NovelToon NovelToon
Pesona Wanita Penggoda

Pesona Wanita Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintamanis / Duda / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melepaskan Kerinduan

Pagi itu Melisa seperti biasanya menyiapkan sarapan untuk kedua orang tuanya, di meja makan ketiganya sarapan bersama.

Lusi mencoba makan sendiri, karena ia tidak ingin merepotkan Melisa terus. Padahal Melisa suka rela melakukan semuanya untuk ibunya, termasuk menyenangkan batin ayahnya.

Sudah dua hari setelah mereka menyatu di hotel, ayahnya tidak lagi memakai lahan Melisa. Bukannya karena tidak ingin, jujur Rudy sangat ingin membajak sawah Melisa lagi, bahkan Rudy  ingin melakukannya setiap saat.

Namun kesehatan Lusi tidak baik, dan setiap malam isterinya itu tidak bisa tidur dan selalu minta di temani.

"Mel, tolong nanti siapkan baju ayah kamu."

Melisa menghentikan makannya dan menatap ibunya di lanjut ayahnya.

"Memang ayah mau ke aman Bun?"

"Ayah kamu ada dinas selama seminggu, nanti kamu bantu packing ya?"

"Oh begitu, ibu tenang saja, pasti nanti Melisa packingkan untuk ayah. Memangnya ayah mau ke mana?"

"Luar Jawa Mel, ke Kalimantan. Urus kontrak saja." Jawab sang ayah.

"Ok, ya sudah Melisa packing baju ayah sekarang aja." Balas Melisa yang berinisiatif untuk segera membantu ayahnya untuk packing pakaian.

"Iya sana, biar nanti cucian piring di cuci Mbak Santi." Ucap Lusi.

Yang di maksud Mbak Santi itu adalah orang yang kemaren menjaga ibu angkat Melisa, dan sudah dia hari ini wanita tua itu membantu meringankan kerjaan Melisa. Seperti cuci piring atau pakaian juga memasak.

"Baik Bu."

Melisa pun masuk ke dalam kamar, Melisa membuka lemari pakaian milik ibu dan ayah angkatnya.

Sembari mengambil baju-baju ayahnya, Melisa menatap bingkai foto ayah dan ibu angkatnya. Foto saat keduanya masih sangat muda, ada juga foto pernikahan mereka.

Melisa pun lanjut mengambil pakaian dan menyusunnya di koper dengan sangat rapi. Melisa juga membawakan persediaan obat jika ayahnya suatu saat disana sakit.

Saat sibuk berbenah, Melisa merasakan tangan kekar memeluk pinggangnya. Melisa merasakan hawa aroma parfum ayahnya, ia menoleh ke samping dan ternyata memang itu ayahnya.

"Ayah, jangan seperti ini, nanti ibu lihat." Bisik Melisa yang takut jika mereka ketahuan oleh Lusi.

"Ibu sedang berjemur di luar sama mbak Santi, kita main bentar ya?"

"Jangan ayah, jangan di sini.". Sergah Melisa menolak keinginan ayahnya.

"Ayolah Mel, ayah udah gak bisa m3n4h4nnya lagi. Sudah 2 hari kita tidak bercocok tanam. Masa kamu tega sama ayah. Apalagi ayah akan pergi lama ke Kalimatan."

"Tapi yah....!! Eumphh..."

Mulut Melisa tak bisa melanjutkan ucapannya karena Rudy lebih dulu membungkam alat ucapnya Melisa dengan miliknya.

Keduanya pun saling m3lum4t b1 b!r, Rudy mengangkat tvbvh Melisa dan mendudukannya di atas meja dekat lemari pakaian.

Keduanya bekerja keras membajak sawah, namun itu hanya sebentar dilakukan, mengingat waktunya tidak tepat dan tidak akan untuk keduanya berlama-lama bercocok tanam.

"Mel......sudah belum packingnya?" Seru ibunya dari tempat ruang televisi yang terdengar oleh Melisa dan Rudy yang cukup panik.

"I_iya sudah Bu." Jawab Melisa sedikit mengencangkan suaranya.

Melisa m3ne-Lan p3ju ayahnya dan langsung membenahi bajunya kembali, Rudy pun juga sama ia lebih panik dari Melisa yang terlihat santai.

"Ayah di kamar aja, biar Melisa yang keluar." Bisik Melisa supaya tidak ketahuan oleh ibunya.

"Oke Mel, makasih ya." Ucap Rudy yang kemudian mengeluarkan uang berwarna merah dengan cukup banyak.

Melisa yang melihat uang yang diserahkan ayahnya langsung senang bukan main, tanpa pikir panjang ia langsung mengambil uang itu.

"Ini uang apa ayah?" Tanya Melisa ketika ia telah menghirup aroma uang itu.

"Itu uang untuk jajan kamu, berbelanjalah sesuka kamu Mel, beli apa yang kamu inginkan." Ucap Rudy.

Rudy m3ng3cup alat ucap Melisa singkat, dan Melisa mengangguk. Dengan menyeret koper milik Rudy, Melisa keluar dari kamar ibunya.

Melisa mendekati ibunya dan menaruh koper ayahnya di samping ibunya yang asik menonton berita.

"Ayah kamu mana Mel?"

"Oh ayah tadi lagi mandi." Jawab Melisa santai dan tidak menunjukan rasa takutnya.

Ibunya pun percaya karena memang kamar mandi berada di dalam kamar pasutri yang tidak memiliki anak itu.

Dan sore harinya ayah Rudy berangkat ke bandara memakai taxi online.

Ternyata sudah seminggu ayahnya tidak kunjung pulang, karena pekerjaan di sana belum kelar. Akhirnya pulangnya di cancel.

Padahal Melissa sudah sangat merindukan ayahnya, rasa c4nduny4 akan burung ayahnya kian memuncak.

"Mel jangan lupa bersihkan kamar yang tidak pernah dipakai, dekat gudang."

Salah satu pesan yang di tulis Rudy pada Melisa. Dan Melisa pun hanya mengetikan sesuatu untuk membalas pesan ayahnya.

"Iya ayah, tapi untuk apa? Apakah akan ada tamu?" Tanya balik Melisa.

Dan hanya beberapa menit, ponsel Melisa berbunyi lagi, tanda ada pesan masuk lagi.

"Pokoknya bersihkan saja, nanti kamu juga tahu."

Melisa yang masih belum tahu apa maksud ayah nya membersihkan kamar yang sudah lama dipakai tau dihuni itu pun hanya membalas oke saja.

Karena Melisa patuh, akhirnya ia pun membersihkan kamar itu, kamar yang terasa dingin dan sedikit pengap. Belum lagi kamar itu memiliki penerangan minim, semacam remang-remang gitu.

Sore itu Melisa seperti biasa merawat bunya yang sakit, mulai dari membantu ibunya menyuapi dan menemani Lusi untuk berjalan-jalan sore disekitar rumah.

Dan malam itu ketika Melisa selesai menyuapi ibunya, ia juga memberikan obat yang diberikan oleh rumah sakit

Setelah minum obat, hanya dalam satu jam akhirnya Lusi pun tepat, ibunya telah tidur lelap, Melisa pun yang hendak masuk ke kamarnya malah di kejutkan oleh ketukan pintu yang berasal dari ruang tamu, padahal jam menunjukkan pukul 10 malam.

"Siapa sih yang bertamu? Malam-malam gini pula." Gerutu Melisa yang akhirnya yang berjalan malas menuju ruang tamu.

Padahal saat itu akan tidur dan sudah mengantuk berat efek mengurusi ibunya yang sakit dari pagi hari hingga malam ini.

Saat pintu terbuka ia terkejut sekaligus shock melihat Rudy telah berada di hadapannya, Rudy langsung masuk dan mendorong tas kopernya ke dalam.

"Ayah, kenapa pulang gak bilang-bilang?" Seru Melisa senang tak percaya ayahnya sudah kembali.

"Kalo bilang-bilang namanya gak surprise donk?" Jawab Rudy menarik Melisa ke dalam dekapannya.

"Hehe iya juga sih, ayah ini paling bisa bikin Melisa spot jantung." Rajuk Melisa menepuk pelan bahu Rudy, lalu ia m3me-luk balik Rudy.

"Ayah kangen kamu Mel, kangen serabi kamu juga." Bisik Rudi di daun telinga Melisa.

"Ayah ini bikin Melisa malu aja."

Keduanya saling b3rp4gut4n dan saling mencecap menelusuri dalamnya rongga itu, karena sudah tak kuasa dengan rasa rindu yang mereka pendam.

Ayah Rudy mengendong Melisa bak anak koala, dan membawanya ke sebuah kamar dekat gudang. Kamar yang Rudy suruh bersihkan oleh Melisa saat pria itu memintanya lewat pesan.

Rudy menaruh Melisa di kasur kecil itu dan m3n!nd!h ny4, di malam hari dan di cahaya yang minim keduanya berbagi kehangatan.

Suara paduan suara keduanya mulai terdengar, bahkan jeritan keduanya tak bakal sampai terdengar oleh Lusi yang letak kamarnya cukup jauh dari Rudy yang sedang asik menggarap lahan sawah Melisa.

Melisa kini tahu bahwa tempat yang di suruh ayahnya itu adalah tempat khusus untuk keduanya memadu kasih. Dan sudah dipastikan itu tempat rahasia diantara Rudy dan Melisa.

Melisa sebenarnya melakukan hal itu dengan Rudy karena bentuk sayangnya karena pria itu sudah merawatnya seperti anaknya sendiri.

Terlebih Melisa mengagumi ayah angkatnya, yang dari dulu terkenal baik dan penyabar. Belum lagi Rudy selalu memanjakan Melisa. Belum lagi Rudy makin tampan di usianya yang tidak muda lagi.

Dan pada jam 3 pagi mereka baru selesai, Melisa pun tertidur di samping ayahnya dengan selimut tipis.

Sementara Lusi tidak terbangun sama sekali, mungkin karena pengaruh obat yang diberikan dokter untuknya. Sehingga ia sangat lelap tidur dan tidak terganggu dengan suara keduanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!