Keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan.
Orang berani bukan berarti mereka tidak pernah merasa takut, akan tetapi mereka berhasil menaklukkan rasa takut itu.
Hanya karena kau pernah gagal lalu terluka di masa lalu, bukan berarti semua yang kau hadapi sekarang itu sama dan menganggap tidak ada yang lebih dari itu.
Kau salah . . . . . !!!
Briana Caroline MC.
Yang arti nya KEBERANIAN, TANGGUH, KUAT DAN PENAKLUK DUNIA.
Tidak seperti arti dari namanya yang diberikan orang tuanya. Justru malah sebalik nya.
Bayang-bayang dari masa lalunya membuat dia TRAUMA. Itulah yang membuatnya selalu menghindari apapun yang akan masuk ke dalam hidupnya.
Dia lebih memilih untuk lari ketimbang menghadapinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fidha Miraza Sya'im, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Ryo termenung di dalam kamarnya sampai-sampai ia tidak sadar bahwa Bu Lusi alias sang bunda menghampirinya.
"Ryo".
"Eh... Bunda. Ada apa Bun?". Lamunan Ryo pun buyar lalu ia merapikan duduknya yang tadinya bersandar sembarangan.
"Kamu kenapa akhir-akhir ini lebih sering melamun dan langsung mengurung di kamar setiap kali kamu habis dari luar rumah? Apa kamu lagi ada masalah ya?". Bu Lusi sangat peka terhadap anak semata wayangnya bila ada perubahan dalam dirinya.
"Umm... Enggak ada apa-apa Bun. Ryo enggak ada masalah apapun. Cuma Ryo lagi mikirin sesuatu saja". Jawabnya dengan tersenyum.
"Memangnya kamu lagi mikirin apa? Kok kayaknya serius banget? Apa kamu lagi mikirin soal kuliah kami nanti?". Bu Lusi semakin penasaran.
"Kalau itu Ryo sudah tidak memikirkannya lagi Bun, karena untuk urusan kuliah semuanya sudah beres he he he. Cuma Ryo lagi mikir kira-kira apa Ryo mampu melindungi orang-orang yang Ryo sayangin sedangkan Ryo masih belum menjadi orang yang sukses? Bahkan Ryo baru saja lulus sekolah. Kalau dipikir-pikir lagi rasanya pengen sekali cepat-cepat jadi orang yang dewasa biar Ryo bisa melindungi orang-orang yang Ryo sayangin". Lirihnya sembari menundukkan kepalanya.
Bu Lusi tersenyum lalu menggenggam tangan Ryo.
"Ryo untuk melindungi seseorang bukan berarti kita harus menjadi orang yang sukses terlebih dahulu. Apalagi untuk melindungi orang yang kita sayangin. Cukup jadi diri kamu sendiri apa adanya bukan ada apanya. Buktinya saja sampai sekarang kamu sendiri sudah mampu melindungi Bunda selama ini. Jadi kenapa kamu masih tidak yakin?". Beliau memberikan semangat padanya.
"Ryo melindungi bunda? Enggak salah bun? Terbalik kali Bun. Yang ada Bunda yang selalu melindungi Ryo selama ini. Ada-ada saja Bunda he he he". Ryo menyangkalnya.
Bu Lusi menggeleng pelan sembari tertawa kecil.
"Kamu salah! Gini ya... Dengan kamu selalu berada di sisi Bunda itu sudah di artikan kalau kamu sudah mampu melindungi Bunda. Karena biarpun di luar selalu membuat Bunda hampir menyerah tapi ada kamu yang selalu tersenyum menyambut Bunda pulang dan itu sudah sangat berarti buat Bunda dan juga membuat Bunda menjadi terus semangat berjuang menjalankan hidup ini. Kalau enggak ada kamu, mungkin sudah lama Bunda menyerah sayang". Tuturnya sembari mengusap kepala Ryo dengan lembut.
Ryo merasa sangat tersentuh sehingga air matanya jatuh seketika dan secepatnya ia menghapusnya agar tidak dibilang laki-laki yang cengeng.
"Masa sih Bun? Padahal selama ini Bunda yang selalu ada untuk Ryo. Bunda yang enggak pernah lelah untuk menjaga Ryo dari dulu sampai sekarang jadi mana mungkin Ryo seperti apa yang bunda bilang". Ucapnya merendah diri.
"Iya sayang, kamu itu pelindung bunda he he he. Oh ya...! Ngomong-ngomong pasti ada orang lain yang ingin kamu lindungi selain bunda ya kan? Hayo ngaku siapa memangnya?". Bu Lusi bertanya sembari tersenyum curiga.
Ryo sedikit gelagapan.
"Emm... Itu...".
"Pacar kamu?". Beliau langsung menebaknya.
Ryo tersenyum kikuk lalu mengangguk pelan.
"Bunda emang paling ahlinya soal tebak menebak". Bisiknya sembari memalingkan wajahnya.
"Kamu bilang apa?". Bu Lusi mendengarnya dengan samar itu sebabnya ia bertanya kembali pada Ryo.
"Eh enggak ada kok Bun. Ryo enggak ada bilang apa-apa. Eh iya! Bunda ingat enggak sama Nona Muda yang sudah menyelamatkan nyawa almarhum ayah 5 tahun yang lalu?". Ryo mulai ingin terbuka tentang Briana begitu Bu Lusi menyinggungnya seolah-olah ia mengalihkan pembicaraan mereka.
"Iya, bunda ingat banget. Memangnya kenapa? Apa kamu sudah ketemu ya sama dia?". Bu Lusi tampak sedikit antusias.
"Iya bun. Ryo sudah ketemu sama Nona Muda itu. Selama ini ternyata dia berada di dekat Ryo". Ujarnya.
"Tunggu dulu, jangan bilang kalau pacar kamu itu ternyata Nona Muda yang sudah menyelamatkan nyawa almarhum ayah kamu?". Tebak Bu Lusi.
"Iya, tebakan bunda benar sekali". Ryo membenarkan nya.
"Wah...! Dunia ini ternyata sempit banget. Ya sudah kalau gitu secepatnya kamu ajak dia ke rumah kita untuk ketemu sama Bunda. Bunda sangat ingin ketemu sama Nona Muda malaikat penyelamat. Oh iya! Orangnya gimana? Nona Muda pasti cantik ya kan?". Bu Lusi sangat berantusias dan penasaran kepada sosok Briana.
Ryo tertawa kecil.
"Sabar Bun. Ryo pasti bakalan ngenalin Briana ke Bunda tapi enggak secepatnya juga sih he he he".
"Briana? Jadi nama Nona Muda Briana ya? Kok namanya kayak orang bule?". Bu Lusi mengerutkan dahinya namun tetap semangat.
"Iya Bun. Namanya Briana, dia memang orang bule, keturunan Jerman dan dia orangnya sangat cantik. Dia wanita tercantik, terpintar, terpopuler dan nomor satu di sekolahan". Ryo memuji Briana pada sang bunda dengan matanya yang berbinar-binar.
Bu Lusi menyikut perutnya dan sedikit tidak percaya bahwa putranya mendapatkan pacar yang sesempurna itu. "Kamu yakin Briana itu pacar kamu? Mana mungkin kamu bisa punya pacar sesempurna itu atau jangan-jangan kamu cuma ngaku-ngaku Briana itu jadi pacar kamu ya kan?".
"Idih siapa yang ngaku-ngaku sih Bun. Ryo berkata jujur lho Bun kalau Briana itu memang beneran pacarnya Ryo. Ngapain juga Ryo bohong, apalagi berbohong sama Bunda. Kalau Bunda enggak percaya ini lihat". Ryo tidak terima karena Bu Lusi sengaja merendahkan dirinya kemudian menunjukkan foto Briana yang ia jadikan wallpaper ponselnya.
Bu Lusi pun melihat foto Briana sama persis seperti apa yang diucapkan oleh Ryo lalu kembali meledek Ryo.
"Ah... Enggak mungkin. Ini pasti akal-akalan kamu saja. Enggak mungkin Briana mau jadi pacar kamu. Mana mungkin cewek cantik kayak Briana gini mau sama kamu". Bu Lusi nyaris tertawa karena tidak tahan melihat putranya yang merasa kesal padanya.
"Ih masa bunda enggak percaya sama Ryo". Ryo frustasi bagaimana cara membuktikan kalau ucapannya benar.
"Ya iyalah bunda enggak percaya. Harusnya ada foto kalian berdua sedangkan itu hanya foto Briana sendiri saja. Atau jangan-jangan kamu sengaja ngambil fotonya terus kamu jadikan wallpaper ponsel kamu biar dikira itu pacar kamu beneran, ya kan?". Bu Lusi masih belum puas meledeknya.
"Ya sudah terserah Bunda. Besok Ryo bakalan ajak Briana ke sini untuk temuin Bunda. Biar Bunda percaya kalau Ryo enggak bohong dan biar Bunda juga enggak meremehkan anak bunda sendiri. Hufftt...!". Ryo mengendus kesal lalu meminta Bu Lusi untuk keluar dari kamarnya sedangkan Bu Lusi terbahak-bahak begitu ia keluar.
Beliau merasa puas karena berhasil membuat putranya kesal serta berhasil membuat anaknya secepatnya akan membawa pacarnya ke rumah untuk pertama kalinya.