Amelia ,seorang janda yang diceraikan dan diusir oleh suaminya tanpa di beri uang sepeserpun kecuali hanya baju yang menempel di badan ,saat di usir dari rumah keadaan hujan ,sehingga anaknya yang masih berusia 3 tahun demam tinggi ,Reva merasa bingung karena dia tidak punya saudara atau teman yang bisa diminta tolong karena dia sebatang kara dikota itu ,hingga datang seorang pria yang bernama Devan Dirgantara datang akan memberikan pengobatan untuk anaknya ,dan kebetulan dia dari apotik membawa parasetamol ,dan obat itu akan di berikan pada Reva ,dengan syarat ,dia harus mau menikah dengannya hari itu juga ,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjay22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan Devan ingin menikahi Amelia
Amelia duduk di kursi tunggu rumah sakit, memeluk Bayu yang akhirnya tertidur pulas setelah infus dan obat penurun panas bekerja. Matanya berat, tapi dia tidak berani tidur. Takut kalau ini semua hanya mimpi,dan begitu terbangun, dia masih di teras toko, basah kuyup, sendirian.
Semalam setelah kesepakatannya dengan Devan ,Bayu segera dibawa kerumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan .
"Terimakasih ,Tuan sudah membawa putra saya kerumah sakit ."
"Iya ,itu semua sudah menjadi janji saya."
Devan Duduk di bangku sebelahnya , memegang secangkir kopi hangat yang baru dibelinya dari mesin otomatis. Jas hujannya sudah diganti dengan kemeja putih bersih, rambutnya rapi, tapi matanya sedikit memerah,mungkin tidak tidur karena begadang.
“Kamu tidur saja sebentar,” katanya pelan, suaranya rendah tapi hangat. “Aku yang jaga Bayu.”
Amelia menggeleng pelan. “Nggak apa-apa, Aku nggak bisa tidur sekarang.”
Devan mengangguk. Dia tidak memaksa. “Kita ke KUA jam sembilan. Masih ada waktu. Tapi kamu perlu ganti baju. Dan mandi.”
“Tapi… aku nggak bawa apa-apa.”
“Tenang ! Aku sudah telepon asistenku. Dia akan bawa pakaian untukmu dan Bayu. Juga perlengkapan mandi.”
Amelia terdiam. “Anda serius ya?”
Devan menatapnya, lalu tersenyum kecil. “Kalau aku tidak serius, aku nggak akan duduk di sini jam lima pagi, minum kopi murah, sambil nunggu anak orang sembuh demam.”
Amelia hampir tertawa tapi air matanya malah jatuh. Cepat-cepat dia mengusapnya. “Maaf,Aku cuma nggak nyangka semalam bisa berakhir begini.”
“Kadang hidup memang nggak masuk akal,” kata Devan sambil menyesap kopinya. “Tapi justru di saat-saat kayak gini, kita tahu siapa yang benar-benar peduli.”
Mereka diam lagi. Tapi kali ini, keheningannya tidak canggung. Ada semacam kenyamanan yang tumbuh perlahan seperti dua orang asing yang tiba-tiba sadar mereka sedang berada di perahu yang sama, di tengah badai.
***
Jam delapan pagi, asisten Devan datang,seorang pria paruh baya bernama Pak Herman,membawa tas besar berisi pakaian, handuk, dan perlengkapan bayi. Amelia mandi di kamar mandi rumah sakit, memakai gaun sederhana berwarna krem yang ternyata pas di badannya. Bayu juga diganti baju ,kaos kecil bergambar dinosaurus yang membuatnya tersenyum saat terbangun.
“Dia lucu,” kata Devan, melihat Bayu mengucek matanya.
“Namanya Bayu,” kata Amelia, suaranya lebih tenang sekarang.
“Bayu ” Devan mengulang, seolah mengingatnya. “Nama yang bagus.”
Mereka sarapan di kantin rumah sakit nasi uduk sederhana, telur, dan teh hangat. Bayu makan dengan lahap, tanda demamnya benar-benar turun. Amelia merasa lega, tapi juga gugup. Hari ini, dia akan menikah. Lagi. Dengan lelaki yang baru dikenal semalam.
“Kamu nggak takut?” tanya Devan tiba-tiba, seolah membaca pikirannya.
“Takut… iya,” jawab Amelia jujur. “Tapi lebih takut kalau Bayu sakit lagi dan aku nggak bisa bantu apa-apa.”
Devan mengangguk. “Aku juga takut.”
Amelia menatapnya heran. “Kamu? Takut?”
“Iya. Takut gagal. Takut nggak bisa jadi suami yang baik. Takut ibuku tetap nggak mau dioperasi meski aku sudah menikah.” Dia menarik napas. “Aku nggak pernah menikah karena cinta. Tapi aku juga nggak mau menikah cuma jadi sandiwara kosong.”
Amelia diam sejenak. Lalu, “Kalau kita saling jujur… mungkin ini bisa jadi awal yang baik. Meski bukan cinta.”
Devan menatapnya, lalu mengulurkan tangan. “Deal?”
Amelia ragu sejenak, lalu menyambut tangannya
"Sebenarnya apa yang membuat Tuan meminta saya untuk menikah ?,dan menjadi istri tuan?" Amelia memberanikan diri bertanya pada Devan .Devan hanya diam dan hanya meliriknya saja
"kamu nggak usah panggil aku ,Tuan ! sebentar lagi kita menikah rasanya tidak enak didengar kalau kamu memanggil aku Tuan ." ucap Devan dengan menatap Amelia
"Terus saya harus memanggil anda siapa ?"
"Terserah ! suka suka kamu ! yang penting kamu jangan panggil aku Tuan Karena aku bukan majikanmu ."
Amelia nampak terdiam dia nampak berpikir apa panggilan yang cocok untuk pria yang ada di sampingnya itu .
"Bagaimana kalau saya memanggil anda, Mas?"usul Amelia , mendengar usulan Amelia Devan nampak terdiam
"Mas ? boleh juga lebih enak didengarnya ." Devan nampak tersenyum .melihat Devan yang tersenyum membuat Amelia untuk sesaat terpesona .
"Maaf Mas ."ucap Amelia masih kaku Devan nampak mengalihkan pandangannya kearah Amelia .
"Ya ."
"Bolehkah aku tahu alasan Mas, Kenapa Mas meminta saya untuk menjadi istri mas dan Kenapa kita harus menikah padahal kita belum berkenalan ?" kembali Amelia memberanikan bertanya.
Devan menarik nafasnya dalam-dalam dan menghempaskannya seakan-akan dia ingin membuang semua beban yang ia rasakan saat ini
"Ibu Saya sekarang sedang sakit ...."Devan mulai bercerita Amelia mendengarkannya
"Jadi ibu anda sakit ? dan sekarang dirawat di rumah sakit ?"
kembali Devan menarik nafasnya dalam-dalam dan kembali membuangnya
"Itulah masalahnya, ibu saya tidak mau dirawat di rumah sakit ."
"kalau ibu mas sakit ,kenapa ibu mas tidak mau dirawat di rumah sakit ?" tanya Amelia penasaran
"Ibu Saya menginginkan saya menikah secepatnya ."
Amelia nampak mengharukan dahinya ,Dia merasa bingung dengan cerita Devan yang dia nilai masih setengah - setengah .
"Apa hubungannya ? menikah dan ibu mas yang sedang sakit ?"
Devan memejamkan matanya sekejap dan kembali yang menarik nafasnya ,dan membuangnya ,sekolah olah dia ingin membuang jauh jauh beban yang saat ini sedang ia rasakan .
"Ibu saya mau dibawa ke rumah sakit berobat, kalau saya sudah datang dengan membawa Seorang istri ,makanya aku meminta kamu menikah denganku."
"Tapi kenapa anda menikahi saya ? Kenapa tidak pacar atau tunangan mas ?" Amelia masih merasa penasaran dengan cerita Devan .
"Itulah masalahnya, selama ini saya tidak pernah mempunyai pacar, saya tidak pernah menyukai seorang wanita ." ucap Devan lirih.
"Maaf ! maksud anda anda penyuka sesama begitu?" tanya Amelia ragu .mendengar pertanyaan Amelia Devan menatap tajam kearahnya .
"Aku bukan lelaki seperti itu ,saya masih normal !" jawab Devan dengan menatap tidak suka pada Amelia .
"Maaf,Kalau kamu masih normal ,Kenapa se usia anda belum punya tunangan ,minimal pacar ?" dengan ragu Amelia kembali memberanikan diri bertanya pada Devan .
"Dulu saya pernah punya pacar ,saya sangat mencintainya, tapi dia menghianati saya dia bermain gila dengan teman saya sendiri, dan sejak itu saya menutup rapat-rapat hati saya pada seorang namanya wanita ." Kembali Devan meneruskan ceritanya
"Jadi... kamu jangan terlalu berharap dengan pernikahan ini ,karena pernikahan kita nanti hanya bersifat simbolis ,supaya ibu saya mau berobat dan dia mau dioperasi ." ucap Devan selanjutnya .
Mendengar ucapan Devan Amelia nampak terdiam,didalam hatinya ia merasa sedih ,padahal didalam hatinya dia ingin menikah dan hidup bahagia ,tapi dia tidak bisa berbuat apa - apa , Karena saat ini dia tidak ada jalan lain selain mengikuti apa yang diminta Devan demi membalas budi dan kesehatan putranya .
malam pertama nya
apakah Devan akan ketagihan dan bucin akut... hanya author yg tau...