wanita dengan dendamnya dan pria dengan rahasia kelam.
"huhuhuh, sungguh sial saya bertemu dengan wanita seperti kamu," ucapnya seraya menutup wajahnya sambil menangis.
wanita yang tidur bersamanya menatapnya dengan tak percaya,"bapak serius nangis, pak, yang harus nangis itu saya, kan bapak ambil keperawanan saya,"ujarnya tak percaya apa yang di lihatnya.
"kan kamu yang memaksa saya tidur bersama kamu, saya sudah menjaga punya saya, agar tetap suci, tapi dalam semalam kamu mengambil kesucian saya, huhuhuhu,"omelnya panjang lebar seraya menangis, dan tidur membelakangi wanita yang syok melihat reaksinya.
" tapi bapak suka kan, buktinya ngak tidur semalam,"ucapnya, membuat pria yang membelakanginya itu, sedang menahan malu dengan wajah memerah."lagian sok nolak cinta saya, jadinya kan perjaka bapak saya ambil aja,"lanjutnya dengan senyuman bangga, berhasil mengambil keperjakaan pria yang menolaknya.
"saya tidak akan bertanggung jawab," ucapnya membuat wanita di sampingnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon liyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
calon adik ipar?
"lo nguping ya?" tanya Sonya.
Athera tak menyembunyikan wajah terkejutnya, ia malah memperlihatkan emosinya, "maksudnya apa ya! saya baru datang ke toilet ini! nguping?ngak ada kerjaan lain! emangnya kalian ngomongin apa! sampai takut banget omongan kalian di dengar!" bentuknya.
Sonya seketika mundur di dekat Fika dengan wajah takut, "emm sorry teman gue emang rada-rada, lupain aja," sahut Fika dengan senyuman canggung.
"kasih tahu teman lo! jangan asal nuduh! baru dateng juga!" ucapnya melirik jengkel Sonya, "minggir! suami gue nungguin gue!" sarkasnya mendobrak keduanya di tengah.
mereka berdua segera menyingkir, "suami? masih muda gitu udah nikah," gumam Sonya.
"pantes aja dia emosi, suaminya main di belakang kali," ujar Fika.
dan Sonya mengambil barangnya yang ketinggalan.
Bima melihat sekitar, ia melihat Athera yang mengelap keringatnya, "huh hampir aja ketahuan," gumamnya pelan.
ia melihat Bima seketika tersenyum manis, "lama yah?" tanya Athera duduk.
"ngak kok, ngak lama, ini aku pesenin kamu cake, rasa baru,"ucap Bima menyodorkan cake rasa bli Berry.
" hmm kebetulan, aku belum kenyang,"katanya dan ia memakan cake itu, dirinya tak henti-hentinya tersenyum.
Bima mengambil tisu, Athera sudah kesenengan duluan, senyumnya seketika luntur, saat Bima malah mengelap meja, bukan cream di bibir nya.
"gimana? enak ngak rasanya?" tanya Bima tersenyum.
Athera tersenyum paksa, "hmm yaaa, enak." jawabnya lanjut makan.
"setelah ini, kita mau kemana?"tanya Bima.
" hmm gimana, kalau mampir ke rumah om aku dulu mas,"jawab nya dengan berbinar.
Bima diam sejenak, "kita kan udah mampir kesana, masa mau kesana lagi?"
"kenapa? ngak boleh?" tanya Athera mengerucut kan bibirnya.
"yaa boleh-boleh aja sih, tapi waktu kita berdua jadi kurang sayang," ujarnya tak ingin Athera salah paham.
"kurang apanya, buktinya sekarang kita habisin waktu berdua," sahut Athera kesal.
Bima akan menjawab tapi matanya mekuhat kata Athera yang sembab. "kamu habis nangis? nangis kenapa?" tanya Bima mengulurkan tangannya menyentuh kantong mata Athera.
"apaan sih mas, ini tuh cuman kemasukan serangga tadi, makannya gini," alibinya.
"masa mall sebagus ini ada serangganya," gerutu Bima.
Athera diam saja, tak menyahut sama sekali, "udah habis, yuk ke rumah om," desaknya
Bima hanya pasrah saja, mereka sekarang menuju ke rumah om sudarso.
"ini buat kamu, "kata Bima sambil nyetir.
Athera membukanya dengan malas.setelah membukanya, mata Athera melebar.
" inikan,boneka yang aku mau!Mas bisa capit ini!"serunya dengan sumringah.
"ngak, mas suruh anak kecil yang capitin," ujar Bima, athera tertawa pelan.
"kenapa kok ketawa?" tanya Bima heran.
"mas pasti kasih uang yah sama anak kecil itu, makanya mau," ucap Athera terkikik.
"iya dong, masa ngak di bayar, kasihan dong," sahut Bima semakin membuat Bima tergelak. "kenapa sih aneh banget kamu,"lanjutnya kesal.
"anaknya yang itu bukan," tunjuknya pada Bima.
Bima menoleh, "iya, kok tahu? " tanya Bima heran.
"pertama kali dia pasti bilang om butuh jasa capit? terus kamu bilang iya, dan dia bilang bayar dong om 400k ya kan," ujarnya.
"kok kamu tahu sih," heran Bima, Bima menoleh ke arah anak laki-laki yang memakai baju anak kecil, yang ada kartun-kartunnya.
"ya, tahulah,orang aku juga pernah di gituin, kamu tahu ngak dia anak siapa?" tanya Athera.
"anak siapa emang?" tanya Bima.
"dia anak pemilik mall ini tahu," ucap Athera, Bima menoleh sekali lagi, ada pria yang memakai baju kaos dengan celana kain panjang.
"jadi, buat apa dia minta uang 400k kalau udah kaya?" tanya Bima.
Athera tertawa pelan, "katanya buat lamar anak di dalam perut aku hahaha," katanya terkikik, mengingat anak kecil itu memegang perutnya, dan mengatakan akan menjaga anaknya, padahal dirinya saja waktu itu, belum menikah.
"tapi kan kamu belum, hamil? wah, kalau gitu bisa besanan sama pak abin dong, gimana kalau kita isi," ucap Bima, menghentikan tawa Athera tergantikan dengan keresahan.
Athera menelan ludahnya, "eh, udah habis nih, yuk ke rumah om," kata Athera mengalihkan pembicaraan.
"ngak ke hotel papa dulu, kita ulang malam itu," goda Bima membuat wajah Athera memerah.
"eh, mas bukannya hari ini pemakaman Nessa?" tanya Athera baru ingat.
"oh iya, yah, aku lupa lagi,kamu telepon dinda," ujar Bima.
Athera segera menelpon Dinda, "hallo Dinda? lo dimana?" tanya Athera.
"gue lagi di kuburan ra, makam Nessa," katanya di seberang sana dengan suara serak.
"duh kok gue bisa lupa sih," gumamnya.
"ngak papa, ini juga pasti efek preman semalem, kalian aman kan?" tanya Dinda.
"iya,lo ngak papa?" tanya Athera.
"gue ngak papa kok," ucapnya di seberang telepon, Tiba-tiba saja telepon terputus.
"kenapa?" tanya Bima, melihat Athera yang diam saja setelah panggilan terputus.
"panggilannya terputus, padahal aku belum selesai ngomong," ucap Athera.
"mungkin dia sibuk makamin Nessa, kita kesana atau ke_"
"kemakam terus kerumah om aku aja," katanya cepat.
"ya udah yuk,pulangnya ngak di_" ajak Bima.
"langsung apartemen," ujarnya dengan bibir melengkung.
dari jauh sonya dan Fika tanpa sadar melihat mereka berjalan dari belakang, "itu... bukannya Bima yah?" tanya Sonya.
Fika ikut memperhatikan, "iya, itu Bima, dia bawa siapa? bukannya setelah kematian anya dia udah ngak buka hati lagi buat siapa pun," gumamnya.
"ini kalau meneer tahu, dia pasti ngamuk," gumam Sonya.
Fika mengerutkan keningnya."ngapain dia ngamuk, kan mau nikah sama Novan,"ujarnya.
"lo lupa, gimana sadisnya Meneer nyiksa anya waktu di kampus, itu gara-gara Bima ngerti lo," bisiknya pada Fika.
"kok gue ngak tahu sih,padahal Bima biasa aja loh, kalau di suruh milih, gue pilih Novan lah, " gumamnya.
"ya.. itu lo, bukan dia, mending lo mikir deh, secara harta Bima menang telak lah, meskipun Novan udah punya perusahaan, dia masih di bawah Bima, " Ucap Sonya.
"semoga aja, dia saudara Bima atau sepupunya, karena gue ngak sanggup ada korban ketiga, cukup mereka berdua aja," gumam Fika menatap nanar Athera dan Bima dari belakang.
********
sedangkan di makam Nessa, hanya ada Dinda, Novan, Meneer, dan ketiga antek-enteknya, Scory, Edam, dan Frame, jangan lupa Hendra.
Meneer menatap tajam Dinda, Dinda menelan ludahnya, "lain kali, kalau kamu mau menelpon seseorang, izin dulu yah," katanya lembut tapi tatapannya menusuk.
"ke_kenapa, harus izin," cicit Dinda, tangannya mencari tangan kakaknya, tapi yang ia pegang adalah Socry, Scory menjilat bibir bawahnya.
membuat Dinda merinding, "Cukup," kata Novan berdiri di antara Scory, "jangan menakut-nakuti adikku, kalian sudah janji, dan jangan lupa dia tidak tahu apapun," kata Novan dengan tegas.
Meneer menyunggingkan bibirnya, "kamu yakin van?"
Novan menoleh ke adiknya dan mengangguk, "AAAAA!" teriak Dinda.