Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Yue Lan duduk di tepi tempat tidur, semalaman ia tidak bisa tidur. Tulisan di halaman itu terus berputar di pikirannya.
Aku tidak bisa memberitahu Shen Liang tentang buku ini. Dia tidak akan percaya. Atau lebih buruk, dia akan mengira aku benar-benar sudah gila.
Tapi Yue Lan tidak bisa hanya diam dan menunggu. Naluri analis datanya dari dunia modern berbisik. Jika kau tahu akan ada masalah, jangan tunggu masalah datang padamu. Antisipasi. Persiapkan. Cari solusi sebelum terlambat.
Tapi apa yang bisa kulakukan?
Ia berjalan pelan ke jendela, menatap langit malam yang gelap. Pikirannya berputar cepat.
Nyonya Shen akan menuduhku besok. Tentang apa? Pasti tentang perjalanan ke kediaman Lin kemarin. Dia akan bilang aku melakukan sesuatu yang tidak pantas. Dia akan merusak reputasi kami...
Tiba-tiba, sebuah ide melintas di pikirannya.
Satu-satunya cara untuk melawan tuduhan adalah dengan bukti. Bukti nyata dari keluarga Lin sendiri.
Yue Lan menatap ke arah timur, arah kediaman Lin. Jaraknya jauh, butuh waktu hampir dua jam berkuda.
Jika aku bisa mendapatkan konfirmasi langsung dari Tuan Lin tentang pertemuan kemarin... jika aku bisa mendapatkan surat resmi atau bahkan membawa Tuan Lin sendiri ke sini...
Tapi bagaimana? Dan bagaimana dia menjelaskan pada Shen Liang kenapa dia tiba-tiba ingin mengirim orang ke kediaman Lin dini hari tanpa alasan yang jelas?
Yue Lan menggigit bibirnya. Aku harus melakukan ini sendiri. Tanpa memberitahu Shen Liang.
Yue Lan mengenakan jubah gelap dan menyelimuti kepalanya dengan tudung. Ia keluar dari kamar dengan langkah sangat hati-hati, memastikan tidak membangunkan siapa pun.
Ia berjalan menuju kamar Xiaohe yang sedang tertidur lelap.
"Xiaohe," bisik Yue Lan pelan, di balik pintu kamar Xiaohe.
Xiaohe tersentak saat mendengar suara Yue Lan, ia langsung bangun dan bangkit berdiri, lalu la gsung membukakan pintu. "Nyonya? Kenapa anda kemari? Dan... kenapa berpakaian seperti itu?"
Yue Lan mendekat, menatap pelayan setianya dengan serius. "Xiaohe, aku butuh bantuanmu. Dan ini harus sangat rahasia."
Xiaohe menatapnya dengan bingung dan sedikit takut. "Nyonya... ada apa?"
"Besok akan ada masalah besar," kata Yue Lan dengan nada mendesak. "Aku tidak bisa menjelaskan bagaimana aku tahu, tapi percayalah padaku. Nyonya Shen akan menyerang kami besok pagi."
"Tapi... bagaimana Nyonya bisa tahu?"
"Itu tidak penting," potong Yue Lan. "Yang penting adalah aku harus bertindak sekarang. Kau tahu kamar Qin Mo?"
Xiaohe mengangguk. "Ya, Nyonya. Aku tahu."
"Panggilkan dia. Sekarang. Dengan sangat diam-diam. Jangan sampai ada yang tahu."
Xiaohe masih terlihat ragu. "Nyonya... ini berbahaya. Jika ada yang...."
"Xiaohe," Yue Lan memegang bahu pelayannya dengan erat. "Kau percaya padaku, kan?"
Xiaohe menatap nyonyanya, wanita yang dalam beberapa minggu terakhir berubah total, yang kini berdiri dengan mata penuh tekad dan keberanian.
"Ya, Nyonya. Aku percaya."
"Kalau begitu kumohon, bantu aku."
Xiaohe mengangguk mantap dan berlari pelan menuju paviliun pelayan.
Beberapa menit kemudian, Qin Mo dengan wajah yang jujur dan mata yang tajam muncul. Dia membungkuk hormat pada Yue Lan.
"Nyonya memanggil saya?"
Yue Lan menatapnya dengan serius. "Qin Mo, aku tahu kau setia pada almarhum ibu Tuan Muda. Dan aku harap kesetiaanmu itu juga untuk Tuan Muda Shen Liang."
"Tentu saja, Nyonya," jawab Qin Mo dengan tulus. "Ibu Tuan Muda sangat baik pada keluargaku. Sampai kapanpun aku akan melindungi Tuan Muda."
"Bagus," Yue Lan mengeluarkan secarik kertas yang sudah ia tulis tadi. "Aku butuh kau pergi ke kediaman Lin. Sekarang juga."
Qin Mo dan Xiaohe terkejut.
"Tapi Nyonya, sekarang masih gelap...."
"Justru karena itu kau harus pergi sekarang," potong Yue Lan. "Kediaman Lin jauh. Jika kau berangkat sekarang, kau bisa sampai saat fajar. Dan aku butuh kau kembali sebelum siang."
Yue Lan menyerahkan surat yang sudah ia segel dengan segel pribadi Shen Liang yang ia ambil diam-diam dari ruang kerjanya.
"Berikan surat ini langsung pada Tuan Lin Feng. Jangan pada siapapun selain dia. Katakan ini sangat mendesak dan menyangkut hubungan kedua keluarga."
Qin Mo menerima surat itu dengan hormat. "Apa yang harus saya sampaikan, Nyonya?"
Yue Lan menarik napas dalam. "Katakan pada Tuan Lin... bahwa ada pihak yang mencoba merusak hubungan antara keluarga Shen dan keluarga Lin. Minta beliau untuk memberikan konfirmasi resmi tertulis atau langsung tentang hasil pertemuan dengan Tuan Muda kemarin. Ini sangat penting."
Qin Mo mengangguk, meski wajahnya masih bingung. "Saya mengerti, Nyonya. Tapi... apakah Tuan Muda tahu tentang ini?"
Yue Lan terdiam sejenak. "Tidak. Dan aku ingin tetap seperti itu sampai semuanya selesai."
"Tapi Nyonya...."
"Qin Mo," Yue Lan menatapnya dengan mata yang memohon. "Jika aku salah, maka semua tanggung jawab ada padaku. Aku yang akan menanggung akibatnya. Tapi jika aku benar... maka kau akan menyelamatkan Tuan Muda dari kehancuran."
Qin Mo menatap Yue Lan dalam diam. Ia melihat sesuatu yang berbeda di mata wanita yang dulu dikenal sebagai istri yang tidak bermoral ini. Ada keteguhan, keberanian, dan... cinta yang tulus untuk melindungi suaminya.
"Baik, Nyonya," Qin Mo membungkuk dalam. "Saya akan pergi sekarang."
"Dan Qin Mo," tambah Yue Lan dengan nada serius. "Jangan bilang siapapun. Bahkan pada pelayan yang kau percaya. Ini rahasia antara kita bertiga saja."
"Saya mengerti."
Qin Mo segera bergegas menuju kandang kuda di belakang kediaman. Beberapa menit kemudian, suara derap kuda terdengar pelan meninggalkan kediaman Shen dalam kegelapan malam.
Yue Lan berdiri di bayangan, menatap sosok Qin Mo yang menghilang di kejauhan.
Kumohon... sampailah tepat waktu. Ini satu-satunya harapan kami.
Xiaohe berdiri di sampingnya dengan wajah cemas. "Nyonya... apa yang sebenarnya terjadi?"
Yue Lan tersenyum tipis, namun matanya penuh kekhawatiran. "Besok kau akan tahu, Xiaohe. Besok... semuanya akan jelas."
Ia kembali masuk ke paviliun dengan langkah pelan, berharap Shen Liang masih tertidur dan tidak menyadari kepergiannya.
Di kamar, Yue Lan berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit dengan mata terbuka lebar.
Aku sudah melakukan sebisa kulakukan. Sekarang... aku hanya bisa berharap dan berdoa.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️