NovelToon NovelToon
AKU PENGANTIN PENGGANTIMU

AKU PENGANTIN PENGGANTIMU

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:16.4k
Nilai: 5
Nama Author: Reny Rizky Aryati, SE.

Lucinda de Vries mengira acara wisudanya akan menjadi hari kebahagiaannya sebagai sarjana kedokteran akan tetapi semua berakhir bencana karena dia harus menggantikan kakak kandungnya sendiri yang melarikan diri dari acara pernikahannya.
Dan Lucinda harus mau menggantikan posisi kakak perempuannya itu sebagai pengantin pengganti.

Bagaimana kelanjutan pernikahan Lucinda de Vries nantinya, bahagiakah dia ataukah dia harus menderita ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reny Rizky Aryati, SE., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 12 SIASAT KECIL YANG MULAI DIMAINKAN

Lucinda menepuk kedua telapak tangannya yang mengenakan sarung tangan.

Di area tempat pembaringan dimana Kevin Jansen berada, dia berdiri dengan senyuman dingin.

Seluruh area tempat pembaringan tertutup oleh tirai disekelilingnya sehingga pemandangan dari luar tidak dapat melihat jelas ke dalam ruangan dimana Kevin berbaring diam.

Lucinda tersenyum kembali lalu melangkah menghampiri Sarah yang terduduk pingsan.

"Ck... Ck... Ck... Si muka dua berhati iblis... !"

Bisik Lucinda di dekat Sarah yang tertunduk diam.

Bibir Lucinda terangkat naik seperti membentuk sebuah senyuman misteri sembari menaikkan dua alisnya ke atas.

"Jangan lengah dari apapun disekitarmu, kau semestinya lebih waspada padaku sebab aku lebih berbahaya dari iblis manapun, suster !"

Lucinda menatap dingin ke arah Sarah lalu beranjak berdiri, ditepuknya ringan pundak suster perawat dan berkata dingin.

"Sampai kau sadar, aku akan duduk dengan santainya di sofa, anggap saja kau akan menghadapi waktu rehatmu setiap kau datang kemari, suster..."

Lucinda melepaskan sarung tangannya lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Tapi, tenanglah, semua pekerjaanmu telah aku selesaikan dengan baik, kau tidak perlu merasa cemas sebab aku sudah menggantikan pekerjaanmu, suster..."

Lucinda menoleh kembali ke arah tempat tidur Kevin, terdiam sejenak lalu melangkah pergi.

"Sedikit membuatmu lupa, kurasa itu wajar karena kau agak merepotkan, suster..."

Lucinda bergumam pelan tanpa ekspresi. Dia berjalan dengan santainya saat dia keluar dari area tempat pembaringan Kevin Jansen.

Lagi-lagi ekspresinya terlihat datar tanpa emosi sedikitpun.

Lucinda melangkah ke arah sofa dimana dia duduk tadi, menoleh sebentar ke kanan ke arah tempat pembaringan yang tertutup tirai lalu duduk kembali.

"Fuih, melelahkan..."

Lucinda menarik nafas dalam-dalam seraya bersandar ke bahu sofa yang tersedia di ruangan mewah ini.

Sudut bibirnya tersenyum manis seakan-akan dia sangat lega setelah berhasil mengelabui suster perawat Sarah.

Lima belas menit berlalu cepat...

Sarah sang suster perawat terlihat keluar dari area tempat pembaringan yang tertutup oleh tirai. Dia menengok sebentar ke arah Lucinda lalu berjalan pergi tergesa-gesa.

Dari arah sofa, Lucinda hanya memperhatikan Sarah yang berlalu pergi tanpa mengucap sepatah katapun padanya.

"Rupanya dia linglung dan tidak mengingat apa-apa..."

Lucinda sedikit senang lalu beranjak bangun dan berjalan ke arah tempat pembaringan Kevin Jansen. Dia berdiri di sisi kanan ranjang tidur, dengan sorot mata tajam.

"Kapan kamu bangun, bisakah kamu memberiku suatu petunjuk padaku, Kevin ?"

Lucinda terdiam namun dia berpikir sangat serius.

"Aku akan keluar dari rumah sebentar, ada hal penting yang perlu aku selesaikan, kuharap kamu baik-baik saja sampai aku pulang".

Lucinda mengeluarkan sebuah bolpoint kecil dari dalam sakunya, dia mengarahkan benda kecil itu ke seluruh tubuh Kevin yang membujur diam di atas ranjang tidurnya.

Setelah selesai, Lucinda segera memasukkan kembali bolpoint ditangannya ke dalam saku pakaiannya.

"Tunggu aku... !"

Lucinda berbisik ditelinga Lucinda seakan-akan mengajaknya bicara Kevin.

"SREEET... !"

Lucinda keluar dari dalam tirai yang mengelilingi area tempat pembaringan Kevin ke arah pintu kamar.

Tepat didepan pintu, Lucinda memalingkan pandangannya ke arah jalan dimana panembahan Sugeng selalu keluar dan masuk dari arah dinding disana.

Sempat Lucinda merasa sangat penasaran, dia ingin tahu caranya supaya dia bisa melakukan hal yang sama dengan Sugeng.

Pikirannya berputar cepat sembari memikirkan hal penting itu.

"Aku harus tahu cara melewati jalan rahasia di dinding itu, tapi aku tidak bisa mencari tahu pada Sugeng karena dia pasti langsung curiga dan mengawasiku".

Lucinda terus berpikir cara untuk mendapatkan akses jalan rahasia disana.

"Aku akan pergi sekarang sebelum sore tiba cepat, tidak ada banyak waktu lagi sekarang dan aku harus segera bertindak cepat".

Lucinda meraih pegangan pintu kemudian dia membukanya, dia keluar dari ruangan mewah itu lalu berdiri mematung.

Tatapannya tertuju pada sisi lain dari ruangan luar kamar sepertinya dia masih memikirkan jalan rahasia di kamar Kevin. Lalu Lucinda melangkah memutar, dia melangkah ke arah sebelah barat, ternyata disana terdapat tembusan jalan lain dari arah dinding kamar di dekat sebuah meja antik.

Lucinda mengernyitkan dahinya seperti berpikir serius lalu meraba-raba pada dinding di dekatnya.

"Apa dinding ini terhubung dengan jalan rahasia yang ada di ruangan kamar Kevin ???"

Telapak tangan Lucinda terus menyentuh permukaan dinding diluar kamar, sedangkan pikirannya terus berpikir serius.

"Pasti ada cara masuk ke ruangan rahasia itu dan tentunya ada kode sandi rahasia untuk membukanya..."

Lucinda terus memperhatikan dinding di hadapannya itu dengan seksama.

"Nanti saja aku melanjutkannya, dan sekarang sebaiknya aku segera pergi menemui temanku..."

Tampak Lucinda berjalan melewati jalanan koridor yang sepi, dia terus melewati jalan panjang dengan sebuah lorong berukuran tak begitu lebar menuju pintu utama rumah mewah ini.

Rupanya letak kamar Kevin berada di lantai tiga, dan Lucinda baru menyadarinya jika dia berada tempat tinggi.

Untuk sampai ke lantai utama rumah mewah berasitektur Victorian ini, Lucinda harus menuruni sebuah tangga berputar yang tinggi letaknya di rumah ini.

Lucinda sempat menengok sebentar ke arah bawah dari balik pagar tangga yang mengelilingi tangga loteng.

Tatapannya dingin sedangkan raut wajahnya sangat datar ketika dia menengok ke bawah.

"Tempat ini cukup berbahaya karena letaknya sangat tinggi, aku sebaiknya harus lebih berhati-hati..."

Lucinda mengedarkan pandangannya ke arah sekitar area lantai atas ini.

"Pasti ada lift disini, tidak mungkin bagi pemilik rumah harus setiap hari naik-turun tangga yang sangat tinggi ini."

Lucinda terus memperhatikan sekelilingnya dengan cermat kemudian pandangannya tertuju pada satu tempat.

"Nah, itu dia Lift nya !"

Lucinda berjalan cepat ke Lift disudut ruangan lalu menekan tombol untuk masuk Lift.

Tak butuh waktu lama buat Lucinda untuk sampai ke lantai bawah.

Lucinda tergesa-gesa keluar dari dalam Lift lalu berjalan menuju pintu utama rumah ini.

Pada saat Lucinda hendak sampai ke pintu utama, dia tak sengaja berpapasan dengan panembahan Sugeng yang melangkah ke arahnya.

Sontak saja degup jantung Lucinda berdetak keras saat dia mengetahuinya, sehingga kedua tangannya terkepal kuat.

Lucinda berusaha tetap tenang, dia mencoba bersikap normal meskipun itu sulit baginya namun dia berupaya agar dirinya tampak wajar sembari terus berjalan cepat, dia menata degup jantungnya yang naik-turun tak menentu.

Terdengar panembahan Sugeng menyapanya saat mereka saling berhadapan dekat.

"Nyonya Lucinda... !"

Lucinda segera menghentikan laju langkah kakinya lalu menoleh diam ke arah Sugeng yang berada disebelahnya berdiri.

"Ya, panembahan Sugeng..."

"Ngomong-ngomong bukankah aku pernah berkata padamu dulu, kalau tidak salah aku baru mengatakannya beberapa saat yang lalu..."

Lucinda terdiam namun suasana hatinya mendadak gelisah, ketegangan mulai tercipta diantara dia dan Sugeng.

Lama Lucinda diam seraya mencerna setiap kata yang diucapkan oleh Sugeng baru saja.

"Ya, bolehkah aku tahu hal apa yang pernah panembahan sampaikan kepada ku sebab aku merasa kita tidak pernah berbicara sebelumnya ?"

Giliran Lucinda melempar umpan serta mematahkan kecurigaan dari setiap kalimat yang diucapkan oleh Sugeng.

Sugeng tampak tertegun, dia lama terdiam dan sepertinya dia mulai salah langkah serta ganti dia yang kebingungan, harus bersikap apa terhadap Lucinda seakan-akan dia kena getahnya sendiri atas perbuatannya. Dan dia kini harus berpikir tiga kali lipat untuk menekan Lucinda agar patuh kepadanya.

1
Zeed
kayak triller gak sih
Zeed
misteri secret nih
Zeed
waduh konspirasi nih di kerajaan klinting kuning
Zeed
kakak rasa candu pa gimana nih kau chatarina 🤭
Zeed
dia dokter ya
Zeed
jadi bingung nih sama sikap lucinda kayak gak biasanya agak berubah nih
Zeed
lebih keji nih ibu tiri
Zeed
wah... wah... wah... bener ada ya ibu tiri kayak nenek sihir itu
Zeed
semangat thor 💪
Zeed
🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Zeed
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Ghaltara
seram...
Reny Rizky Aryati, SE.: thriller...
total 1 replies
horse win
misteri nih semakin seru saja thor 💪
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍🎂👍👍👍
total 2 replies
horse win
wah wah wah pecundang datang nih
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
rupanya wasiat kakek ya, napa gak judulnya wasiat maut kakek saja tor 👍
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
sulit dibayangkan nih nikah ma pria sekaratul maut 😄
Reny Rizky Aryati, SE.: 🎂🎂🎂🎂🎂🎂
total 2 replies
horse win
versi beda nih ma novel yang satunya ya thor, tapi mirip temanya pengantin pengganti
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
lanjut...
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍
total 2 replies
horse win
baru nih thor
Reny Rizky Aryati, SE.: dont worry, i am here 🎂
total 2 replies
Soraya
lanjut
Reny Rizky Aryati, SE.: 👍👍👍👍👍👍
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!