Putri Daniella menyukai Pangeran Felix dan ingin menikah dengannya. Tapi kehadiran sopir pribadinya Erik Sebastian merubah segalanya. Pemuda desa itu diam-diam mencintai putri Daniella sejak kecil. Seiring waktu, terungkap jika Erik adalah putra mahkota yang sesungguhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunnyku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya Khawatir Tuan Putri
Mobil berhenti di gerbang rahasia di samping katedral tua, dinding batu kuno yang basah oleh hujan pagi masih mengkilap di bawah sinar senja.
Erik turun, membuka gembok dengan kunci khusus, angin sejuk menyapu wajahnya, membawa aroma tanah basah dan sejarah.
Setelah gerbang terbuka, dia kembali masuk dan melajukan mobil ke lorong sempit, mengunci gerbang dari dalam.
Cahaya redup dari lampu mobil menerangi mural-mural indah di dinding, kupu-kupu yang menari, bunga dahlia mekar, putri duyung yang misterius, dan taman bunga dengan warna-warni estetik yang seperti lukisan hidup.
Putri Daniella tiba-tiba berseru, "Berhenti di tengah jalan ini!" Matanya berbinar melihat mural itu lebih dekat, hati yang tadi panas mulai meleleh oleh keindahan.
Gadis berambut pirang dan bermata hijau itu, selalu merasa percaya diri dengan penampilan dan rambutnya.
Sehingga dia tak pernah berkeinginan merubah atau mengganti warna rambutnya itu.
Selain fokus dengan kuliahnya, sebagai putri kerajaan, Daniella juga kerap menghadiri jamuan makan malam resmi, pembukaan suatu acara, menghadiri acara peresmian, dan menyambut kunjungan pejabat tinggi negara lain
Di istana, Putri Daniella dimanjakan dengan segudang fasilitas super mewah.
Lusinan pelayan selalu siap melayani dan menyediakan segala kebutuhannya.
Mulai dari membereskan kamar, menghidangkan makanan, hingga menyiapkan pakaian, semua dilakukan dengan sigap oleh staf istana yang bertugas melayani sang putri.
Tak hanya itu, dia juga punya glam team pribadi yang siap mempercantik penampilannya setiap hari, mulai dari riasan, tatanan rambut, dan busana, semua beres.
Maka tidaklah mengherankan, jika dia selalu tampil cantik dan prima setiap saat, tampil tanpa cela.
Publik selalu dibuat terpukau oleh pilihan busana Daniella yang kadang simpel, namun tetap memancarkan nuansa elegan.
Karena itu, dia tak habis pikir, editor majalah fashion dan gaya hidup yang cukup terkenal itu, selalu saja membuat ulasan jelek tentang gaya berbusananya.
Hanya dia seorang dari semua yang ada di istana dan para bangsawan di Skandinavia yang selalu mendapat ulasan negatif dari majalah itu.
Entah ada dendam apa editor majalah yang sering terlihat jutek saat bertemu dengannya tersebut, hingga seburuk itu menggambarkan penampilannya, di berbagai kesempatan. Bahkan gaya berpakaiannya saat ke kampus pun tak luput dari kritikan mereka.
Khusus untuk majalah edisi minggu ini, beberapa foto yang ditampilkan di sana, saat dia menghadiri acara badan amal untuk penderita kanker muda, menjadi bahan ejekan mereka.
Majalah itu menyorot, membahas khusus dan menzoom anting-anting berjenis stud yang classy nan elegan dengan taburan berlian yang semarak membuat tampilan anting tersebut semakin berkilauan.
Tapi di artikel majalah itu, justru membuat keterangan dan ulasan yang sungguh tak elok dibaca, menggambarkan dirinya sebagai sosok putri cantik yang muncul dari jaman es.
Gadis 19 tahun, putri bungsu Raja Henrik Wilhelm III dan Permaisuri, Ratu Sofia itu benar-benar tak bisa menahan gusar.
Padahal, hasil jepretan sejumlah fotografer serta paparazi di sejumlah media, situs online, media sosial, majalah, disambut positif oleh publik dan netizen yang memuji busana dan penampilannya yang anggun serta elegan.
Publik menilai tampilannya saat itu, dia begitu sempurna dengan terlihat feminin dan stylish, mengenakan gaun long sleeve fit-and-flare. karya desainer terkenal.
Daniella mengenakan gaun selutut, lengan panjang, leher yang terlihat, dan pinggang berikat, warna kream, memakai anting berjenis stud yang classy dengan taburan berlian, memakai high heels dan membawa tas.
"Gila ya, bisa-bisanya mereka membuat ulasan jelek seperti ini hanya gara-gara anting yang kupakai," gerutunya, melempar majalah yang dipegangnya ke lantai.
"Iya, tuh pasti kerjaan Mariela, editor majalah itu. Dia kan emang suka banget mencari-cari kekuranganmu, sering bikin ulasan negatif dalam hal gaya dan berbusanamu," sambung Lulla.
Erik menepi, dan Daniella keluar, heelsnya mengetuk lantai lorong yang lembab. Dia mengambil ponsel, memotret gambar tembok itu, lalu selfie dengan senyum lebar yang jarang dia tunjukkan.
"Ini bagus kalau aku posting ke Instagramku," katanya pada diri sendiri, jarinya gesit mengedit foto.
Erik berdiri bersandar di mobil, mengawasinya dengan mata penuh perhatian, khawatir tapi juga kagum pada semangat gadis itu.
"Maaf, Tuan Putri," katanya pelan, mendekat sedikit. "Tolong jangan memposting lorong ini ke medsos. Ini lorong rahasia. Saya mohon kali ini, tolong saya. Jangan lakukan itu."
Daniella berbalik, wajahnya kembali memerah.
"Kamu gak berhak ngatur-ngatur aku! Aku lakukan apapun yang kusuka. Ngerti!" katanya berang, suaranya bergema di lorong sempit, membuat suasana terasa lebih tegang.
"Putri tahu ini tempat rahasia, harus tetap dijaga kerahasiaannya," jelas Erik dengan suara lembut, mencoba memberi pemahaman tanpa memaksa.
"Memposting ini ke Instagram akan membuat publik tahu. Bayangkan apa yang akan terjadi nantinya."
Hatinya berdegup kencang, dia tak ingin kehilangan kepercayaan Pangeran Gustav, tapi lebih dari itu, dia khawatir keselamatan Putri Daniella.
Gadis itu diam sejenak, memandang foto di ponselnya, hati kecilnya mengakui kebenaran kata-kata itu. Akhirnya, dengan menghela napas kesal, dia menghapus postingan yang hampir dikirim.
"Baiklah," gumamnya dalam hati, menyimpan foto sebagai koleksi pribadi. Tapi semangatnya belum pudar; dia melihat undakan tangga di pinggir tembok, setinggi lima meter, yang menuju pembatas dinding.
"Aku mau naik ke sana, lihat apa di baliknya!"
Erik mendekat, suaranya penuh kekhawatiran.
"Tuan Putri, maaf. Saya mohon untuk tidak naik ke sana. Itu tangganya basah dan licin abis diguyur hujan tadi pagi. Sudah cukup untuk kali ini. Kita pulang saja."
Dia memegang tangan Daniella pelan, tapi gadis itu menepisnya dengan kasar, matanya menyala marah.
"Buka jasmu, bersihkan sisa air di tangga itu! Aku mau naik ke atas," perintahnya sewot, suaranya tinggi seperti perintah ratu kecil.
"Tapi, Tuan Putri..." Erik mencoba protes, hatinya berat melihat gadis itu nekat.
"Gak ada tapi-tapian! Segera laksanakan. Lap anak tangga itu sampai kering. Sekarang!" bentak Daniella, suaranya bergema lagi.
Erik menarik napas panjang, hatinya bergejolak antara kewajiban dan kekhawatiran.
Dia membuka jas hitamnya, menyisakan kemeja putih yang menempel di tubuh atletisnya, lalu mengelap tangga basah itu dengan teliti.
Setelah selesai, dia berdiri di atas, mengulurkan tangan.
"Turun kamu, aku bisa naik sendiri. Gak perlu dibantu," ketus Daniella.
"Tuan Putri, ini lumayan tinggi. Saya khawatir, jadi harus membantu untuk naik ke sana," katanya, suaranya penuh kepedulian tulus.
"Gak perlu, aku bisa sendiri! Cepat turun," bentaknya lagi.
Erik terpaksa turun, tapi masih was-was.
"Maaf, Tuan Putri, sebaiknya lepas high heelsnya dulu."
"Biarin saja, aku sudah terbiasa naik tangga pakai heels. Gak usah ngatur-ngatur. Minggir kamu!" katanya, mendorong Erik menjauh.
*******
mantap kak, makasih ya tadi udah mampir👍👍🙏🙏🙏