiap hari sepertinya mereka tambah akrab, bahkan saat ini Zaidan sudah tidak merasa sungkan lagi terhadap ibu sambungnya itu.
"Mama Alma, bantu aku untuk memasang puzzle bagian kepalanya, rasanya sangat susah," pinta Zaidan.
"Sini Sayang," ucap Alma sambil memegang tangan Zaidan untuk memilih kepingan puzzle itu.
"Nah, kita pilih ujung rambut depan dulu, lalu kita pasang di bagian ujung," suruh Alma Zaidan dengan cepat mencontohnya.
"Seperti ini?" tanya Zaidan yang diangguki oleh Alma.
"Benar sekali, lalu kita cari bagian kening dan wajahnya," sahut Alma memberi penjelasan.
Anak itu langsung tangkap bahkan tangannya perlahan tangannya langsung memasang kepingan puzzle itu dengan urutan yang tepat.
"Mama aku berhasil memasangnya dengan sempurna!" seru anak itu dengan bahagia.
"Ye ... Akhirnya kamu bisa Nak, ya sudah kalau begitu kita lanjut lagi pasang puzzle berikutnya," ucap Alma.
Sementara itu, Ameer begitu tersentuh dengan kebersamaan dua orang yang baru di pertemukan dengan keadaan itu, kehadirannya bisa mengisi hari-hari anaknya penuh dengan hal-hal positif, tidak ada lagi pikiran-pikiran licik yang mencoba meracuni anaknya, bersama Alma Ameer percaya, karena ia memilih perempuan itu bukan hanya kebetulan semata akan tetapi ada sisi lain yang membuatnya milihnya.
"Mama ... gadis yang kau sayangi sudah ada di sampingku setiap harinya, mungkin sekarang kau tidak pernah bertemu dengan dia, tapi aku janji setelah urusan ini selesai aku akan membawanya bertemu denganmu, meskipun kau sudah mulai melupakan wajah anakmu ini," gumam Ameer sambil tersenyum haru.
*****
Selesai bermain puzzle anak itu merasa lelah dan sedikit rewel, dan di sini peran Alma benar-benar dibutuhkan, meskipun belum pernah mempunyai seorang anak akan tetapi Alma begitu tegas dan sabar dalam menghadapi Zaidan yang mulai seenaknya terhadap ART di rumah ini.
"Bibi ... Aku haus ... Ambilkan jus untukku!" teriak Zaidan.
"Sayang, tidak boleh seperti itu, kalau bilang usahakan dengan awalan kata 'Tolong' dengan diiringi nada yang sopan tidak boleh teriak seperti itu," tegur Alma.
"Tapi Ma, mereka itu lemot kalau gak di marahin gak mau cepat-cepat," cetus Zaidan.
"Sayang, mereka itu bekerja, dan pekerjaan mereka banyak, jadi wajar kalau mereka sedikit telat," ucap Alma sambil mengusap kepala Zaidan.
"Tapi kata Nenek mereka memang harus di gitukan biar tidak teledor," sahur Zaidan.
Seketika hati Alma mulai tersentuh, ternyata Zaidan sudah di suguhkan kata-kata kasar terhadap para pekerja ayahnya, dan hal itu ia dapat dari orang-orang terdekatnya.
'Astaga! Miris sekali hidupmu Nak, aku berjanji akan menemanimu menjadi pribadi yang hangat dan penyayang sesama manusia tanpa memandang status sosialnya.
"Sayang, mulai sekarang kamu tidak boleh seperti itu lagi ya, dan Zaidan harus lebih sabar lagi jika sedang meminta kepada Bibi harus menggunakan nada yang rendah ya Tidak boleh meninggi," pesan Alma.
Entah kenapa anak kecil itu mulai memperhatikan ucapan dari perempuan dihadapannya itu, bahkan ketika pelayan itu datang membawa jus mangga yang di kita, sontak Zaidan langsung meminta maaf.
"Bi ... Maaf ya jika Zaidan selalu bentak-bentak Bibi," ucap anak itu dengan nada polos dan raut yang dipenuhi penyesalan.
"Iya Den, Bibi juga minta maaf ya," sahut pelayan itu lalu mulai kembali ke dapur.
Anika merasa tersentuh ia tidak pernah membayangkan jika anak yang dulu sempat menolak keras kehadirannya kini tumbuh bersama dan menurut dengannya.
☘️☘️☘️☘️☘️
Malam merayap perlahan, menelusup masuk lewat celah-celah jendela yang belum tertutup rapat. Langit gelap tanpa bintang, rintik-rintik dari langit mulai turun suaranya mengetuk-ngetuk atap-atap rumah dengan ritme yang tidak beraturan.
Di dalam rumah ini seorang ibu tengah membacakan buku dongeng tentang nilai-nilai kehidupan untuk dang anak agar lebih menghargai sesama manusia siapapun itu.
"Bumbum, si anak kecil yang suka berteriak itu akhirnya sadar dan meminta maaf pada Bibi Naomi yang selama ini sudah melayaninya dengan baik. Akhir kisah," ucap Alma dalam dongeng yang ia baca itu.
"Oh, berarti kita harus saling menghargai sesama manusia ya Ma! Mau dia pelayan ataupun supir kita harus hargai mereka dan tidak boleh membentak, meskipun mereka salah," sahut Zaidan dengan mata yang sudah sayup.
"Iya Sayang, ya sudah matamu mulai sayu sebaiknya kamu tidur ya, selamat malam," ucap Anika sambil mencium kening Zaidan.
Sementara itu Ameer mulai menyelinap masuk ke kamar anaknya kak ini pria itu ingin berpamitan kepada istrinya untuk memberikan hukuman terhadap wanita yang sudah berani berbuat semena-mena.
"Sayang, kau tidur dulu dengan Dalton jaga dia, aku percaya kalau kamu bisa menjadi ibu yang baik untuknya," ucap Ameer dengan lembut.
"Mas, kamu mau kemana aku takut, jika kamu tinggal," sahut Alma.
"Sayang ini hanya sebentar, dan percayalah tidak akan ada apa-apa dengan kalian setelah urusan ini selesai," ucap Ameer meyakinkan hati istrinya.
Alma berusaha untuk melepas meskipun hatinya masih sulit karena rasa takut itu masih menyelimuti pikirannya.
"Baiklah, janji ya hanya sebentar, karena malam ini sudah di pastikan aku susah tidur," sahutnya tanpa ekspresi.
"Iya sayang hanya sebentar," sahutnya lalu mulai mengecup kening istrinya.
Bersambung ...