Sebelum lanjut membaca, boleh mampir di season 1 nya "Membawa Lari Benih Sang Mafia"
***
Malika, gadis polos berusia 19 tahun, tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah hanya dalam satu malam. Dijual oleh pamannya demi sejumlah uang, ia terpaksa memasuki kamar hotel milik mafia paling menakutkan di kota itu.
“Temukan gadis gila yang sudah berani menendang asetku!” perintah Alexander pada tangan kanannya.
Sejak malam itu, Alexander yang sudah memiliki tunangan justru terobsesi. Ia bersumpah akan mendapatkan Malika, meski harus menentang keluarganya dan bahkan seluruh dunia.
Akankah Alexander berhasil menemukan gadis itu ataukah justru gadis itu adalah kelemahan yang akan menghancurkan dirinya sendiri?
Dan sanggupkah Malika bertahan ketika ia menjadi incaran pria paling berbahaya di Milan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18
Tidak ada yang lebih menakutkan bagi para pelayan kediaman Frederick selain satu hal, yaitu membuat Alexander Frederick merasa terganggu.
Dan pagi ini, seorang gadis kecil dengan rambut acak-acakan dan kucing gemuk bernama Pumpkin, telah melakukannya.
Namun anehnya, mereka semua masih hidup.
Suasana di rumah belakang terasa lebih riuh daripada biasanya. Beberapa pelayan berkumpul, membicarakan insiden itu dengan wajah tegang, sesekali melirik ke arah mansion utama.
Sofia langsung berlari begitu melihat Malika duduk di bangku kayu sambil mengelus Pumpkin yang mendengkur manja, seolah baru saja memenangkan lotre.
“Lika! Kau tidak apa-apa?” Sofia memegang bahu Malika, memeriksa setiap bagian tubuhnya seolah gadis itu baru saja kembali dari medan perang, mencari luka fisik atau batin.
Malika menggeleng cepat. “Lika baik-baik saja, Bibi. Memangnya Lika kenapa?”
Sofia terdiam sejenak. Ia menatap wajah polos itu, berharap menemukan tanda-tanda shock atau trauma setelah berhadapan dengan laras pistol.
Namun yang ia temukan justru senyum lugu yang membuatnya menghela napas panjang.
Bagaimana mungkin gadis ini bisa tetap tenang setelah baru saja menatap laras pistol milik Alexander?
“Malika, dengar. Biasanya Tuan Muda Alexander tidak akan mengampuni siapa pun yang berani mengusiknya, apalagi mengganggu mobilnya dan membawa hewan di halaman utama. Tapi kau, kau masih selamat. Ini sungguh sebuah keajaiban,” ucap Sofia dengan wajah serius dan nada penuh ketakutan yang tertahan.
Malika mengerjap pelan. “Bibi, siapa yang Bibi panggil Tuan Muda?”
Sofia sampai ingin memukul dahinya sendiri. Kenapa Malika begitu lemot? Apa Albert belum menceritakan soal Alexander padanya?
“Ish! Kau ini benar-benar! Tentu saja pria yang tadi bersamamu, yang menodongkan pistol! Itu Tuan Muda Alexander, putra pertama pemilik mansion ini, pewaris utama keluarga Frederick!” jawab Sofia, menahan geram sekaligus cemas.
Bibir Malika langsung menganga lebar. Matanya membulat sempurna, melampaui ukuran normal.
“A-apaaa? Om roti sobek rasa coklat, eh, bukan!” Malika memegangi kepala, seluruh darahnya terasa tersedot ke bawah. “Maksud Lika, om mafia tadi yang menodongkan senjatanya ke Pumpkin itu Tuan Muda Alexander?”
Sofia mengangguk mantap, tidak tahu harus tertawa atau menangis mendengar ucapan gadis itu.
Sementara Malika, jantungnya berdebar kencang, memompa darah dengan liar. Tubuhnya mulai berkeringat dingin di balik pakaiannya.
Kali ini benar-benar tamat, pikir Malika lemas.
Setelah keluar dari kandang harimau (Paman Jhon), kini ia masuk ke kandang singa versi lebih menyeramkan, lengkap dengan senjata api, wajah dingin, dan aura mengintimidasi.
“Lika, kau kenapa diam saja?” Sofia cemas. “Kalau kau sakit, bilang pada Bibi, ya? Bibi takut kalau terjadi apa-apa. Albert bisa marah besar nanti.”
Malika menggeleng sambil memeluk Pumpkin lebih erat, mencari kehangatan dan rasa aman pada bulu kucing itu.
“Lika tidak apa-apa, Bibi. Lika mau istirahat dulu di kamar, boleh?”
“Tentu saja boleh. Istirahatlah, Sayang. Kalau butuh apa pun, panggil Bibi.”
Sofia mengusap kepala Malika dengan lembut sebelum gadis itu berjalan masuk ke kamar dan menutup pintu rapat-rapat.
Sofia menghela napas panjang. “Kasihan sekali gadis itu. Baru semalam datang, sudah berhadapan dengan Alexander.”
Pelayan lain yang sejak tadi ikut menguping akhirnya angkat bicara dengan wajah masih diliputi ketakutan.
“Tapi, bukankah ada yang aneh, Sofia? Kenapa Tuan Muda tidak menghukumnya? Bahkan membiarkannya pergi begitu saja? Padahal dulu, ada pelayan yang berani menggoda sedikit saja, lalu hilang tanpa jejak.”
Sofia mengangkat bahunya. “Aku sendiri tidak tahu. Alexander adalah misteri yang bergerak. Mungkin Malika punya sesuatu. Pesona tertentu yang membuat Tuan Muda menjadi berbeda.”
Pelayan itu mengernyit. “Pesona? Yang benar saja. Ia gadis kecil dengan rambut acak-acakan dan pakaian lusuh—”
“Justru itu.” Sofia memotong, menatap kosong ke arah kamar Malika. “Mungkin karena ia berbeda dari semua orang yang pernah Tuan Muda temui. Ia tidak takut, dia polos, dan dia bahkan membela kucingnya di depan laras pistol.”
Tak ada yang membalas. Mereka semua diam, memikirkan apa yang ada di benak masing-masing. Mereka mengingat wajah Alex yang kebingungan.
Dan sejujurnya, mereka semua memang merasakan hal aneh tadi.
Alexander, yang biasanya dingin bak es dan membunuh dengan tatapan saja, tampak tidak seperti dirinya. Seolah emosinya kacau, seolah ia kebingungan, dan tidak tahu harus melakukan apa terhadap seorang gadis kecil dan kucing gendut pemakan roti.
Aneh. Sangat aneh.
Sofia menepuk kedua tangannya, mencoba mengembalikan fokus rombongan pelayan.
“Sudahlah, ayo kembali bekerja. Tuan Besar dan Nyonya Besar tidak jadi pulang malam ini. Ada urusan bisnis mendadak. Kita harus fokus mengurus putra dan putri mereka.”
Para pelayan mengangguk dan bergegas keluar. Namun Sofia menoleh sekali lagi ke pintu kamar Malika.
Entah kenapa, ia yakin gadis itu akan membawa perubahan besar di mansion ini.
Perubahan yang mungkin tidak akan disukai oleh beberapa orang.
Dan mungkin, akan mengacaukan hati seseorang bernama Alexander Frederick.
“Semoga saja tebakanku tidak salah. Tapi, jika kau sudah berani masuk ke dalam wilayah Alexander, kuharap kau bisa keluar dengan baik-baik saja, Lika,” gumam Sofia penuh harap.
malika dan Leon cm korban😄🤣