Amarah, kebencian, cacian, hinaan, penderitaan, masa lalu, kesalahan dan akhir yang tragis. Kisah mana yang menurutmu belum pernah kamu rasakan?
Kakak pertama suaminya adalah laki-laki yang merenggut kesuciannya hingga mengandung tanpa seorang suami. Lalu kakak keduanya adalah cinta pertamanya, pria yang dia cintai yang kini malah menjadi kakak iparnya.
Hidup Alma tidak pernah berjalan mulus, penderitaan sepertinya enggan menjauh dari wanita malang itu.
Plak!
"Anak sialan, tidak tahu diuntung! kamu sudah mencoreng nama baik keluarga ini dengan hamil tanpa suami dan sekarang malah bekerja ditempat kotor itu sebagai penyaji minuman!"
"Kamu sudah menyebabkan cintaku mati sebelum kami bersama, maka akan aku buat hidupmu seperti mati tetapi masih bisa bernafas!"
Lalu kemana lagi Alma harus lari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wulan_Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakak ipar?
Satu Minggu sebelumnya..
"Ma, maaf aku tidak bisa ikut dalam acara Gevan. Ada masalah serius di kantor cabang yang ada di luar kota, aku harus tangani ini sendiri."
"Baiklah tidak masalah, perusahaan lebih penting daripada pernikahan ini," cetus Nyonya Wisma.
Arga hanya mengangguk dengan wajah datar, untuknya pernikahan sang adik sangatlah penting, tetapi perusahaan juga tidak bisa dia tinggal begitu saja.
Arga menghampiri Gevan, "Maaf karena aku tidak bisa ikut serta dalam acara ini, aku akan kirimkan hadiah spesial untuk kalian nanti, ucapkan salamku untuk calon adik ipar," ucap Arga yang kemudian berlalu setelah Gevan mengangguk.
Saat Alma keluar dari ruangannya, Arga melewati Alma namun dia tidak sadar jika calon adik iparnya adalah sahabatnya juga cinta pertamanya yang belum bisa dia lupakan hingga saat ini.
Pertemuan terakhir kali bersama Alma membuat jantung Arga berdegup kencang lagi, namun saat tahu Alma sudah mempunyai anak Arga kembali menenangkan hatinya agar tidak terlalu jauh menyimpan rasa untuk Alma. Namun, Arga justru harus menghadapi kenyataan jika kini Alma akan menjadi adik iparnya.
"Ada apa? Mengapa kalian saling menatap! Apa kalian mengenal satu sama lain?" tanya Nyonya Wisma.
"Ma, kenapa Alma ada di sini?"
Nyonya wisma mengerutkan keningnya, "Apa hubungan kamu dengan wanita ini?"
"Dia adalah teman SMA ku," sahut Arga.
Nyonya Wisma tertawa terbahak-bahak, "Ya Tuhan, ternyata dunia ini sangat kecil," ucapnya.
Alma yang tak mengerti ada dalam skenario apa, hanya terdiam mematung dengan wajah polosnya. Tujuan Alma menikah dengan Gevan karena uang yang dia tawarkan untuk biaya pengobatan Rose, tetapi hingga saat ini Alma saja belum bertemu lagi dengan pemuda itu, dia mencampakkan Alma begitu sudah sah menjadi suaminya.
"Arga, perkenalkan dia adalah Alma Seravina menantu pertama dan adik iparmu."
Deg
Arga menatap Alma dengan tatapan tak percaya, ada apa ini? Kenapa semua jadi kacau seperti ini. Wanita yang dia cintai kini malah menjadi adik iparnya, lelucon apa ini.
"Adik ipar? Tidak, tidak! Kenapa dia? Kenapa Alma jadi adik iparku?"
"Arga, apa kamu Kakak Gevan?" tanya Alma.
Nyonya Wisma tersenyum remeh mendengar pernyataan Alma.
Arga mengangguk pelan, "Iya, aku kakak kedua Gevan, dan kamu? Kenapa kamu jadi istri Gevan? Bukankah kamu sudah mempunyai anak dan menikah?" Arga kembali melontarkan pertanyaan kepada Alma.
"Aku .. aku,"
"Gevan memilih dia untuk jadi istrinya, besok Oma akan datang untuk menyambut menantunya ini, jadi kalian juga harus bersiap untuk besok dan jangan melakukan kesalahan sedikitpun!"
Hidup Alma seperti cerita yang sudah ditulis rumit oleh penulis, kisahnya menarik tetapi menyedihkan. Alma hamil di usia muda tanpa seorang suami, dan saat Alma sedang terpuruk calon suaminya meninggal dunia setelah menolongnya untuk melahirkan. Dan saat ini, dia bertemu cinta pertamanya yang kini tiba-tiba menjadi iparnya.
Ceklek
Gevan baru saja masuk ke dalam kamarnya dan langsung membuang jasnya ke sembarang arah hingga berceceran di atas lantai.
Alma yang sedang melamun terkejut dibuatnya.
"Dari mana saja kamu?" tanya Alma dingin.
Gevan hanya melirik sekilas lalu kembali membuang wajahnya dengan acuh.
"Apa urusanmu?" jawab Gevan dengan nada dingin.
"Setelah kamu berhasil menikahi ku dan tiba-tiba menghilang satu Minggu, kamu hanya menjawab seperti itu?"
Gevan menatap Alma dengan tatapan tajam, "Lalu apa mau kamu? bukankah sudah jelas tertulis di dalam kontrak jika kita tidak akan ikut campur dalam urusan pribadi masing-masing?" ucapnya.
Alma menelan ludahnya dengan kasar.
"Aku .. aku hanya tidak mengerti dan bingung, setelah pernikahan itu aku berada di tempat yang asing tanpa satu orang pun yang aku kenal. Lalu putriku tidak boleh aku rawat sendiri dan bahkan hanya boleh melihatnya sekali dalam sehari, ini konyol!"
Gevan tersenyum remeh, "Bukankah kamu ingin putrimu cepat pulih? Lalu kenapa kamu ingin menghambat pemulihannya?"
"Bukan seperti ini caranya! Aku ibunya dan aku berhak mengurus putriku sendiri, bahkan kalian hanya orang lain yang sama sekali tidak ada urusannya dengan, Rose!" sentak Alma.
Wajah Gevan memerah, rahangnya mengeras lalu tangannya mengepal kuat.
Gevan mencengkram kuat leher Alma hingga wanita itu kesulitan untuk bernafas.
"Tidak usah banyak mengatur, ikuti saja aturan yang ada di rumah ini! Ingat, kamu hanya singgah sebentar di tempat ini maka kamu harus taat pada aturan yang ada!"
"Le..pas!"
Alma mencoba melepaskan cengkraman Gevan yang terasa semakin kuat namun tenaganya tak bisa menandingi Gevan yang seperti sedang kesetanan.
Mata Alma memerah hingga mengeluarkan air mata, nafasnya sudah sulit dia kendalikan bahkan kini wajahnya mulai pucat. Lalu, beberapa detik kemudian akhirnya Gevan melepaskan cekikkannya sebelum Alma benar-benar kehabisan nafas.
"Sial!"
Gevan menghempaskan tubuh Alma hingga wanita itu jatuh di atas kasur dengan tubuh lemas.
Alma mencoba mengatur nafasnya dengan benar, "Ada apa ini sebenarnya? Kenapa pemuda ini sangat berbeda dengan pemuda sebelumnya?" gumam Alma sambil menjauhkan dirinya dari Gevan.
Gevan mendekati Alma, "Aku tidak akan kasar lagi jika kamu patuh dan jangan banyak bertingkah!" bisiknya dengan suara menyeramkan.
"Sebenarnya apa mau kamu?"
"Mau ku? Hanya kamu!"
Alma langsung menghempaskan lengan Gevan dengan kasar, lalu menampar wajahnya dengan kuat hingga bibirnya mengeluarkan darah segar.
Plak
"Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi kepadaku saat ini! Tapi satu hal yang harus kamu tahu, aku bersikap baik kepada kamu dan tidak membalas setiap hinaan ataupun kekerasan yang kamu lakukan kepadaku tadi itu semata-mata hanya karena putriku dan kontrak yang aku tandatangani!" tegas Alma.
Sorot mata Gevan kembali tajam melihat wajah Alma yang memuakkan dan sangat dia benci.
"Apa kamu yakin aku akan melepaskan kamu begitu saja?"
Lagi, Gevan kembali menarik leher Alma lalu mencengkeramnya dengan sedikit tekanan.
"Siapa sebenarnya kamu, dan apa tujuan kamu menikahi ku?"
Gevan tertawa terbahak-bahak, "Tujuanku? menurutmu apa yang aku mau?" bisiknya.
Lengan yang mencengkram lehernya segera Alma putar hingga membuat tubuh Gevan yang kekar ikut terbalik menghantam lantai dengan keras.
"Katakan tujuan kamu apa?"
Tubuh kekar Gevan kini tak berdaya, tertelungkup berada di bawah Alma yang sudah berhasil Alma kunci dengan tubuhnya.
Beruntung selama ini Alma selalu mempelajari ilmu bela diri, dan disaat ada orang yang ingin mencelakainya Alma bisa dengan mudah mengatasi itu semua.
"Dari awal aku sudah menduganya! Orang-orang seperti kamu tidak mungkin tidak memiliki tujuan untuk mendekati aku, katakan sebenarnya apa mau kamu?"
Alma menekan lengan Gevan dengan kuat hingga pemuda itu meringis kesakitan. Kini keadaan berbalik, Gevan hampir menyerah saat melawan Alma.
"Lepaskan aku wanita gila!" teriak Gevan.
Wanita itu tak membiarkan Gevan lolos, dia terus menekan tubuh Gevan untuk memberinya peringatan kecil.
"Kamu tidak tahu aku sepenuhnya! Dan aku juga tidak mengerti kenapa kamu begitu menginginkan aku, tetapi jika kamu sangat ingin bermain-main denganku maka akan aku tandingi kamu!"