Seorang gadis bernama Anantari yang bercita-cita dirinya menjadi seorang ratu istana kerajaan. Perjuangan menjadi ratu kerajaan tidaklah mudah. Ketika ia ingin mewujudkan mimpi sebagai seorang ratu—terlalu banyak sekali hal yang harus ia hadapi, halangan-demi halangan terus menghampiri.
Namun ia adalah seorang gadis yang hebat. Dan tidak pernah menyerah akan mimpinya. Itu semua ia jadikan petualangan, sebuah petulangan yang panjang yang penuh lika-liku, dan Anantari selalu menjalani petualangannya menjadi seorang ratu dengan sangat riang gembira. Walaupun tidak mudah Anantari mencoba tidak menyerah, sampai mimpi menjadi seorang ratu terwujud.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikhlas M, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
“Oh begitu. Sepertinya nenek kamu sudah banyak pengalamannya.” Sahut Anantari.
“Eh kita harus segera ke istana. Sepertinya sang raja akan menyampaikan amanat kerajaan.” Ajak Esa kepada Anantari dan Wira.
Lalu di halaman depan istana, sang raja di temani sang ratu, juga penasihat-penasihat kerajaan menyampaikan sebuah amanat.
Raja menyampaikan perasaannya atas para prajurit baru. Dia takjub dan terkesan ketika para prajurit barunya sangatlah kuat. Lalu mereka di mintai untuk mengucapkan sebuah ikrar (janji) mereka kepada tanah kerajaan. Raja berharap mereka selalu setia mengabdi pada tanah mereka. Dan siap mati jika harus menghadapi medan pertempuran.
“Ada orang-orang asing yang hendak berkunjung ke tanah kita. Mereka mulai berdagang dan berbaur dengan rakyat-rakyat tanah ini. Namun mereka tahu jika tanah kita mempunyai sumber daya alam yang sangat melimpah.
Mereka lalu menetap di sini dan mulai memonopoli perdagangan di wilayah kita. Semakin hari mereka semakin tidak terkendali. Mereka lalu mengambil wilayah-wilayah kita.
Aku sangat mengecam keras perbuatan keji itu, dan aku berharap kalian siap jika harus berperang melawan mereka, dan mengambil alih tanah kerajaan milik kita!” Seru sang raja.
“Baiklah jika ini adalah jalan pertamaku menjadi seorang ratu kerajaan, aku akan bersedia untuk itu. Aku akan mempertaruhkan jiwa ragaku untuk tanah kerajaan. Dan melindungi sang raja dan ratu adalah kewajiban bagiku. Terutama sahabat-sahabatku. Juga Esa yang selalu menemaniku sedari aku masih belia.” Batin Anantari.
...----------------...
Di sebuah pohon rindang di pinggiran danau hijau. Anantari dan romonya (ayahnya) sedang berlatih bersama.
“Brakkk!” Tendangan Anantari di tahan oleh lengan sang romo. Dia memuji Anantari, semakin hari dirinya semakin kuat saja. Anantari tersenyum. Romonya mulai yakin bahwa nanti dirinya akan kuat seperti dirinya.
“Putri romo semakin hari semakin berkembang. Kamu semakin kuat nak!” Seru romonya sambil tersenyum.
“Kamu ketika besar nanti ingin menjadi apa putriku?” Tanya sang romo.
“Jadi ratu romo. Aku ingin membantu orang-orang di tanah kerajaan ini. Aku harap bisa berguna untuk orang-orang di masa depan nanti.
Romonya takjub. Tidak menyangka anaknya berhati mulia. Karena jarang sekali seorang gadis kecil yang sebaya dengannya berpikiran demikian, dan romonya sangat terkesan kepada Anantari. Dia mempunyai seorang gadis yang hebat.
Romonya adalah seorang bangsawan. Dia sangat di segani oleh semua orang. Termasuk musuhnya yang sangat segan, ketika berhadapan atau berperang dengan romonya Anantari.
Mereka tak kuasa jika harus melawannya di medan pertempuran. Karena romonya begitu kuat, juga cepat dalam bertarung.
Dia (romonya Anantari) sering menggunakan baju Ziarah besi kemanapun ia pergi. Sangat gagah sekali. Tubuhnya sangat tinggi. Juga otot-ototnya besar. Pantas saja lawan-lawannya takluk dan tunduk padanya.
Namun suatu hari romonya terkena penyakit mematikan. Dia tak kuasa menahan penyakit tersebut. Hingga dia menghembuskan napas terakhirnya. Dan dia berpesan kepada Anantari. Untuk bisa mengejar mimpinya menjadi sang ratu istana kerajaan.
Romonya akan selalu mendoakannya dan selalu mendukungnya. Lalu matanya terpejam. Romonya wafat. Dia meninggalkan pesan terakhirnya.
"Romo sangat menyayangi kalian anakku, Anantari, Laksmi. Aku sepertinya harus pergi terlebih dahulu, jaga diri kalian baik-baik. Dan pesan Romo untuk Anantari. Jadilah kuat seperti Romo, agar kelak kamu bisa menjaga ibumu dan kakakmu, Romo pikir hanya kamu gadis yang mahir bela diri di keluarga kita. Kakakmu (Laksmi) sungguh sangat menyayangimu. Dia setiap sore sering bercerita tentangmu, di dekat danau hijau kepada Romo, dia sungguh sangat menyayangimu Anantari. Jagalah dia. Romo sangat menyayangi kalian berdua. berjuanglah anak-anakku, Jadilah kuat seperti Romo!"
“Romo, jangan tinggalkan aku dengan ibu. Aku mohon! Romo! Mengapa kamu pergi meninggalkan kami?" Tanya Anantari sambil tersedu dan menangis di pinggiran romonya, terlihat ia menggoyangkan bahu romonya. Ia tak kuasa menahan air matanya yang berlinang tak terbendung.
Setiap sore hari, dia bersama dengan romonya selalu berlatih di danau hijau itu. Kini dia hanya bisa berlatih sendirian saja. Dia sangat terpukul kala itu.
...----------------...
Di sore hari di pinggiran danau hijau, ketika Anantari hendak berlatih tiba-tiba dia di datangi seorang anak laki-laki yang usianya tidak jauh berbeda dengannya. Dia adalah Esa. Teman sedari kecil Anantari. Hari itu adalah pertemuan mereka pertama kali, di danau hijau seribu kenangan. Esa menyapa.
“Hei gadis kecil, sedang apa kamu sendirian di sini?” Tanya Esa.
Waktu itu Esa lebih tinggi daripada Anantari.
Lalu Anantari hendak menjelaskan, dirinya sedang berlatih teknik pernapasan. Dan dia menjelaskan teknik tersebut kepada Esa. Lalu mereka mulai berlatih bersama di sore itu.
“Oh teknik itu. Aku juga mendengar dari ibuku, bahwa ada seseorang di leluhur keluarga kami yang hampir sama menggunakan teknik tersebut. Namun teknik itu hanya bisa di bangunkan ketika dalam puncak kemarahan saja.” Gumam Esa.
Anantari lalu berkenalan dengan Esa. Itu adalah awal pertemuan mereka. Mereka mulai berlatih bersama di danau hijau seribu kenangan. Mereka tertawa, gembira. Juga Anantari yang mempunyai teman baru di saat dia kehilangan ayahnya.
Mereka mulai tumbuh besar di pinggir danau itu, dan mereka setiap sore hari sangat rajin berlatih bersama.
...----------------...
Di sore hari di istana kerajaan Arcania, raja dan para prajurit mulai berkumpul akan melakukan peperangan, mengambil alih kembali wilayah kerajaan. Sang raja membagi para prajurit menjadi 5 bagian.
Yang pertama adalah pasukan Naga Samudra. Pasukan yang di pimpin oleh Anantari. Berjumlah seratus orang prajurit. Dan kedua adalah pasukan Kilat Merah. Yang berjumlah 200 prajurit. Pasukan yang di pimpin oleh teman baiknya Anantari yaitu pasukannya Esa. Dan bagian ketiga adalah pasukan Angin Barat. Berjumlah 150 orang prajurit. Pasukan yang di pimpin oleh Wira (sang pengendali angin).
Ke empat adalah pasukan Gerak Cepat yang di pimpin oleh Kalang (orang yang berambut keriting yang melawan seseorang berbadan besar). Berjumlah 100 prajurit. Lalu yang terakhir yang ke lima, adalah pasukan Prajurit Tangguh, pasukan yang di pimpin oleh Wiraguna (seseorang yang selalu membawa haltere). Berjumlah 250 prajurit. Mereka lalu bergegas ke medan peperangan.
Di tengah perjalanan di saat hendak akan berperang, tiba-tiba musuh menghadang. Sang raja dan para prajurit mulai bersiap untuk pertarungan. Mereka tahu bahwa kerajaan Arcania akan mengambil alih wilayah perdagangan.
Karena ada seseorang Agen Telik Sandi (sebuah agen mata-mata di zaman kerajaan). Yang membocorkan informasi tentang kerajaan Arcania kepada para musuh, yang merebut wilayah perdagangan kerajaan Arcania.
“Kalian bergegas lah cepat ke medan pertempuran. Biarkan musuh-musuh ini akan ku hadang bersama pasukan Kilat Merah.” Sahut Esa memberi perintah.
Raja mengangguk. "Aku serahkan ini padamu prajurit hebat ku. Aku yakin kamu bisa mengalahkan mereka."
Lalu raja dan para prajurit istana mulai menuju ke medan pertempuran.
“Sepertinya mereka sudah tahu informasinya. Bahwa aku akan merebut kembali wilayahku, aku yakin mereka telah mempersiapkan semuanya. Baiklah, jika harus berperang. Aku akan memenangkan peperangan ini. Karena tanahku, para prajurit dan seluruh rakyat Arcania adalah bagian dari diriku.” Batin sang raja menggebu-gebu.
Ketika hampir sampai mereka di hadang oleh pasukan kedua musuh. Benar saja pasukan musuh telah mengetahui semuanya. Sang raja dan para prajurit Arcania mulai di hantam oleh panah-panah yang berterbangan. Wiraguna mulai menahan serangan dengan Halterenya. Lalu ia melemparkan Halterenya ke arah musuh.
“Brrrrrr!” Dengan cepat Haltere itu melesat ke arah musuh.
“Prakk, prakk, prakk!” Musuh tumbang sebagian di hantam oleh Haltere Wiraguna. Kalian cepat lah bergegas. Serahkan para musuh-musuh lemah ini kepadaku!” Seru Wiraguna.
“Baik. Prajurit tangguhku!” Sahut sang raja.
Lalu mereka bergegas ke medan pertempuran.
Hanya tersisa dua pasukan yang melaju ke medan pertempuran. Mereka terus berlarian dengan menggunakan satu orang satu ekor kuda.
Dan Raja, Anantari, juga Kalang mereka berada di barisan paling depan.