NovelToon NovelToon
Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Jodoh Tak Terduga : Ketika Gadis SMA Dan CEO Dingin Bersatu

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / CEO / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Yp_22

•Sinopsis

Bagaimana jika dua insan yang tak saling kenal di satukan dalam sebuah ikatan pernikahan?

Keduanya hanya beberapa kali bertemu di acara-acara tertentu. Dan pada akhirnya mereka harus terbiasa bersama tanpa adanya sebuah rasa.

Tak terbersit di benak mereka, bahwa keduanya akan terikat oleh sebuah janji suci yang di ucapkan sang pria di depan para saksi.

Akankah keduanya bertahan hingga akhir? Atau malah berhenti di tengah jalan karena rasa cinta yang tak kunjung hadir?

Penasaran sama endingnya? Yuk ikutin ceritanya!..
Happy reading :)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yp_22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30

Ceklek.

Pintu terbuka dan menyuguhkan pemandangan yang membuat Michael menggelengkan kepalanya.

Di dalam sana, tepatnya di atas kasur king size , Viona tampak tidur miring dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya dan hanya menyisakan ujung kepalanya saja.

Michael melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar dan naik ke atas ranjang tepat di sebelah Viona.

Tangannya mencoba menarik selimut yang menutupi wajah Viona. Namun setelah ia coba tarik, selimut tersebut tidak bisa di singkap.

"Buka Viona.. saya rau kamu belum tidur" ucap Michael dengan tangan yang terus mencoba menyingkap selimut yang menutupi seluruh tubuh Viona.

Viona yang memang belum tertidur kini memejamkan matanya erat dan terap menahan selimut agar tetap menutupi tubuh dan wajahnya.

"Viona.. buka atau saya akan.."

Viona tak membiarkan Michael untuk melanjutkan ucapannya. Buru-buru ia buka selimut dan di pandanginya Michael dengan tatapan datar.

Michael tersenyum sambil memperhatikan raut datar Viona yang masih berbaring di hadapannya.

"Kenapa seharian ini kamu menghindari saya? Apa saya punya salah? Atau kamu marah karena kejadian pagi tadi?" Tanya Michael beruntun.

Viona a menggigit bibirnya kuat saat kembali teringat dengan kejadian pagi tadi. Ia mengalihkan wajahnya enggan menatap Michael dengan muka yang mungkin saja sudah terlihat memerah.

"Enggak kok" jawabnya pelan.

Michael mengernyit. "Terus kenapa?" Tanyanya dengan nada paling lembut yang ia miliki.

Viona tak menjawab, ia malah menunduk dan memainkan selimutnya yang berada di atas perutnya.

"Kamu malu?" Tebak Michael.

Viona semakin menunduk, bahkan kini ia menarik selimutnya kembali untuk menutupi wajahnya yang terasa sangat panas karena malu.

Michael yang menyadari bahwa tebakannya benar hanya dnegan melihat reaksi Viona pun seketika tersenyum.

Tangan nya terulur menarik selimut yang kembali menutupi wajah Viona.

"Hey, dengerin saya ngomong. Hal kaya gitu adalah hal wajar yang akan terjadi pada pasangan suami istri. Jadi kamu gak usah malu sampai terus menghindar dari suami kamu sendiri."

"Lagian juga tubuh kamu gak bikin malu. Bagus malah, mulus dan gak punya celah sedikitpun. Badan kamu tuh udah ngalah-ngalahin model internasional, apalagi bagian depan sama bela.. hmpp"

Viona yang tak tahan, bangkit dari posisi berbaring nya dan langsung membekap mulut Michael dengan kedua tangannya.

"Ih, ngapain sih ngebahas hal itu? Gak usah di bahas bisa kan?" Kesal Viona.

Tangannya yang belum juga melepaskan bekapannya membuat Michael hanya mengangguk dengan mata yang menyipit akibat senyuman yang tersembunyi di balik telapak tangan Viona yang mungil.

Perlahan tangan Viona turun dan melepaskan bekapan nya. Lalu menghempaskan tubuhnya supaya bersandar pada kepala ranjang.

Untuk sesaat hening mengambil alih suasana di dalam kamar.

Michael menoleh ke arah Viona yang tampak diam memandang lurus ke depan. Ia ikut menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang sperti Viona.

"Besok kita pulang yah" ucap Michael.

Viona menoleh sekilas dan kembali memandangi dinding di depan sana. "Iya" balasnya.

"Tapi saya mau, mulai besok kita tidur sekamar. Kita juga udah sering tidur bareng kan?"

Viona menoleh dengan tatapan protes. "Apaan, aku gak mau. Tar gimana kalo Om macem-macem sama aku? Enggak pokoknya enggak mau."

"Kamu gak udah khawatir, saya gak akan macem-macem kalo emang kamu belum siap. Lagian kan kita juga sering tidur bareng, dan sampai sekarang kamu masih aman kan?"

Viona terdiam. Benar juga sih, tapi kan tetap saja ia merasa parno sendiri jika harus setiap malam tidur dengan Michael.

"Ini juga demi status pernikahan kita. Kalo misalkan kita gak tidur satu kamar, kita bakalan jarang bertemu, apalagi saya suka pulang telat. Kalo kita tidur di ruangan yang sama, walaupun saya pulang telat dan kamu udah masuk kamar, kita tetep bisa ketemu dan ngobrol walaupun cuman dikit sebelum tidur."

"Hmm gimana ya.." Viona mulai goyah.

Namun setelah di pikir-pikir, ucapan Michael ada benarnya juga.

Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, Viona mengangguk. "Ya udah, tapi janji. Jangan macem-macem ya."

Michael tersenyum dan mengangguk. Tangannya terangkat dan mengusap-usap pucuk kepala Viona dengan gemas.

"Tidur gih, dah malam" ucap Michael kemudian.

Tanpa menjawab, Viona membaringkan tubuhnya membelakangi Michael. Tangannya segera mengangkat selimut untuk menutupi tubuhnya hingga sebatas leher.

Michael ikut membaringkan tubuhnya dengan posisi menghadap punggung Viona yang terlihat kecil. Tangannya terangkat dan memeluk pinggang Viona dengan lembut.

Keduanya hanyut dalam keheningan dan kehangatan yang di salurkan dari sebuah pelukan.

Setelah beberapa saat, Michael belum juga tertidur.

"Viona.." panggilnya pelan.

"Hmm?"

"Apakah kamu sudah meniliki perasaan pada saya?" Tanya Michael penasaran.

Mendapat pertanyaan seperti itu, Viona terdiam. Ia tak bisa menjawab, ia bahkan masih bingung dengan perasaan nya sendiri.

Terkadang ia merasa nyaman dengan pelukan hangat yang di miliki Michael, kadang juga ia akan merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat mendapatkan perlakuan tak terduga dari pria yang berstatus suaminya.

Namun itu belum bisa di bilang cinta kan?

Mendapati Viona yang tak kunjung menjawab pertanyaannya, Michael berpikir bahwa mungkin Viona masih belum memiliki perasaan kepadanya.

Akhirnya ia mengeratkan dekapannya dan semakin merapatkan tubuhnya pada punggung Viona.

"Gak usah di pikirin. Tidur" titahnya dengan ia yang juga mulai memejamkan matanya.

Viona menggigit bibir bawahnya saat merasakan dada bidang suaminya menempel pada punggungnya.

Tak menghiraukan posisi mereka yang saling menempel, Viona mencoba menutup matanya untuk mulai menyelami alam mimpi.

***

Pagi telah datang.

Michael yang sudah bangun terlebih dahulu kini keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk putih yang melilit pada pinggangnya.

Butiran-butiran air sisa mandi tertinggal pada tubuhnya dan menambah daya tarik tersendiri pada dirinya.

Tanpa berniat memakai bajunya terlebih dahulu, Michael berjalan menuju ranjang menghampiri Viona.

Ia berjongkok di sebelah ranjang tepat di depan Viona. Tangannya yang dingin terangkat dan menempel pada pipi Viona.

"Hey, bangun."

Merasakan area pipinya yang terasa dingin, Viona menggeliat dan mengerjap pelan untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke indra penglihatan nya.

Viona menoleh ke arah Michael yang masih berjongkok di hadapannya. Ia mengernyit dan menurunkan tangan Michael dari pipinya.

"Idah mandi?" Tanyanya dengan suara serak lhas bangun tidur.

"Iya, kamu juga mandi sana. Abis itu beres-beres, kita pulang abis sarapan."

Viona mengangguk, perlahan ia bangkit dan turun dari ranjang.

Langkahnya membawanya ke arah lemari dan mengambil satu stel baju yang akan ia gunakan.

Setelah mendapatkan baju ganti, Viona berjalan menuju kamar mandi dengan mata yang masih setengah terpejam. Mungkin efek semalam ia tak bisa langsung tidur, dan berakhir kini ia merasa kantuk masih menyerangnya walaupun ia bangun agak siang.

Michael yang sedari tadi memperhatikan pergerakan Viona demgan posisi yang masih berjongkok hanya menggelengkan kepalanya.

Ia bangkit dari posisinya dan berjalan menuju koper yang memang sengaja tidak ia keluarkan isinya.

Setelah memakai bajunya, Michael meraih ponsel di atas ranjang dan duduk di atas sofa.

Ranjang sudah ia bereskan, kini ia memainkan ponselnya dengan bersandar pada sandaran sofa.

Setelah beberapa saat, Viona keluar dengan pakaian lengkap. Kali ini ia langsung mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Michael yang tak ada di atas ranjang.

Namun saat matanya menangkap ranjang Yang sudah kembali rapih akhirnya menoleh ke arah Michael.

"Om yang rapihin?" Tanyanya.

Michael hanya mengagguk sebgai jawaban.

"Lain kali jangan Om, biar aku yang beresin. Lagian kan udah jdi tugas aku juga" ujar Viona sambil berjalan menuju meja riasnya.

"Gak papa, lagian kan saya yang inisiatif, bukan kamu yang nyuruh" balas Michael tanpa mengalihkan pandangannya pada ponsel.

Viona tak berniat membalas. Ia sibuk dengan per-skincaran nya tanpa menghiraukan Michael.

"Saya sudah mengirimkan surat ijin pada pihak sekolah, jadi kamu bisa langsung beres-beres sesampainya di rumah." Ucap Michael sambil memasukan ponselnya ke dalam saku celananya.

Michael berdiri dan berjalan menghampiri Viona fi meja rias. Melihat rambut Viona yang belum di keringkan setelah keramas. Michael segra meraih hairdryer dan menyalakannya.

Dengan hati-hati tanpa mengganggu tangan Viona yang sibuk memijit-mijit wajahnya, Michael membantu mengeringkan rambut Viona yang terasa lembut dan harum.

Seskali ia akan maju untuk menghirup aroma shampo yang menempel pada rambut Viona.

Mendapat perlakuan seperti itu, membaut Viona menegang beberapa saat. Namun setalah tersadar, ia kembali melanjutkan aktivitas nya tanpa merasa terganggu dengan pergerakan tangan Michael yang membantu mengeringkan rambutnya.

Setelah Viona selesai, keduanya beranjak keluar menuju lantai satu, karena sebentar lagi Amora pasti akan meneriaki mereka untuk segera turun ke meja makan.

Dan benar saja, saat keduanya sampai di ambang pintu ruang makan, Amora tampak sudah mengambil ancang-ancang untuk meneriaki mereka.

"Gak usah teriak mah, kita udah di sini" ucap Viona sambil berjalan menghampiri Amora.

Amora yang sudah mengambil nafas panjang akhirnya membuang kembali nafas yang sempat ia ambil.

"Bagus deh kalo gitu, mayan hemat energi" balas Amora.

Viona hanya menggelengkan kepalanya.

Keduanya lalu duduk bergabung dengan Alexander yang sudah sedari tadi berada di sana.

Sarapan berlangsung dengan hidmat. Seperti biasa, tak ada obrolan saat acara makan tengah berlangsung.

Setelah semuanya selesai, Viona segera berdiri dan membereskan meja makan bersama Amora.

"Pah, setelah ini kita mau pamit pulang" ucap Michael.

Alexander menoleh ke arah Michael. "Kenapa gak nginep lagi aja? Padahal enak loh, rumah jadi hidup lagi kalo ada kalian".

"Jarak ke kantor kalo dari sini jauh pah, butuh waktu dua jam buat sampai di perusahaan Mic. Apalagi kan Mic harus nganterin dulu Viona ke sekolah, jadi pastinya waktunya lebih jauh karena gak searah."

"Oh begitu.. ya kalo gitu sih mau gimana lagi, lagian Viona kan juga udah jadi tanggung jawab kamu, jadi saya gak bisa nahan kalian buat tetep di sini."

"Iya pah. Tapi kalo misalkan kita sama-sama ada waktu luang, kita usahain buat main ke sini".

Alexander mengangguk, "harus itu".

"Ya udah, papah juga harus ke kantor. Bukannya gak mau ngobrol sama kamu, tapi bentar lagi ada meeting yang lumayan penting, jadi gak bisa di tinggal."

"Iya pah."

Alexander beranjak menghampiri istrinya yang kini berdiri di depan wastafel.

Tangannya bergerak menarik pinggang Amora. Setelah Amora menghadap ke arah nya, ia segera memajukan wajahnya mengecup kening Amora.

"Aku berangkat dulu yah" pamitnya.

Amora hanya mengangguk dam meraih tangan suaminya untuk kemudian ia cium.

Tatapan Alexander berpindah ke arah Viona.

"Kamu mau pulang kan? Hati-hati di jalan yah, jangan bandel dan bikin suami kamu pusing nanti. Papah berangkat dulu" ucapnya sambil mengelus pucuk kepala putri semata wayangnya.

Viona hanya mengangguk membalas ucapan papah nya.

Alexander berjalan menuju pintu keluar ruang makan.

"Kamu ke atas sana, beres-beres. Biar mamah yang lanjutin" titah Amora.

"Iya mah"

Viona segera berjalan menuju kamarnya dengan Michael yang berjalan di belakangnya mengikuti.

1
Chipmunks
Jalan ceritanya bikin penasaran
Aono Morimiya
Aku bisa baca terus sampe malem nih, gak bosan sama sekali!
Linda Ruiz Owo
Suka sejak awal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!