NovelToon NovelToon
HUJAN DI REL KERETA

HUJAN DI REL KERETA

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Romantis
Popularitas:839
Nilai: 5
Nama Author: Toekidjo

Hujan..
Semua pasti pernah mengalaminya..

Ada banyak cerita dibalik hujan, ada cerita bahagia dan tidak sedikit juga yang menggambarkan hujan sebagai cerita sedih..


Hujan..
Yang pasti adalah sesuatu yang menyebalkan..


Tapi arti sesungguhnya dari hujan adalah anugerah TUHAN


HUJAN DI REL KERETA ini adalah sebagian kecil cerita dari yang terjadi dibalik hujan..


Hujan yang awalnya membawa bahagia…
Tapi hujan juga yang merenggut kebahagiaan itu..

Akankah hujan mengembalikan kebahagiaan yang pernah direnggutnya?


Sebuah kisah sederhana, berlatar belakang di sebuah desa terpencil, dengan kehidupan pedesaan pada umumnya.


Semoga bisa menambah pengalaman membaca dan menemani waktu teman-teman semua.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Surprise dari Alfiah

Jarum jam didinding ruang tamu menunjukan pukul delapan malam, kondisi rumah Eris sudah ramai oleh teman yang datang.

Karena memang setiap malam rumah Eris seperti dijadikan markas atau tempat untuk berkumpul.

Ada yang menonton tv, ada yang bermain karambol, catur, kartu, gaple dll

Hal ini bukan tanpa sepengetahuan kedua orang tua Eris, tapi justru merekalah yang menyediakan sarana tersebut. Mereka khawatir dirumah Eris akan merasa kesepian karena ditinggal merantau. 

Eris duduk di sofa ruang tamu bersama empat orang temanya, Johan, mas Edi dan Ubed. Mereka duduk melingkar saling berhadapan, di tangan masing-masing memegang kartu remi.

“Ayolah, joker mana ini joker” ucap Eris sembari tangannya meraih tumpukan kartu ditengah meja

“Haha, ngimpi!! Joker ne di tempatku ada empat” seru Johan dengan nada meledek.

Johan bertingkah santai karena hari ini sepertinya hari keberuntungan nya dapat kartu bagus terus. Dari awal mulai belum pernah kalah sekalipun

Berbeda dengan Ubed dan mas Edi yang tampak serius memperhatikan kartu yang sudah terbuka di meja, dan sepertinya sedang menghitung kemungkinan dengan kartu yang saat ini mereka pegang.

Sesekali memegangi jepitan jemuran baju yang berada dagu dan telinga kanan mereka karena lama-kelamaan akan terasa panas dan sakit.

Kondisi Eris paling mengenaskan, jepitan jemuran baju bukan cuman di telinga kanan dan dagu saja. Melainkan di masing-masing telinga terjepit dua jepitan di dagu juga dua.

Banyaknya jepitan baju adalah menandakan banyaknya mereka kalah.

Tapp!!... suara kartu dibanting ke meja  “Full house!!!!” Seru Johan sembari menurunkan semua kartu yang ada di tangan.

“Eris kamu kalah lagi,” ucap Ubed sembari menunjuk ke arah Eris

“Kalah lagi - kalah lagi “ gerutu Eris sambil merapikan kartu yang berserakan di meja.

“Udah ah, aku berhenti main!” Ucap Eris dengan wajah lemas

“Yaelah, baru segitu aja uda nyerah! Jepitan baju masih banyak ini!!” Seru Johan

“Sepertinya hari ini aku lagi apes, kita lanjutkan besok lagi” jawab Eris. Kemudian bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki menuju kamar.

“Aku mau tidur” Eris berkata dari dalam kamar dan mulai merebahkan tubuhnya diatas kasur.

...****************...

*Dikamar Fatia*

Fatia sedang berbaring ditempat tidurnya mendekap erat boneka doraemon berwarna biru kesayanganya sedari kecil. Matanya sudah sayu menahan kantuk, tetapi pikirannya belum sepenuhnya rela untuk segera tidur.

Banyak hal yang sedang dia pikirkan, tentang perjalanan hidup yang akhir-akhir ini dia alami.

Betapa hatinya tertutup sangat rapat untuk kehadiran cinta dari seorang laki-laki.

Tidak terhitung berapa banyak cowok yang menyatakan perasaan kepadanya sewaktu masih tinggal di kota, tapi tak satupun dari mereka mampu meluluhkan hatinya, jangankan luluh terbuka pun tidak, jangankan terbuka tersentuh pintunya pun belum pernah ada yang bisa melakukan.

Sedangkan di desa yang sangat terpencil ini, Fatia baru menginjakan kaki selama beberapa hari. Pertemuannya dengan Eris sepertinya telah menggoyahkan pertahanan hati yang selama ini dia jaga. 

Fatia ingat benar saat bertemu dengan Eris, ada perasaan lain yang hatinya rasakan, seolah ingin bergetar, jantungnya berdebar disertai perasaan gugup yang tak tertahankan.

Sebuah perasaan yang dia sendiri tidak bisa menjelaskan nya. Rasa nyaman saat berada disampingnya, tertawa bercanda, serasa ingin selalu bersamanya.

Seolah sudah mengenal lama, pada kenyataanya itu adalah jumpa pertama denganya.

Keinginan hati terus membayangkan saat-saat bersama Eris, tapi rasa kantuk telah menguasai seluruh alam sadarnya, membuatnya pasrah terbaring lelap dalam tidur cantiknya. 

Fatia tertidur dalam belaian malam yang sunyi, mendekap boneka doraemon  berwarna biru kesayanganya.

...****************...

*dikamar Eris*

Eris terbaring diatas kasur, matanya masih belum bisa terpejam. Bayangan Fatia yang selalu datang menghantuinya setiap waktu, membuatnya tidak bisa berpikir dengan fokus untuk hal lain. Itulah sebabnya dalam permainan kartu tadi dia selalu kalah.

“Hufftttt” suara hempasan nafas Eris terdengar berat, kemudian mencoba kembali berusaha memejamkan matanya, menepis bayangan Fatia yang masih saja membayanginya, dengan berganti posisi miring kekiri dan kekanan, walau tidak mudah pada akhirnya rasa kantuk melahap kesadaranya. Terlelap bersama malam dengan gelapnya.

...****************...

Keesokan paginya.

Terbangun dari tidurnya Eris mendapati kamarnya sudah terang benderang karena tata letak kamarnya menghadap ke timur, jadi cahaya matahari terbit dapat langsung masuk ke kamarnya.

Masih menahan kantuk Eris beranjak dari kamarnya menuju ruang tamu, disana dia melihat mas Edi yang masih tidur terbaring di sofa, kemudian matanya menoleh ke arah karpet didepan tv, Johan juga dalam kondisi sama.

Bukanya membangunkan mereka, Eris justru mendekat ke arah Johan dan berbaring disana dan melanjutkan tidurnya..

Sekitar jam sembilan nenek datang untuk mengantar sarapan, kondisi rumah masih tertutup pintunya.

Nenek sudah mencoba mengetuk beberapa kali tidak ada jawaban. 

“Pasti, masih pada tidur” gerutu nenek, kemudian membuka pintu dan benar setelah pintu dibuka nenek melihat ketiganya masih tertidur pulas. 

Tidak berniat membangunkan mereka karena hari ini hari minggu, Eris libur kerja.

Dengan hati-hati nenek melangkahkan kaki berjalan ke arah meja tamu kemudian menaruh piring yang dia bawa ke atas meja.

Singkong goreng dan beberapa pisang goreng tampak masih mengeluarkan asap, pertanda masih panas kemungkinan barusan digoreng.

Setelah itu nenek melangkah keluar dan menutup pintu.

...****************...

*Ditempat Fatia*

Fatia sedang berada di kamarnya, terlihat sibuk memilah-milah peralatan dan memasukanya kedalam tas kerjanya, sepertinya sedang mempersiapkan perlengkapan untuk hari pertamanya kerja besok. 

Tidak berapa lama ada sudara ketukan pintu depan,

“Tok-tok-tok, Fatia.. kamu lagi ngapain?” Teriak Alfiah dari depan pintu

Fatia beranjak dari duduknya, kemudian berjalan ke arah pintu, kemudian membukanya

“Eh Alfiah, aku lagi nyiapin keperluan buat besok kerja, Ada apa?” Jawab Fatia

“Uda gak sibuk lagi kah?” Tanya Alfiah.

“Emmm, nggak sih udah selesai semua, nyuci baju udah, nyapu ama ngepel juga udah. Kenapa memangnya?” Tanya Fatia

“Ikut yuk..!” Ucap Alfiah bersemangat

“Kemana?” tanya Fatia

“Disuruh mamah anterin sayuran hasil metik di kebun ke rumah saudara” jawab Alfiah

“Emmmm.. ayo!!..” ucap Fatia bersemangat

Di Sepanjang jalan Alfiah dan Fatia berbincang ringan, sembari menikmati suasana pedesaan yang menyejukkan mata.

Matahari memang sudah meninggi kira-kira jam sepuluh pagi, walau sinarnya lumayan panas tapi banyaknya pepohonan di kanan-kiri jalan mampu menahan sinarnya sehingga udara yang berhembus begitu sejuk.

Setibanya di sebuah tikungan jalan, sambil menunjuk ke arah kiri Fatia bertanya

“Jalan ini kalau kesana kemana?”

“Ke Arah kota Bumiayu” jawab Alfiah

“Oh, kalau kesana?” Tanya Fatia lagi sambil menunjuk ke arah depan

“Kalau kesana, lurus terus sampai ke hutan. Tapi dengar-dengar kata orang sudah ada pemukiman baru namanya Maribaya” jawab Alfiah

Kemudian mereka melanjutkan langkah, beberapa menit kemudian setelah melewati beberapa rumah, tibalah mereka di sebuah rumah dengan gaya bangunan lama seperti gaya rumah jaman belanda.

“Kita sudah sampai” kata Alfiah sambil menunjuk rumah tersebut dan langsung melangkah mendekatinya.

“Tok-tok-tok” sesampainya di depan pintu Alfiah langsung mengetuk

Sekali, dua kali bahkan ketukan pintu yang ketiga kalinya tetap tidak ada yang merespon.

“Mungkin nenek Tonah sedang tidak ada dirumah” ucap Alfiah

“Trus gimana?” Sahut Fatia

“Emmmm… coba kita ke rumah pakde Dzaid deh” jawab Alfiah

Sengaja Alfiah tidak menjelaskan ke Fatia siapa itu nenek Tonah dan pakde Dzaid, bahwa mereka adalah nenek dan ayah Eris biar Fatia surprise saat bertemu dengan mereka.

Dalam deretan bangunan yang sama, dua pintu rumah setelah rumah nenek Tonah, mereka berhenti tepat di depan pintu yang masih tertutup rapat.

“Tok-tok-tok” Alfiah langsung mengetuk pintu

Tidak berapa lama seseorang membuka pintu, dalam kondisi bangun dari tidur. Rambut acak-acakan, mukanya kusut ciri khas orang baru bangun tidur.

Ekspresi kaget terlihat dari orang tersebut,

“Alfiah.. Fatia…!” Kata Eris yang tidak mampu menyembunyikan kekagetan nya.

Ekspresi yang sama juga terlihat dari wajah Fatia yang berdiri dibelakang Alfiah.

1
Astarestya
/Sob/
Astarestya
/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!