NovelToon NovelToon
Dibalik Tirani Pernikahan

Dibalik Tirani Pernikahan

Status: sedang berlangsung
Genre:Tukar Pasangan / Selingkuh / Balas Dendam
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Septi.sari

Rama dan Ayana dulunya adalah sahabat sejak kecil. Namun karena insiden kecelakaan yang menewaskan Kakaknya-Arsayd, membuat Rama pada saat itu memutuskan untuk membenci keluarga Ayana, karena kesalahpahaman.

Dalih membenci, rupanya Rama malah di jodohkan sang Ayah dengan Ayana sendiri.

Sering mendapat perlakuan buruk, bahkan tidak di akui, membuat Ayana harus menerima getirnya hidup, ketika sang buah hati lahir kedunia.

"Ibu... Dimana Ayah Zeva? Kenapa Zeva tidak pelnah beltemu Ayah?"

Zeva Arfana-bocah kecil berusia 3 tahun itu tidak pernah tahu siapa Ayah kandungnya sendiri. Bahkan, Rama selalu menunjukan sikap dinginya pada sang buah hati.

Ayana yang sudah lelah karena tahu suaminya secara terbuka menjalin hubungan dengan Mawar, justru memutuskan menerima tawaran Devan-untuk menjadi pacar sewaan Dokter tampan itu.

"Kamu berkhianat-aku juga bisa berkhianat, Mas! Jadi kita impas!"

Mampukah Ayana melewati prahara rumah tangganya? Atau dia dihadapkan pada pilihan sulit nantinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4

Ayana tiba di rumah pukul 4 sore. Ia dibantu oleh Pak Amir, sopir pribadi Tuan Ibrahim.

Sejujurnya Ayana ingin menolak dan memilih naik taxi online saja. Tapi, Tuan Ibrahim sudah memberi pesan kepada Pak Amir untuk sigap mengantarkan kemana Ayana pergi.

"Terimakasih ya, Pak!"

"Sama-sama, Non Aya. Kalau begitu saya permisi."

Ayana hanya mengangguk sembari tersenyum. Setelah itu ia mendorong kursi roda ibunya menuju arah Paviliun.

Dari arah gerbang, ada sebuah mobil mewah masuk menuju halaman luas Rumah utama. Ayana tidak menoleh atau terkecoh sedikit pun. Ia sudah tahu, siapa pemilik mobil itu.

Dari dalam mobil, Rama dapat melihat istrinya sedang mendorong mertuanya menuju Paviliun.

"Darimana dia? Kenapa pergi tidak meminta ijin padaku terlebih dulu," gumam Rama mengerutkan dahinya.

Di teras Paviliun, Ayana di sambut oleh Zeva yang sudah rapi dan harum dalam gendongan Bik Sumi.

Ayana sudah mengira, pasti Bik Sumi yang sudah memandikan putranya itu. Harum bedak serta minyak telon dari tubuh Zeva membuat Ayana melebarkan senyumnya. Apalgi saat ini Zeva tengah memakai setelah baju lebah bewarna kuning yang juga dilengkapi sayap kecil di belakang bajunya. Dan hal itu semakin membuat bocah berusia 3 tahun itu terlihat gemas.

"Ibu... Yeay Ibu cudah puyang," girang Zeva sembari turun.

Ayana memeluk putranya terlebih dulu. Ia mengecupi pipi serta dahi Zeva, hingga membuat bocah kecil itu terkekeh kegelian.

Pemandangan itu sukses membuat Rama tepaku di tempatnya. Ia masih duduk di dalam mobil, sejak tadi tidak mengalihkan sorot matanya kearah keluarga kecil didepan.

"Non, bagaimana tadi terapinya?" Bik Sumi sudah mengambil alih kursi roda Bu Ratih.

Ayana tersenyum hangat sembari menggendong putranya untuk masuk kedalam. Lalu ia berkata, "Dokternya baru, Bik. Tapi alhamdulillah terapinya berjalan lancar. Ibu juga sudah mulai berlatih jalan kembali.

Zeva sudah turun dan bermain di matras khusus anak. Bocah kecil itu bermain dengan riang tanpa beban pikiran.

"Syukurlah, Bu Ratih semakin membaik. Saya juga ikut seneng, Bu," kata Bik Sumi menundukan kepala kearah Bu Ratih.

"Terimakasih, Bik Sumi! Tanpa adanya kamu, entah bagaimana nasib kehidupan kami," ucap Bu Ratih sambil memegang lengan Bik Sumi.

Bik Sumi hanya membalasnya dengan senyum ikhlas, "Sudah tugas saya dari Tuan besar untuk membantu keluarga Ibu."

Setelah obrolan singkat itu, mengingat waktu sudah menunjukan pukul 17.00 wib, jadi Bik Sumi mengantarkan Bu Ratih kembali ke kamar. Pelayan tua itu juga sering membantu Ayana dalam mengurus ibunya.

Ayana masih di dapur paviliun sedang membuatkan Zeva susu.

Setelah dari kamar Bu Ratih, Bik Sumi berjalan keluar menghampiri Nona mudanya.

"Non... Apa Non sudah tahu, perihal kedatangan Non Mawar nanti?" Bik Sumi berkata dengan sangat hati-hati.

Ayana menoleh. Ia baru saja selesai membuatkan Zeva susu coklat hangat. Wanita cantik itu hanya mengangguk tanda sangat paham. Namun detik kemudian, Ayana berlirih, "Bu Anita sudah mengingatkan Aya tadi siang, Bik."

Bik Sumi mengusap lengan Nona mudanya itu dengan rasa kepedihan. "Non yang sabar, ya! Bibi yakin, suatu saat nanti Den Rama pasti akan menyesal karena mengabaikan keluarganya."

Aya hanya mampu menghela nafas dalam. Senyumnya tampak getir mengingat nasib rumah tangganya saat ini.

"Ya sudah, Aya mau ke depan dulu ya Bik. Ini susunya Zeva nanti ke buru dingin."

Bik Sumi hanya mengangguk menatap nanar kepergian Nonanya. Pelayan tua itu sangat tahu betul, bagaimana dulu Ayana rela di jodohkan dengan sosok pria, yang hanya menganggap pernikahannya sebagai malapetaka.

Dan tak lama itu gawai Bik Sumi bergetar dibalik saku seragam pelayannya.

Nyonya Anita.

"Hallo, bagaimana Nyah? Oh baik Nyah, saya kesana."

Begitu panggilan terputus, Bik Sumi langsung saja kembali menuju rumah utama.

*** ***

Di dalam kamar, Rama baru saja selesai mandi dengan handuk kecil yang masih ia usapkan untuk mengeringkan kepalanya.

Waktu sudah menujukan pukul 17.15 wib.

Rama berjalan ke arah balkon, meregangkan ototnya, hingga suara dering gawainya mampu mengalihkan fokusnya saat ini.

Wajah yang semula cerah segar, tetiba muram, tegang, bahkan tanganya menggantung beberapa detik demi terkumpulnya niat untuk mengangkat panggilan dari seseorang itu.

Rupanya panggilan dari Tuan Ibrahim.

Sembari menarik nafas dalam, Rama mulai berbicara, "Hallo Pah, ada apa?"

"Rama, ada yang ingin Papah bicarakan mengenai lamaranmu dengan Mawar," ucap Tuan Ibrahim terkesan dingin.

Rama berjalan sampai pembatas balkon. Pria itu menatap jauh kedepan, sambil satu tangannya menekan kuat pagar besi. Barulah setelah itu ia menjawab, "Papah pasti menanyakan perihal ijin dari Ayana 'kan? Kalau masalah itu, Papah nggak usah khawatir. Ayana sudah menandatangani surat penyataan itu."

Deg!

Di sebrang, Tuan Ibram terkejut. Bagaimana menantunya itu memberikan restu untuk suaminya menikah lagi. Tapi, diamnya Tuan Ibrahim bukan sebuah tuntutan besar. Ia rasa, ada kejanggalan dalam masalah satu ini.

Padahal, jauh-jauh itu Tuan Ibrahim sudah mewanti-wanti Ayana agar tidak terkecoh dengan ucapan Rama untuk memberinya restu buat menikah.

"Tanda tangan? Bagaimana mungkin Ayana bisa merestui pernikahan kalian?" Tuan Ibrahim menjeda kalimatnya sejenak, "Atau jangan-jangan kamu memaksa Ayana, Rama? Katakan yang sejujurnya pada Papah?!" Sentaknya di sebrang.

Rama malah tertawa remeh. Ia merasa menang, terbebas dari ancaman sang Ayah.

"Pah, sudahlah... Yang terpenting Ayana sudah memberiku izin untuk menikah. Dan... Papah harus pulang untuk menyaksikan acara sakralku nanti."

Tuan Ibrahim diam-diam air matanya menetes lirih. Sebagai seorang Ayah, entah mengapa dadanya terasa sesak, merasakan putranya sendiri begitu tega berbuat keji terbadap istrinya.

"Baik, Papah akan usahakan pulang." Setelah mengatakan itu, panggilan terputus sepihak oleh Tuan Ibrahim.

Rama kembali menyimpan gawainya diatas meja sekilas. Ia kembali menatap sekitar rumahnya melalui lantai dua. Namun tiba-tiba matanya menyipit.

Sebab posisi kamar Rama yang berada di sebrang paviliun, jadi ia dapat melihat aktivitas putranya-Zeva, bocah kecil yang tak pernah mendapat hak kasih sayang darinya. Sementara sore itu, entah Ayana pergi kemana, hingga wanita itu tidak melihat, jika Zeva sedang bermain sepeda roda tiga di teras sendirian.

Jantung Rama berdegup kencang, kala sepeda yang Zeva naiki hampir saja terpeleset di ujung teras Paviliun. Sebab teras Paviliun agak tinggi, jadi salah satu roda sepeda Zeva terjatuh, dan menyebabkan bocah kecil itu menangis ketakutan.

Kedua mata Rama hampir lepas, bingung apa yang harus ia perbuat.

Huaaa.....

"Ibu... Tolon, Ibu...."

Hati Rama mendesak kuat agar pria itu segera menolong putranya. Akan tetapi, kedua kakinya seakan terkunci kuat, hingga tubuhnya terasa kaku untuk ia gerakan.

"Zeva akut, Ibu... Tolonin Zeva, Ibu...." Tangisan Zeva pecah, terasa miris, namun tak mampu mencairkan hati Ayahnya sendiri.

Barulah, disaat kedua kaki Zeva sekuat tenaga untuk menahan sepedanya agar tidak jatuh, malah kaki kiri Zeva terpeleset hingga bocah kecil itu terjatuh, namun masih mencoba bertahan di ujung teras.

Tangisan Zeva pecah.

Huaaaa..... Hiks... Hiks...

Sementara Ayana, ia baru saja selesai menyiapkan masakan untuk menu makan malam bersama para pelayan lainnya. Sejujurnya Ayana tadi sudah membawa Zeva agar duduk tenang di dekatnya. Namun bocah seusia Zeva memang lagi aktif-aktinya ingin tahu banyak hal.

"Zeva... Kamu dimana sayang?" teriak Ayana dari arah dapur menuju pintu tengah Paviliun.

Dan seketika Ayana mendengar suara tangisan putranya. Ia bergegas mendekat kearah teras, hingga...

"Ya Allah, Zeva...."

Ayana segera mengangkat putranya, dan barulah sepeda Zeva terjatuh di bawah teras.

"Ibu... Zeva atut. Kaki Zeva akit, Ibu...." rengek Zeva di sela isakan tangisnya.

Rama menghentikan langkahnya di ujung tangga balkon. Di balkon kamarnya terdapat tangga kecil, yang biasa Rama gunakan untuk sekedar jogging, agar tidak melewati rumah utama.

"Tenang ya, Sayang... Ada Ibu disini. Maafin Ibu, ya... Tadi Ibu sibuk sampai nggak merhati'in Zeva," lirih Ayana sambil menenangkan putranya.

Dan ketika ia menoleh, Ayana dapat melihat suaminya yang hanya diam saja tanpa pergerakan apapun. Padahal jika Rama bergerak lebih dulu, kaki Zeva tidak akan sampai sakit karena terperosot.

Sorot mata Ayana begitu menusuk. Rasa lelah dan kecewa menjadi satu, namun tak dapat ia tuang dalam satu cawan yang sama.

Bahkan, dada Ayana sampai terasa sesak, menggumpal kuat penuh kebencian.

Setelah itu, ia bergegas masuk kedalam paviliun dan mengunci pintu dengan cepat.

Rama hanya dapat menelam ludah kasar. Ia juga tak menyangka, yang biasanya begitu acuh pada Zeva, begitu melihat putranya kesakitan, hati kecilnya terdorong kuat agar segera menjadi pelindung bagi bocah kecil itu.

"Mas Rama... Kamu ngapain lihatin Paviliun sampe begitu?" Teriak Milya dari atas balkon kamar Rama. "Mas Rama... Kamu di panggil Mamah!"

Rama tersadar. Ia hanya mendongak keatas sekilas, lalu segera pergi dari sana.

*

*

Rama sudah tiba di ruang tengah. Bu Anita bangkit, dan meminta putranya untuk duduk.

"Ada apa, Mah?"

Bu Anita meletakan majalahnya di atas meja. Ia menyerongkan duduknya ke samping, lalu berkata, "Rama... Apa Papahmu sudah menelfon? Bagaimana... Bagaimana tanggapan Papah tentang tanda tangan Ayana?"

"Ibu... Akit kaki Zeva, Bu... Huaaa...."

Tiba-tiba saja tangisan miris Zeva berputar kembali dalam ingatan Rama. Ia hanya mampu terdiam kaku, bahkan beberapa ucapan Mamahnya ia abaikan.

"Rama... Kamu kenapas sih? Kamu ngalamunin apa coba?" geram Bu Anita.

Lagi-lagi Rama bagaikan orang linglung. Ia baru sadar, dan agak mengernyit menatap Mamahnya. "Emangnya Mamah tadi bilang apa?"

"Rama... Bagaimana tanggapan Papah soal pernyataan izin dari Ayana?"

"Papah pasti akan mendukung apapun yang terbaik bagi Rama. Papah sendiri 'kan, yang memberi syarat itu?" Rama kembali mengingat kalimat Ayahnya beberapa bulan yang lalu.

Bu Sintia tersenyum puas. Ia sudah tidak sabar agar Rama segera menikahi Mawar. Namun detik kemudian, Bu Sintia kembali menatap putranya.

"Oh ya, Rama... Kapan kamu menceraikan Ayana?"

Deg!

1
Sasikarin Sasikarin
lpn selesai penderitaan nya... skip dulu tgu 1 bln ke depan tengok lagi
Daulat Pasaribu
jgn sampai kau buat kesalahan fatal rama,kasihan zeva
Daulat Pasaribu
aku sih gk mau si rama sama ayana pisah,klo bisa jgn sampai kesalahan si rama fatal
Daulat Pasaribu
pasti si milya yg curi.jgn sampai si rama bodoh kesekian kalinya.mau mauan ketipu sama ibunya
Rieya Yanie
mungkin sebaiknya ayana pergi saja dr pada km, zefa dan ibumu makan ati dan diinjak ijak tiap hari
Daulat Pasaribu
takutnya si rama ingkar janji besok,kasian si zeva uda senang
Septi.sari: palingan nanti juga lupa kak😭
total 1 replies
Dini Anggraini
Jangan mau ayana itu jebakan dari myla agar kamu masuk dan menuduhmu mencuri uangnya anita bunda author tolong jangan jahat2 sama ayana padahal pencuri sebenarnya myla sendiri dan di berikan Brandon kemarin. 🙏🙏😍😍😍
Septi.sari: si milya biang kerok🤧
total 1 replies
Dini Anggraini
Apa yang membunuh irsyad pacarnya myla ya bunda author dan pak susilo juga yang membunuh orang yang sama tapi kenapa hanya irsyad, Rama tidak di bunuh juga. Semoga segera terpecahkan misteri pembunuhan irsyad dan pak susilo tapi saat mawar sudah bahagia dan sukses setelah keluar dari rumah neraka itu bunda. Q tunggu penyesalan Rama, ibu anita dan myla karena telah melepaskan berlian demi batu kali dan mawar menantu kesayangannya gak bisa apa2 bisanya hanya menghabiskan uangnya Rama saja saya tidak sabar menunggu penyesalan keluarga itu bunda author. 🙏👍👍👍😍😍😍
Dini Anggraini: maaf kak komentar saya salah yang sukses ayana bukan mawar keenakan dong mawar sudah jadi pelakor hidup bahagia sama Rama. 🙏🙏🙏
total 3 replies
Dew666
💃💃💃💃💃
Daulat Pasaribu
lawan aja terus ayana,emang dia aja yg boleh selingkuh.klo bisa balas ayana kamu pun brarti dimata pria lain
Septi.sari: Ayana mah gas aja🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
ntah kenapa aku curiga thor si arsyad,abangnya rama masih hidup.klo terbukti mamanya rama yg sengaja membunuh arsyad.apa gk nyesal si rama salah balas dendam sama ayana
Septi.sari: biar nyesel aja kak🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
apa gk menyesal seumur hidup sirama klo tau abangnya dibunuh sama mamanya sendiri.salah balas dendam ama ayana.
Septi.sari: ntar ada plot twistnya kak🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
giliran si ayana uda mau nyerah sok sok an si rama merasa korban
Septi.sari: playing victim banget🤭
total 1 replies
Daulat Pasaribu
mau nya papa ibrahim nikah lagi biar tau si anita rasanya dipoligami
Rieya Yanie
bu Anita jahat banget klo g mau sama ayana minimal kan sayang sama zeva
Septi.sari: ini cucu aja ngga di akuin lo kak🤧
total 1 replies
Dew666
🔥🔥🔥🔥🔥
Daulat Pasaribu
kok aku nebaknya malah mamanya si rama ya.ibu tiri rupanya ku kira ibu kandung
Septi.sari: iya kak, ibu tirinya Arsyad.
total 1 replies
Siti Koyah
ini mh kaya nya ulh si anita mak tere
Septi.sari: biar anaknya lebih unggul kak🤭
total 2 replies
Daulat Pasaribu
gk sabar sih liat penyesalan si rama
Septi.sari: nanti kita liat sama2 kak🤭
total 1 replies
Dew666
👄❤️‍🩹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!