NovelToon NovelToon
Istri Kedua Suamiku

Istri Kedua Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Kehidupan di Kantor / Romansa / Dijodohkan Orang Tua / Suami ideal
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: ARSLAMET

Sebuah keluarga yang harmonis dan hangat,
tercipta saat dua jiwa saling mencinta dan terbuka tanpa rahasia.
Itulah kisah Alisya dan Rendi—
rumah mereka bagaikan pelukan yang menenangkan,
tempat hati bersandar tanpa curiga.

Namun, kehangatan itu mendadak berubah…
Seperti api yang mengelilingi sunyi,
datanglah seorang perempuan, menembus batas kenyataan.

“Mas, aku datang...
Maaf jika ini bukan waktu yang tepat...
Tapi aku juga istrimu.”

Jleebb...
Seketika dunia Alisya runtuh dalam senyap.
Langit yang dulu biru berubah kelabu.
Cinta yang ia jaga, ternyata tak hanya miliknya.

Kapan kisah baru itu dimulai?
Sejak kapan rumah ini menyimpan dua nama untuk satu panggilan?

Dibalut cinta, dibungkus rahasia—
inilah cerita tentang kesetiaan yang diuji,
tentang hati yang terluka,
dan tentang pilihan yang tak selalu mudah.

Saksikan kisah Alisya, Rendi, dan Bunga...
Sebuah drama hati yang tak terucap,
Namun terasa sampai

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ARSLAMET, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keluarga ? Harapan ?

Di sudut apartemen yang sunyi , Bunga duduk memeluk lututnya di tepi ranjang . Senja merambat masuk melalui celah tirai, menari pelan di dinding yang bisu ,Tangannya perlahan meraba perut yang masih datar tempat sebutir kehidupan mulai tumbuh dalam diam.

"Bukankah ini… sebuah kesalahan?" . lirihnya nyaris tak terdengar, seperti gumam angin yang lewat di sela jendela.

Matanya menerawang, mengingat malam itu , malam yang terjadi hanya sekali,karena syarat,karena surat,

karena keputusan yang harus ditandatangani demi perusahaan , Demi melepaskan ikatan yang semestinya tak pernah ada namun telah terjadi.

Ia membaringkan tubuhnya, memandang langit-langit kamar yang tampak lebih jauh dari biasanya.Kepalanya penuh dengan tanya, hatinya menggigil oleh kenyataan:

ia kini mengandung anak dari lelaki yang juga suami perempuan lain.

Tiba-tiba, suara telepon membuyarkan lamunannya.

Layar menampilkan nama yang begitu ia hormati: Ayah.

Dengan suara serak ia menjawab, "Iya, Ayah?"

Dari seberang, suara Pak Hendra terdengar ringan, bahagia."Kamu sekarang sama Rendi, kan?"

Ada jeda. Bunga menunduk, menghela napas,

"Tidak, Ayah… Aku di apartemen."

Nada kecewa itu tak bisa ia sembunyikan. Di seberang sana, Ayahnya terdiam sejenak.

Lalu suaranya berubah. Lebih tegas, lebih penuh dorongan."Kamu harus bisa mempertahankan hakmu, Nak.Kamu juga punya hak yang sama.Jangan menyerah. Jangan kalah. Ayah ingin kamu bahagia, apapun caranya."

Bunga menggigit bibirnya.Matanya mulai basah.Dalam keheningan itu, ia tahu hidupnya tak akan pernah sama lagi. Janin kecil di dalam tubuhnya bukan sekadar nyawa

ia adalah simpul dari luka, dan takdir yang tak bisa ia hindari.

...****************...

Malam itu begitu sunyi.

Tak hanya di dalam rumah, tapi juga di dalam hati Rendi yang terasa hampa, sepi, dan kehilangan arah.

Masakan Alisya di atas meja makan masih utuh tak tersentuh, tak berkurang sedikit pun. Seolah menanti seseorang yang mungkin tak akan kembali malam ini.

Sementara di halaman belakang, mainan Rasya berserakan tak beraturan, menjadi saksi bisu dari tawa yang tadi pagi masih mengisi udara.

Dengan pelan, Rendi memungut satu per satu mainan itu, menatanya kembali dengan rapi. Gerakannya hati-hati, seolah ia sedang meminta maaf pada sisa kebahagiaan yang tertinggal.

Ia duduk di kursi makan yang dingin dan sunyi, menatap piring yang masih hangat oleh kenangan . Tak ada kabar dari Alisya. Dan Rendi… tak cukup berani untuk menghubungi ibu mertuanya malam ini. Lidahnya kelu, pikirannya kalut.

Lalu ia menyendok makanan itu perlahan.

Satu suapan yang terasa seperti luka .“Maaf, Sayang…” bisiknya lirih. Suaranya hampir tak terdengar, tenggelam dalam rasa bersalah yang begitu pekat.

...****************...

Tak lama kemudian, bel rumah berbunyi.

Rendi menghentikan sendoknya yang baru saja menyentuh piring. Suara itu yang biasanya membuatnya berdebar menanti sosok Alisya atau tawa kecil Rasya ini hanya menyisakan degup cemas. Dengan langkah cepat, ia menuju pintu.

Namun bukan Alisya.Di ambang pintu, berdiri Ayahnya—Pak Wiratma bersama istri barunya, sejak Rendi Sekolah menegah pertama mengenakan pakaian santai seolah kunjungan ini tak membawa beban apa-apa.

"Rendi, biarkan Alisya memilih jalannya," ucap Pak Wiratma sembari masuk tanpa menoleh pada luka yang menganga di wajah anaknya.

"Kalau dia ingin pergi, biarkan saja. Toh, hak asuh Rasya pasti jatuh ke kamu. Dia kan nggak punya penghasilan," timpal ibu tiri Rendi dengan nada datar, menggoda Pak Wiratma dengan lirikan yang tak asing lagi.

Lalu, suara sang ayah kembali terdengar, kali ini lebih tajam.

“Jangan lepaskan Bunga.” Suara itu menggema, menabrak dinding batin Rendi yang sudah retak.

"Selain cantik, dia juga calon pemilik 30% saham. Kamu harus tahu, itu akan memperkuat perusahaan kita," lanjut Pak Wiratma sembari menepuk pundak Rendi, seolah keputusan itu hanyalah hitungan bisnis biasa.

Rendi memandang keduanya dalam diam.

Tak ada amarah di matanya hanya kekecewaan yang mengendap terlalu dalam. Pantas saja... semua terasa tak tulus.

Ia menarik napas panjang, lalu merosot ke kursi.

"Aku kira... aku berhasil, Yah." Nada suaranya lirih, seperti rintihan yang tertahan bertahun-tahun.

"Aku kira posisi direktur perencanaan di PT Griya Mandiri itu karena kerja kerasku Tapi ternyata aku bodoh. Ini semua bagian dari rencana Ayah sejak awal, bukan?"

Ia tersenyum pahit.“Untuk mendapatkan segalanya... Ayah rela mengorbankan segalanya.”

Matanya mulai berkaca-kaca.

“Tapi kenapa harus aku, Yah?Bukankah Ayah punya anak lain dari Ibu Desi ? Kenapa bukan Dia ? Kenapa harus keluargaku yang jadi tumbal?”

Rendi menunduk, suaranya makin pelan namun tajam.

“Oh... mungkin setelah semuanya berada di tangan Ayah, aku akan dilepaskan Sama seperti saat Ayah melepaskan Ibuku membiarkannya terbaring sendiri di rumah sakit...

hingga ajal menjemputnya sementara Ayah sibuk...

dengan wanita ini.”

Ucapan itu menghantam keras.

Pak Wiratma mendesis, lalu

Plak! plak ! plak

Sebuah tamparan mendarat di wajah Rendi, membakar pipinya, tapi tak mampu membungkam hatinya yang terluka.

Namun Rendi tak melawan.

Ia hanya menatap lurus, dengan luka yang tak berdarah

luka seorang anak yang akhirnya melihat ayahnya bukan sebagai panutan, melainkan sebagai perhitungan.

Tamparan itu mendarat keras.

Udara di ruang tamu mendadak dingin, seperti diselimuti kabut luka yang tak terlihat.

Rendi tak menangkis, tak melawan—ia hanya menatap kosong ke depan.

Pipinya memerah, tapi hatinya jauh lebih perih.

“Oh, Tuhan… Wiratma, kau tampar Rendi putra pertama mu ” katanya setengah terkejut, namun senyum sinis di sudut bibirnya tak bisa disembunyikan.

Ia duduk di samping Pak Wiratma, menyentuh lengannya dengan manja,

“Dia cuma lelah. Jangan terlalu diambil hati. seusia ini memang penuh tekanan kan, kadang suka berlebihan.”

Rendi mengangkat wajah, menatap keduanya dengan mata yang tak lagi menyala namun redup dan pedih.

Suaranya pelan, tapi tajam, seperti bisikan amarah yang menahan tangis.

“Berlebihan?” gumamnya.

“Bukan aku yang berlebihan… tapi kalian yang terlalu nyaman bermain di kehidupan aku "

Pak Wiratma mendesah panjang, lalu berdiri dari sofa. Langkahnya berat, namun nadanya tetap tegas.

“Rendi, kamu harus mengerti. Semua ini demi kamu juga.

Perusahaan ini… warisan keluarga kita. Harus dijaga. Harus diperkuat. Dan Bunga dia bagian dari itu semua.”

Rendi tertawa kecil, getir.

“Warisan keluarga?” Ia berdiri perlahan, berjalan ke arah jendela ruang tamu yang menghadap taman kecil di depan rumah.

“Lucu. Karena yang aku tahu, keluarga bukan tentang saham, tapi tentang pelukan. Bukan tentang strategi, tapi tentang keberpihakan.”

Ia berbalik, menatap sang ayah—tepat di matanya.

“Ayah korbankan semuanya untuk perusahaan… termasuk aku. Termasuk Ibu.”

Nafasnya mulai tercekat, tapi ia terus bicara.

“Ayah bilang semua demi masa depan. Tapi masa depan siapa? Ayah ? Ibu ? Danendra putra ayah juga ? atau Bunga ? Wanita yang bahkan tak pernah ingin kupilih, kalau bukan karena surat itu?”

Ibu tiri Rendi berdiri, mendekat, dan menyela dengan suara tajam.

“Jangan menyalahkan semuanya ke ayahmu. Kamu juga bagian dari permainan ini, Rendi.”

Rendi menatapnya dingin.

“Aku memang ikut… tapi karena dipaksa.Dan tahu apa yang paling menyakitkan? Bukan ketika aku kehilangan cinta Tapi saat aku sadar, aku cuma pion.”

Pak Wiratma mendekat, menepuk pundak Rendi.

“Kamu laki-laki, Rend. Lihat lebih jauh. Jangan pakai hati terus.”

Rendi menepis pelan tangan itu.

“Ayah salah. Justru karena aku laki-laki, aku tidak mau hidup tanpa hati.”

Ia menarik napas dalam, suaranya menegang namun jujur.

“Aku tidak akan lepaskan Alisya. Aku tidak akan menyerahkan Rasya. Dan aku tidak akan menjual hidupku… hanya demi saham.”

Sunyi sesaat.

Hanya detak jam dinding yang terdengar, menggantung di antara tiga orang yang tak lagi saling mengerti.

1
❤ Nadia Sari ❤
Bapak kandung dan ibu tirinya matre bgt pasangan yg cocok 😝
Iis Dawina
bakalan susah trendi kluar dr situasi ini.apalg bunga hmil mending pisah aja sm alisya.ksihan dia cmn jd bhn ejekan nntinya
❤ Nadia Sari ❤
Biarkan mereka bahagia di atas penderitaanmu krn karma sedang mengintip mereka... Jgn lama2 berpikir segera pisah resmi Alisya
Yati Syahira
wkwkk pasangan selingkuh yg munafik
Iis Dawina
pergi dan jgn kembali hiduplah dgn baik" si apalagi ada ank...biarkan orang" yg ktnya mencintaimu mengagumimu menghormatimu hidup dlm rasa bersalah .klo memang mereka punya hati..hai bunga ktnya kau wanita baik, wanita baik tak an tega menyakiti wanita lain.dan kau rendi ktnya cinta..klo cinta tak an mungkin menyakiti..semuanya munafik
Erna Sanusi
begitu gampang rasa itu pergi. hanya karena nafsu semata. begitu mahal nya sebuah kesetiaan.
Yati Syahira
laki munafik
❤ Nadia Sari ❤
Ceritanya bikin penasaran
❤ Nadia Sari ❤
Pergilah Alisya jangan mau dimadu biar Randy menyesal
Iis Dawina
berpisahlah alisya krn nnti mertuamu kan selalu memihak madumu..demi perusahaan dan suami km akn sll nurut
❤ Nadia Sari ❤
lanjutttt
Iis Dawina
mendingan mundur alisya...ga blk bner klo ortu dah ikut campur mah
Yati Syahira
sdh panjang bab tdk terungkap perselingkuhan suaminya aneeh bikin males baca
ARSLAMET: biar makin penasaran kak , hehehe staytune trus ya
total 1 replies
D͜͡ ๓KURNI CACAH
wanita sebaik dan secantik sabar alisha kok bisa si di sakiti Sama laku laku kampret Kya si Rendi
D͜͡ ๓KURNI CACAH
ngk rela bgt alisha di Madu
D͜͡ ๓KURNI CACAH
kampret Rendi sama bunga kok bisa nikah ...dasar laki laki apa pun ala San nya tetap tak di benarkan
Rubyna
kok gak ada kejelasan tiba tiba menikah karna apa, dan bunga seharus nya menolak tau kan kalau Rendi susah beristri
ARSLAMET: dukungan nya kaka , selalu berharap yang terbaik untuk tulisan ku dan semua hal hehe
Rubyna: semangat ya, noveltoon gak kayak dulu, asal kontrak sudah dapat cuan sekarang susah
total 4 replies
❤ Nadia Sari ❤
ketikannya kok center semua?
ARSLAMET: @ terimakasih sebelumnya atas sarannya ..
❤ Nadia Sari ❤: bagus yg awal aku tadi bacanya kayak lagu
total 3 replies
pembaca
lanjut kan tuk menuju sukses
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!