NovelToon NovelToon
Lingkaran Cinta Kita

Lingkaran Cinta Kita

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Murid Genius / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / LOL / Bad Boy
Popularitas:39.4k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.

Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.

Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.

Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?

Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗

subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perasaan aneh itu...

Saat Zara keluar kamar, Kakung (Kakek) Tukimo langsung menyambut di ruang tengah. Matanya membelalak kaget.

"Astapiluwoh!!"

"Jay yuku (Logat jawa 'Za' kakung memanggilnya 'Jay' dan 'Yuku' adalah singkatan dari 'aYu-ku'), kok dandan koyo cah lanang ngene to (seperti anak laki-laki begini to)?" Gaya khas nyentriknya masih ada hingga kakung menua.

"Abang yang nyuruh, Kakung."

"Abangmu kae emang kudu (itu memang harus) dijitak kepalanya. Sampe (sampai) kapan dia ngatur kamu ra uwis uwis (tidak udah-udah)!! Jan jaan! Badungnya minta ampun. Wis (udah), ayo. Kakung anter (antar) sampe kampus. Pasti abangmu wis ninggalke koe toh? Paham kakung."

Zara tersenyum lebar. "Matur suwun (terima kasih), Kakungku sing legi dewe koyo es teh jumbo! (yang manis sendiri seperti es teh jumbo)"

Tawa Kakung pun meledak. "Hahaha, bocah iki pancen... Pancen... (anak ini memang... Memang)" unik 👍

Sebelum berangkat, Zara menyalami Uti Kasandra yang sedang menyiram bunga. "Assalamu’alaikum, Uti (nenek). Zara sayang Uti, bye bye!"

"Wa’alaikumussalam. Kuliah sing pinter (yang pinter) ya, putu ayune (cucu cantiknya) Uti. Chup!" cium pipi kanan.

"Iyup!" Zara balas cium pipi Utinya.

Di perjalanan menuju kampus, Zara meminta. "Kakung," ucapnya pelan. "Zara mau mampir ke stationery dulu, ya. Mau beli buku sketsa baru."

"Wokay!"

Tak lama kemudian, mereka sampai di tempat yang dituju. Zara masuk sendirian. Ia berkeliling, matanya menyisir rak-rak penuh buku. Tangannya menjulur untuk mengambil sebuah buku sketsa--

Tanpa sadar, sebuah tangan lain juga meraih buku yang sama. Bersamaan. Saat Zara menarik tangannya, pria itu justru menggenggamnya lebih erat.

Deg!

Tentu saja jantung Zara langsung berdegup. Ada sensasi aneh. Ini tak aman bagi jantung seorang cewek. Bahkan bagi Zara sekalipun.

Sentuhan itu... familiar.

Ya, familiar bagi pria itu. Hanya sepersekian detik saat mereka bertabrakan waktu lalu, membuat pria itu mengingatnya dengan jelas.

Glek!

Zara menelan ludah. Kepalanya menoleh perlahan, kaku seperti robot yang rusak. Gugup bercampur takut. Dan wajah itu...

"Ka-- kamu lagi?!" bok*ngnya jatuh ke lantai.

Pria itu hanya jongkok tenang. Salah satu lututnya bertumpu di lantai, lengan disandarkan santai di lutut lainnya. Dia tidak menawarkan bantuan. Tidak juga menunjukkan rasa bersalah.

"Kita ketemu lagi, Ray."

“Ra-- Ray?! Gue… bukan Ray!” Zara buru-buru memalingkan wajah.

"Kalo bukan Ray, terus siapa lo?"

Zara menelan ludah.

Otaknya bekerja keras.

"Ah iya! Gue lagi nyamar jadi cowok… udah dua kali dia nganggep gue Ray. Dia kenal abang, berarti... Tapi gue harus jawab apa, nih?" batinnya.

"Elo siapa, biar gue nggak bingung."

"Iya... gue... Gue Ray," Zara bohong. Berbohong dengan percaya diri setipis kertas tisu.

Pria itu tersenyum tipis. Jelas saja curiga. Tanpa akan diketahui lebih jauh, Zara buru-buru lari darinya. Sedangkan, buku sketsa yang tadi mereka rebutkan kini beralih ke tangan kekar itu.

Sesampainya di kampus, Zara langsung menuju toilet. Ia masuk ke bilik paling pojok dan mengembuskan napas panjang.

"Astaga... butuh setengah jam buat kembali jadi diriku sendiri. Bang Ray... any*ng!!" gerutunya sambil mengembalikan dandanannya.

Setelah memastikan penampilannya kembali seperti biasa, Zara menatap cermin. "Well... welcome back, Zara. Si cewek eksentrik yang disuruh jadi abang sendiri. Kocak!" Ingatnya, "Eh, tapi... Tadi abang suruh aku nyamar cuma pas berangkat doang apa di kampus juga ya? Ah! Ya kali masa aku nyamar jadi cowok pas di kampus. Enggak banget!!"

Ia melangkah menyisir koridor. Sambil sejenak membayangkan pertemuannya dengan pria asing itu. Bibirnya menggulung tapi pipinya merona.

"Ganteng banget sih dia. Tinggi, kayak model. Bahkan ngalahin abang Ray. Uwuw~"

Ia memejamkan mata, membayangkan wajah pria itu. "Siapa sih dia sebenernya… dan kenapa senyumnya bikin jantung gue deg-degan kayak mau UNBK?"

Di tempat lain, di kantin.

Ray menaruh nampan makannya dengan kasar. Alih-alih langsung menyantap isi piringnya, ia malah duduk menengadah menatap langit-langit kantin. Punggung tangannya bertumpu di dahi seperti hendak mengukur panas tubuh sendiri.

"Semoga kejadian kemarin nggak bikin masalah makin rumit." Iya. Niatnya cuma membuntuti gelagat Bandhi, malah berakhir dengan geng motor dan ancaman. Apalagi, kehadiran adiknya di tengah-tengah kekacauan itu.

Dari sudut ruangan kantin, seseorang diam-diam menatapnya. "Rayyanza..." bisiknya.

"Entah kenapa gue jadi... penasaran sama dia."

Orang itu adalah Nabihan Rui Haru. Pria berusia 22 tahun. Satu kelas dengan Ray yang sama-sama mengikuti program fast track S2 jurusan Matematika.

Tak ada ikatan apapun antara dirinya dan Ray. Teman? Sahabat? Atau sekedar menyapa pun jarang. Padahal, mereka seangkatan selama 5 tahun ini. Haru, lebih suka menyendiri.

Tapi dua tahun lalu, Ray berhasil mengungguli kecerdasan liar yang dimiliki Haru, putra dari Profesor Rui Naru. Profesor panutan Ray.

Satu momen. Satu lomba. Satu penghargaan yang mengubah banyak hal. Itu cukup untuk membuat Haru diam-diam menaruh benci. Terlebih karena Ray lebih dekat dengan ayahnya juga bersahabat dengan Danish. Putra dari wanita yang memusuhi ibunya.

Soora Danish, pria berusia 25 tahun. Masa lalu Haru dan kini menjadi sahabat Ray di tahun ke tiga. Haru tak mempercayainya. Bahwa Danish berlindung dengan nama sahabat Ray hanya untuk melancarkan agenda yang tersembunyi.

Ya, terlalu banyak alasan untuk membenci Ray.

Tapi, kenapa sekarang justru...

...Penasaran

Tatapan Haru terpaku pada Jemari panjang yang menari di atas dahi. Terlalu lentik untuk ukuran cowok.

"Tangan itu... kenapa bisa selembut itu," ingatnya pada insiden tabrakan kemarin.

Batin Haru bergemuruh.

Deg Deg! Deg deg!

Semua terasa... beda. Terlalu lembut, terlalu kecil, terlalu... salah? Dia, cowok yang... Cantik?

Degup jantungnya kian menjerit-jerit di dalam dada saat wajah Ray tersinari cahaya lampu gantung kantin. Pancaran cahaya putih itu menyapu kulit wajah Ray yang pucat dan mulus. Sorotan itu memperjelas garis rahangnya yang tegas, bibirnya yang rapi, dan mata terpejam yang entah kenapa terlihat... adem.

Jantung Haru terus berdegup.

Deg deg! Deg deg!

Haru, menelan ludah. "Ray", ia sempat terpikir: "Dia... menarik. Cukup membuat pikiranku, kacau."

Telapak tangannya. Tabrakan dada. Bahu kecilnya. Apa dia sebenernya? "Bishounen," gumamnya pelan. "Tampan yang cantik. Baru kali ini gue lihat cowok seperti itu. Nggak mungkin cowok itu, Ray?"

Haru mengalihkan pandangannya cepat-cepat, mencoba mengabaikan degup jantung yang anehnya seperti sedang menari.

"Astaga! Gila gue!" Haru langsung berdiri, namun gerakannya terlalu mendadak. Kursi di belakangnya menyenggol seseorang yang baru saja lewat.

"Aw!! Bisa nggak sih elo hati-hati!"

Suara itu...

Seketika kepala Haru menoleh cepat.

Teringat.

Sama seperti kemarin, nada marah yang familiar. Tapi kini berasal dari orang yang berbeda.

Rambut hitam gadis itu lurus terurai, eye shadow pink melebar hingga bawah mata, memberi kesan boneka misterius. Lensa kontak ungu yang mencolok, bibir mengkilap oleh lip gloss. Riasannya aneh... tapi entah kenapa memikat. Pucat, eksentrik, tapi... cantik?

Buku sketsanya jatuh dan terbuka, memperlihatkan sebuah ilustrasi yang membuat Haru mengenal sketsa apa itu.

"Sorry," ucap Haru sambil mengambilkan buku itu dan pensilnya yang terjatuh.

Gadis itu terdiam. Dia ingat betul wajah pria itu, tapi tak mengenal siapa dirinya. Syok, "Dia, lagi?" sampai menutup mulutnya.

1
Filan
mem+pesona jadi memesona.
Filan
Ray keras banget ga berperasaan
Filan
aduh... ini bakal happy ending ga ya?
luvminsung
alooo
Miu Nih.: welcome 👋
total 1 replies
Filan
ya ampun, dia bangga.
Filan
di antara semuanya, kamu yang paling menyebalkan
Filan
ya udah. bubar deh
Filan
Jadi mimpi buruk
Drezzlle
Haru kamu ambil kesempatan ya, KA
Drezzlle
aw aw 😱😱
Drezzlle
kurang keras
Drezzlle
betul tuh
Drezzlle
Fanya ini kadang-kadang omongannya bijak, kadang nyebelin /Facepalm/
Drezzlle
mamah papah mu gendong kemana mana
Drezzlle
bener, aku takut kamu ....
Drezzlle
ih, gumush nya
Drezzlle
tapi bagus juga pemikiran kakaknya
Author Sylvia
moga rame yang baca 🤭
Miu Nih.: rame di depan dowang /Facepalm/
total 1 replies
Filan
mimpi basah deh...
Miu Nih.: kalo ini mimpi indaahh~
please /Sob/ takut malah keg4mpar Ray lagi kalo ketahuan kek gitu lagi...
total 1 replies
Filan
Untuk mengintai juga ya...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!